"Kita belum ada bukti, Nal."
"Butuh bukti apa lagi?" Kinal menarik kerah kemeja Viny dan menatapnya begitu tajam. "Semua rekaman CCTV di sepanjang jalan malam itu mati, kita bisa cari di mana?"
"Apa yang ada di pikiran lo itu cuma sebatas asumsi lo doang," ucap Lidya mengundang tatapan tajam Kinal ke arahnya. "Gimana kalo pacar lo itu emang seorang pembunuh dan Vivi beneran dateng buat ngebantu Ve keluar dari jeratan hukum?"
"Gak mungkin Veranda berani bunuh orang!" Kinal mendorong kasar tubuh Viny dan melepaskan pukulannya dengan keras tepat pada wajah Lidya. "Hati-hati kalo ngomong!" Kinal menunjuk tajam wajah Lidya.
Lidya tersenyum miring, "Hati-hati?" tanyanya menggantungkan senyuman dan membalas pukulan itu jauh lebih keras sampai tubuh Kinal terbanting ke lantai. "Gak ada yang tau apa yang terjadi, gimana kalo Vivi yang kita pandang jahat selama ini ternyata baik?!"
Kinal mengusap darah yang keluar dari hidungnya kemudian bangkit, menarik jaket Lidya berniat untuk kembali memukulnya, tetapi tangan Lidya jauh lebih cepat lagi menahan serangannya dan membalikan pukulan itu. Kinal mengerang emosi, "Perkara lo pernah dikasih nasi padang, lo bilang dia baik?!"
"Gak ada hubungannya sama nasi padang, anjing!" Lidya menendang perut Kinal saat Kinal hendak kembali menyerangnya. "Gak ada yang tau apa yang terjadi di balik foto itu. Pacar lo itu udah cukup munafik! Bertahun-tahun dia nyembunyiin rahasia kalo Chika bukan anak Armagan. Untuk menyelamatkan dirinya dari hukum, dia mengorbankan kebahagian Chika selamanya! Dia bahkan berani nyerang Viny! Gak ada yang menjamin dia gak berani bunuh orang! Cewek lo itu dajjal!"
"Veranda bukan orang jahat, anjing!" Kinal mendorong keras tubuh Lidya sampai terbanting ke meja kerja milik Beby.
Beby mengangkat tangannya, memberi isyarat pada Viny yang hendak memisahkan mereka. Beby hanya diam, melihat mereka saling pukul satu sama lain. Kinal benar-benar tidak bisa dihentikan ketika sedang emosi, begitupun dengan Lidya yang tidak bisa mengalah. Beby melepaskan kupluknya lalu menghempaskan tubuhnya di sofa.
Viny duduk di samping Beby dan berbisik pelan tepat di telinganya, "Ara sama Chika udah jadian."
Beby terbelalak kaget lalu menatap Viny tidak percaya.
Viny mengangguk, "Dia semalem cerita dan hari ini mereka mau pergi ke panti asuhan Ara. Kalo Vivi tau, Ara pasti mati. Kita harus cari tau apa yang ada di balik pembunuhan Gita dengan cepat. Kalo apa yang Kinal ucapin bener, kita punya bukti Veranda dijebak dan emang gak bersalah, kita bisa lepasin Chika dari perjanjian itu sekaligus nyelametin Ara tapi adek lo-"
"-Fiony gak akan bahagia." Beby sudah tau ke mana arah pembicaraan Viny. Ia mengusap kasar wajahnya, Fiony dan Ara adalah adiknya, jika ia membantu Ara, ia mengorbankan kebahagiaan Fiony, jika ia membantu Fiony, ia mengorbankan kebahagiaan Ara. Kenapa rumit sekali? Beby tidak pernah menemukan kisah cinta serumit ini dalam hidupnya. Apa yang nanti harus ia jelaskan pada Shania jika ia sudah lebih dulu tau perselingkuhan Ara?
"Ara gak bahagia sama Fiony, mau kita paksain buat bantu Fiony kalo Ara gak cinta sama dia, kita gak akan berhasil." Viny menggenggam bahu Beby. "Kita bantu Ara sama Chika."
"Fiony selalu sakit setiap kali Ara hilang meskipun cuma beberapa hari, dia gak mau makan, kalo kita bantu mereka, adek gue mati, Shania gimana?"
"Semuanya udah terjadi, kalo kita gak bantu mereka, adek lo yang satu lagi akan mati, termasuk Chika. Nyawa orang di mata Vivi itu remeh, jangan lupa."
"Kita gak akan bantu keduanya, Vin. Gue tau lo sayang sama Chika tapi apapun alasannya, perselingkuhan bukan sesuatu yang dapat dibenarkan. Mereka salah dan mereka udah tau apa resikonya. Kita gak bisa ikut campur."
KAMU SEDANG MEMBACA
DILEMMA
FanfictionApa yang lebih sulit dari mempertahankan sebuah hubungan? (17+)