32

6.9K 826 616
                                    

Dua minggu berlalu, semua orang dikejutkan dengan undangan pesta yang Ara berikan secara tiba-tiba untuk merayakan rumah baru Ara. Siapa yang tidak terkejut? Seseorang yang bahkan tidak memiliki banyak tabungan sekarang bisa membeli rumah mewah dan beberapa mobil mewah lainnya. Hanya dalam waktu dua minggu, gadis yang selalu disebut miskin itu kini derajatnya naik beberapa kali lipat.

Vivi turun dari mobil alphardnya, ia melirik rumah mewah Ara, pelataran rumahnya sangat luas, warna putih yang digunakan menambah kesan megahnya rumah ini. Vivi berjalan masuk ke rumah bersama tiga anak buah yang mengikutinya dari belakang. Namun, langkahnya ditahan oleh beberapa penjaga rumah Ara.

"Mohon maaf Nona Ara melarang siapapun masuk membawa bodyguardnya."

"Nona?" Vivi sedikit meremehkan, tidak pantas sekali orang seperti Ara dipanggil dengan sebutan itu. Vivi mengibaskan tangannya, memberi isyarat agar anak buahnya menunggu di luar sementara langkahnya tetap terayun. Sesekali ia memandangi pernak pernik rumah ini, benar benar sangat mewah. Dari mana Ara mendapatkan kekayaan sebanyak ini?

"Gila ya." Mira menepuk bahu Vivi dari belakang. "Keren banget rumahnya."

"Biasa aja sih." Vivi mengangkat bahunya sekilas, tidak ingin mengakui meski sebenarnya ia sadar, rumah ini sangat mewah.

"Ya elah, keren ini." Mira berdecak kagum. "Ara cerita ini dari ayah kandungnya, gila temen temen gue anak orang kaya semua." Mira terus berjalan tanpa menghentikan pergerakan matanya yang memperhatikan kesekeliling.

"Hei liat siapa anak manis ini?" Vivi berjongkok, merentangkan tangannya, menyambut Christy yang sedang berlari cepat menghampirinya. Vivi mendekap erat tubuh Christy. "Kamu cantik banget pake dress putih, siapa yang dandanin?"

"Kak Chikaaa." Christy melepaskan pelukan Vivi kemudian menatap Mira. "Kak Mira bawa coklat gak?"

"Nanti ya sayang kita beli coklat." Mira mengecup puncak kepala Christy. "Di mana yang lainnya?"

"Di dalem ayo." Christy berdiri di tengah mereka berdua, ia menggenggam tangan mereka seraya berjalan masuk karena pesta akan segera dimulai, mereka adalah tamu yang datang terakhir. Christy langsung berlari mendekati kedua teman barunya yaitu Marsha dan Indah.

"Itu gimana, sayang?" tanya Ashel merangkul bahu Azizi. "Kali aku bisa donorin darah aku?"

"Nanti aja kalo ada yang butuh golongan darah yang sama kaya kamu, aku kasih tau ya. O- emang bisa ditransfusi ke semua golongan darah tapi O- hanya bisa menerima O- jadi takutnya ketika darah kamu ditransfusi ke orang, kebetulan ada orang yang membutuhkan golongan yang sama malah dia yang gak kebagian." Azizi tersenyum pada kekasihnya itu seraya memperbaiki poni Ashel yang baru saja dipotong. "Karna terlalu langka biasanya sih yang sama kaya kamu yang satu gen aja tapi orang juga ada kok."

"Ya udah berarti aku sama Indah aja ya yang ikut besok?" tanya Marsha.

Azizi mengangguk, "Iya boleh." Tak sengaja pandangannya bertemu dengan Beby yang sedari tadi berdiri memisahkan diri di samping Indah. Azizi menyunggingkan senyumannya pada Beby, Beby hanya membalasnya singkat.

"Ini teh si Ara nyegik gitu?" bisik Melody tepat di telinga Lidya yang sengaja ia tarik agar sejajar dengan kepalanya. "Masa dua minggu udah kaya, bener ieu mah jigana si Ara ikut pesugihan di Gunung Garut."

"Huss ah nanti kedenger orangnya," balas Lidya menegur Melody. Kenapa orang tua ini selalu berpikir buruk tentang orang lain? Lidya tidak habis pikir kenapa Melody tak berubah, ya meski kadang kekasihnya itu sangat lucu.

"Aku akan cek tabungan kamu, kalo sampe ada pengeluaran miliaran, aku tarik semua tabungan kamu," ucap Veranda dengan tatapan sedikit tajam pada Chika.

DILEMMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang