25

9.4K 782 270
                                    

"Bangun."

Ara membuka kelopak matanya perlahan, mendapati seorang bidadari sedang tersenyum kepadanya. Di tengah usahanya mengumpulkan seluruh nyawa, ia menyempatkan diri untuk tersenyum dan menunduk, melihat tubuhnya telanjang tanpa sehelai benangpun. Ara tersenyum saat ingat kejadian semalam, malam indah yang baru pertama kali ia rasakan.

"Aku udah bisa leluasa cium bibir kamu dong ya?" Chika mencium bibir Ara berkali-kali sebelum akhirnya bangkit dari kasur, ia merentangkan tangannya seraya menarik nafas, menghirup aroma pagi hari yang sangat segar. "Aku seneng banget."

"Kenapa, kak?" Ara berdiri, memunguti pakaiannya yang bertumpuk di mana-mana. Ia menyimpan pakaian itu lalu mengeluarkan nafasnya dan menatap Chika. Apa kejadian semalam bisa ia ulang? Itu sangat indah, Ara menginginkannya lagi jika ada kesempatan.

"Aku seneng kenapa? Gak jadi deh ntar kamu PD lagi." Chika mengibaskan rambutnya seraya berjalan lebih dulu masuk ke kamar mandi, ia bisa mendengar suara langkah kaki Ara bergerak menyusulnya. "Mau mandi bareng?"

Ara yang baru saja hendak masuk ke kamar mandi jadi menghentikan langkahnya, menatap Chika yang sedang tersenyum menggodanya. Ara melanjutkan langkah, mengunci pintu kamar mandi sebelum berjalan mendekati Chika.

"Kak, liat, ini karna kamu." Ara memperlihatkan lengannya, di sana ada luka bekas cakaran Chika semalam. "Perih."

"Ututu kasian sayangku, mana mana?" Chika meraih lengan Ara, melihat lukanya yang memang tidak terlalu parah, tetapi cukup membekas. Chika mengecup luka itu, "Nanti aku sembuhin ya, sayang?" Chika mengusap lengan Ara. Ia sedikit bingung juga kenapa ini bisa terjadi karena selama ia bermain bahkan tidak terhitung berapa ratus kali bersama Vivi, ia tidak pernah meninggalkan luka.

"Gapapa, kok." Ara menarik dagu Chika agar berhadapan dengannya. Ia tersenyum, mengusap pipi Chika begitu lembut. "Aku gak pernah bangun tidur dengan suasana hati sebahagia ini, makasih karna udah kasih kesempatan berharga ini untuk aku." Ara sedikit berjinjit sampai bibirnya berhasil menyentuh dahi Chika.

"Aaaaa kamu kenapa lembut banget sih kan aku jadi gemes." Chika mengembungkan pipinya sebelum memeluk Ara begitu erat.

Ara tersenyum lebar seraya membalas pelukan Chika dan menyandarkan dagunya dengan nyaman di bahu Chika. Ia mengeluarkan nafasnya saat merasakan dadanya kembali berdebar, hal yang selalu ia rasakan setiap kali memeluk Chika. Kebahagiaannya sudah semanis ini, Ara berharap semuanya tidak berlalu dengan sangat cepat. Ara berharap takdir memberikannya waktu jauh lebih panjang lagi untuk bersama dengan Chika, orang yang sangat ia cintai sekarang.

Setelah mandi, Ara mengajak Chika sarapan di restoran yang sudah disediakan, selama berjalan, ia menggenggam erat tangan Chika seakan tidak membiarkan Chika berjauhan dengannya meski hanya lima meter, berkali-kali tatapan tajamnya ia berikan pada siapapun yang menatap Chika lebih dari lima detik. Kekasihnya itu sangat mempesona, Ara menyadari itu, pesona Chika hanya boleh dinikmati olehnya.

"Tunggu di sini ya aku ambilin." Ara menarik kursi, menyuruh Chika duduk di sana, ia mengusap puncak kepala Chika sekilas sebelum berjalan meninggalkannya untuk mengambil beberapa makanan.

Chika tidak bisa duduk lebih lama, ia malah bangkit, berjalan menuju pembatas restoran yang berada di lantai tiga ini. Chika menopangkan sepasang tangan di pagar, menghirup udara segar lalu ia embuskan perlahan. Pemandangan di depannya sangat indah, berhadapan langsung dengan gunung. Pemandangan yang jarang sekali ia lihat di perkotaan.

"Sayang, ayo."

Chika menoleh, berjalan kembali menuju meja dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Ara. Chika meminum jus jeruk seraya bersandar, memandangi Ara yang langsung dengan lahap memakan nasi goreng. Sepertinya nasi goreng adalah menu sarapan kesukaan Ara. Chika memiringkan kepalanya, tanpa sadar ia tersenyum saat ingat apa yang semalam ia lakukan bersama Ara. Ia tidak pernah bersetubuh dengan rasa semanis dan selembut itu, Ara benar-benar berhasil memperlakukannya dengan sempurna dari segi manapun.

DILEMMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang