35

7.8K 887 566
                                    

"Ara mana?!" Fiony menatap Chika yang sedang menangis dalam pelukan Mira kemudian menuju pintu ruang ICU yang tertutup rapat. Fiony berusaha mengintip melalui sela-sela jendela yang sangat buram, ia tak mampu melihat apapun selain ruang yang remang-remang.

"Ara kritis karna luka tusukan di punggung dan tembakan di kaki," jawab Mira sambil sesekali mengusap air mata di tengah usahanya yang sedang berusaha menenangkan tangisan Chika.

"Puas kamu?!" Fiony tiba-tiba saja berteriak dengan tatapan tajam yang ditujukan pada Chika. "Ini semua karna kamu!!" Fiony menarik kasar tangan Chika dari pelukan Mira lalu menamparnya begitu keras. "Kamu emang penghancur kehidupan Ara!!" Fiony mendorong tubuh Chika sampai nyaris saja jatuh.

"Ini bukan waktunya berantem!" Mira menahan tangan Fiony yang hendak kembali menampar Chika. "Tenang!!" Mira berdiri di tengah antara mereka berdua.

"Harusnya kamu tau resiko yang bakal Ara dapet dari hubungan kalian!" Fiony menepis tangan Mira, emosinya yang selama ini berusaha ia simpan di depan Chika kini tak bisa tertahankan lagi, ia bahkan mendorong keras tubuh Mira yang menghalanginya untuk mencapai Chika. "Hubungan kalian itu akhirnya hanya bakal menyakiti Ara, harusnya kamu tau itu, bodoh!!" Fiony menarik kerah jaket Chika.

Chika hanya diam, menatap Fiony yang sekarang tengah mengguncangkan tubuhnya. Chika tidak punya tenaga untuk melawan, seluruh pikirannya hanya tertuju pada kekasihnya yang kritis di dalam. Ara pasti kehilangan banyak darah, ia masih sangat berharap Ara akan selamat meski kemungkinannya sangat kecil.

"Aku diem selama ini sampe aku nunggu waktu tepat tapi bahkan saat waktunya datang, aku tetap gak bisa menang! Aku diem liat kamu menikmati sentuhan pacar aku! Kamu tau betapa menjijikannya kamu?!" Emosi Fiony membabi buta, tangannya kembali melayangkan tamparan lebih keras lagi ke pipi Chika, tenaga Chika yang sangat kosong tentu membuat tubuhnya terjatuh. "Berdiri kamu!!"

"Fio udah cukup!" Mira menahan tangan Fiony yang ingin menarik tubuh Chika, tetapi lagi-lagi tubuhnya didorong begitu kuat. Mira tak sengaja menatap Beby yang baru saja datang bersama Shania, gadis itu mengangkat tangannya, memberi isyarat agar ia diam. Mira akhirnya mengangguk, memilih menepi.

"Kamu tau sebesar apa kebencian aku sama kamu?! Hah?! Kamu tau?!!" Fiony mendorong tubuh Chika sampai tersudut di tembok lalu mencekiknya begitu kuat. "Kalo terjadi sesuatu buruk sama dia, kamu bisa tanggung jawab?! Kamu bisa tanggung jawab gak?!" Fiony melepaskan cekikannya, menarik tubuh Chika dan membenturkannya lebih keras lagi ke tembok.

Chika mengantupkan matanya saat merasakan benturan keras di kepalanya, reaksinya begitu instan, kepalanya berdenyut sangat hebat. Chika masih diam bahkan ketika Fiony menamparnya untuk yang ketiga kalinya.

"Chika!"

Beby menahan tangan Shani yang ingin berlari menghampiri Chika, "Mereka udah dewasa, kita gak harus selalu ikut campur."

"Adik aku disiksa dan kamu nyuruh aku diem?!" Shani menatap Beby tajam.

"Terus ke mana pergerakan kamu saat adik kamu sengaja nyakitin orang lain? Kamu juga diem 'kan saat itu? Kenapa sekarang protes aku suruh diem?" Beby menatap Shani. "Hukuman dari kesalahan selalu meninggalkan jejak yang tidak adil, tapi itulah seadil-adilnya balasan dari semua kesalahan kita."

"Kamu pikir Fiony gak salah dengan pura-pura sakit? Kamu pikir kamu gak salah dengan nyembunyiin itu selama ini?" Shani membalikan pertanyaan itu.

"Fiony udah dapet hukuman, gak ada yang lebih sakit dari mencintai seseorang yang hatinya untuk orang lain, gak ada yang lebih sakit dari berada di depan orang yang pikirannya tertuju pada orang lain." Beby melepaskan genggaman tangan Shani. "Aku kritis, anggep aja itu hukuman untuk kesalahan aku. Di sini kita ada buat nungguin adik kita, bukan buat ikut campur urusan mereka." Ia melirik ke arah Viny yang berdiri dengan tatapan khawatir. "Lo juga diem, berenti pasang badan buat sebuah hubungan yang salah, udah cukup lo lindungin mereka, mereka sekarang lagi hadapin resiko yang udah mereka ketahuin dari awal, ini pilihan mereka."

DILEMMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang