"Hai."
Fiony menoleh, senyumnya tertahan saat melihat siapa yang ada di depannya. Jantung Fiony berdegup kencang saat itu juga, kenapa sebelumnya ia tidak berpikir bahwa teman Vivi adalah Mira? Padahal ia tau hanya Mira satu-satunya teman yang Vivi miliki.
Mira tersenyum sinis, "Aku selalu berharap gak pernah liat muka kamu lagi dan sekarang kamu muncul di depan aku, kesialan apalagi ini?"
Vivi mengangkat tangan pada awak pesawat, memberi isyarat agar penerbangan ditahan dulu selama beberapa menit. Vivi menatap Mira, melihat tatapan Mira yang begitu tajam pada Fiony. Tidak membutuhkan waktu lama untuk Vivi membaca keadaan, dari cerita Fiony dan Mira, ia sudah bisa menyimpulkan bahwa mantan yang Mira maksud adalah Ara.
Fiony masih diam dan membuang pandangan ke arah lain. Ia mengepalkan tangannya begitu kuat, kenapa ia harus bertemu dengan Mira? Bagaimana jika nanti Ara mengetahui keberadaan Mira?
"Duduk, bentar lagi kita berangkat," ucap Vivi.
"Lo pikir gue sudi berangkat sama dia? Apalagi harus satu kamar, gak sudi gue, najis." Mira berdecih. Kebenciannya pada Chika sudah sangat besar, bertemu saja ia tidak mau apalagi harus melakukan perjalanan panjang bersama.
"Jaga mulut kamu." Fiony melepas sabuk pengamannya kemudian berdiri, menyesuaikan posisinya agar tidak berada di bawah Mira. "Siapa kamu berani najisin aku?"
"Berani ya sekarang?" Mira berjalan mendekat pada Fiony dengan tatapan yang semakin tajam.
"Aku gak punya alasan untuk takut sama kamu." Fiony mengangkat dagunya, menantang orang yang selama ini membencinya. Fiony ikut mengikis jaraknya, saling pandang dengan tatapan tajam.
Vivi menguap lebar lalu bangkit, mengambil tas ranselnya dan berjalan keluar, ia tau, perjalanannya akan gagal karena pertemuan mereka. Ia akan menyuruh anak buahnya untuk mengambil lukisan itu dari pada harus satu pesawat dengan dua orang yang saling bermusuhan.
"Kamu tau sebenci apa aku sama kamu?"
"Jauh dari yang kamu ketahui aku juga benci sama kamu."
"Dasar perempuan gak tau malu!" Mira dengan cepat menahan tangan Fiony yang hendak menamparnya dan langsung menggunakan tangan kirinya untuk menampar Fiony.
Fiony tidak terima, ia mencengkram erat rahang Mira, "Aku waktu itu diem karna ada Ara di sana dan sekarang aku gak punya alasan untuk tetap diam." Fiony mengeratkan cengkraman yang sudah berubah menjadi cekikan kuat. "Bukan salah aku kalo Ara ninggalin kamu buat aku."
Mira berusaha menepis tangan Fiony tetapi tenaganya kalah kuat.
"Jaga mulut kamu sebelum kesabaran aku habis." Fiony melepaskan cengkramannya dengan dorongan keras lalu meraih tasnya dan berjalan lebih dulu meninggalkan Mira.
"Anjing!" pekik Mira emosi. Berani-beraninya gadis itu menunjukan kesombongannya setelah kesalahan yang dia lakukan kepadanya. Mira masih berusaha untuk sabar sekarang dan berharap ia tidak bertemu lagi dengan Fiony. Namun, jika ia kembali bertemu dan sikap Fiony masih seangkuh itu, ia tidak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak melakukan sesuatu pada gadis yang selama ini ia benci.
***
"Ini rumah kamu?" Ara menghentikan mobil tepat di depan sebuah rumah mewah. Jarak dari gerbang ke rumahnyapun sangat luas.
"Iya, kamu turun ya? Yuk," ajak Chika seraya keluar dari mobil. Niatnya ke rumah hanya ingin mengambil beberapa pakaian dan barangnya yang lain, tidak enak jika ia terus memakai baju Ara, sedikit sempit juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILEMMA
FanfictionApa yang lebih sulit dari mempertahankan sebuah hubungan? (17+)