5

8.4K 843 174
                                    

"Apanya yang selalu terbuka? Kakak nyembunyiin semuanya dari aku, kak." Fiony menahan tangan Shania yang hendak mengambil handuk, ia tidak akan membiarkan Shania pergi ke manapun sebelum Shania menceritakan semuanya.

"Hmm kayanya gue ke luar dulu ya?" Kinal memindahkan posisi bantal yang sebelumnya berada di pangkuannya kemudian berdiri, berjalan ke luar kamar.

"Apa yang pengen kamu tau?" Shania melepaskan tangan Fiony di lengannya. "Siapa sih yang gak terbuka sama siapa?" Shania tersenyum miring lalu menggelengkan kepalanya. "Udah jam 12, istirahat." Ia mengayunkan langkahnya, tetapi kembali ditahan. Ia mengantup matanya, berusaha menahan kekesalannya lalu menatap Fiony. "Apa?"

"Siapa sebenernya mereka? Kak Viny, kak Shani, kak Ve, kak Melody, aku gak tau semuanya. Kenapa aku bisa gak tau padahal kakak temenan sama mereka udah bertahun-tahun. Terus ada hubungan apa kakak sama kak Kinal?"

Shania melepaskan genggaman tangan Fiony dan menghempaskan tubuhnya di sofa, "Aku gak pernah kenalin mereka sama kamu karna kamu liat sendiri, kita bukan circle baik yang bisa kamu jadikan contoh."

"Aku udah gede, aku bisa bedain mana sesuatu yang bisa aku contoh dan mana yang ngga." Fiony duduk di samping Shania. "Terus kak Kinal?"

Shania termenung beberapa saat, apa Fiony akan kecewa jika ia menceritakan apa yang pernah terjadi dengannya dan sahabatnya itu?

"Cerita aja," ucap Fiony yang sudah bisa membaca keraguan Shania. Ia tidak bisa terus menerus jadi orang yang tak tau apapun. Bagaimanapun juga, sedikitnya ia harus tau apa yang pernah terjadi pada kakaknya.

"Aku dulu pernah selingkuhin Beby."

"Apa?!" Fiony tersentak kaget, tentu saja, bagaimana bisa? Beby sudah memberikan segalanya pada Shania. "Kamu gila?!"

"Iya aku gila dulu." Shania menatap Fiony. "Aku emang gila," lanjutnya menunjuk dadanya sendiri, "aku gak pernah puas sama apa yang aku terima, Beby kasih setengah aset hartanya untuk aku tapi kamu tau kan dulu dia sedingin apa? Aku gak cuma butuh harta tapi aku butuh perhatian dia, butuh dilembutin. Aku tau itu kesalahan terbesar aku."

Fiony tidak menjawab karena masih shock, ia menggeleng tidak menyangka, bagaimana bisa? Bukan hanya pada Beby, Shania mengkhianati sahabatnya sendiri. Apa yang Shania pikiran saat itu sampai tega menyakiti orang-orang yang ada di sekelilingnya? Fiony tidak habis pikir.

"Aku akan dapat karma suatu saat nanti." Shania

"Adek kamu cewek loh, gimana kalo karma itu malah sampe ke aku? Siapa yang akan bertanggung jawab?" Fiony masih menatap Shania dengan shock, ia masih tidak percaya. Fiony mengerjap dan membuang wajahnya, entah kenapa darahnya tiba-tiba memanas, nafasnya menderu.

"Karma gak akan sampe ke kamu, aku didik Ara pake tangan aku sendiri, dia gak mungkin sejahat itu-"

"-Pake tangan kamu sendiri? Liat apa yang pernah kamu lakukan oleh tangan kamu sendiri." Sekali lagi, Fiony menggeleng tidak percaya dan berdiri, melangkah menjauhi Shania.

"Kamu gak pernah cerita soal penyakit kamu!"

Fiony menghentikan langkah tepat saat tangannya menggenggam knop pintu, "Bukan urusan kamu," jawabnya langsung membuka pintu dan berjalan pergi meninggalkan kamar itu.

Tanpa sadar, Fiony mengepalkan tangannya. Mengetahui kenyataan itu, perasaannya campur aduk, ia emosi, marah, tetapi juga takut. Bukan hanya karena karma. Namun, ia juga menyadari satu hal bahwa rasa sakit bisa disebabkan oleh orang yang paling dekat dengan kita. Bagaimana jika suatu saat nanti ia merasakan hal yang sama? Fiony sangat takut sekarang.

"Kata siapa Nissa Sabyan hamil?" Chika tertawa mendengar cerita Ara. Ia tidak tau sama sekali soal gosip, tetapi Ara mengetahui segalanya.

"Iya katanya, terus kemarin beredar video Raffi Ahmad sama Ayu Ting-Ting di Pesawat gitu. Parah banget ya yang nyebarin? Itu kan bikin orang berasumsi yang ngga-ngga." Ara terus bicara sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil.

DILEMMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang