"Astaga!" Chika terperanjat kaget karena baru saja membuka pintu, ia melihat Vivi dan Fiony sedang berdiri di sana. "Kalian ngapain pagi-pagi udah nongkrong di sini?"
Vivi mengangkat kameranya untuk mengambil gambar Chika. Chika sampai reflek menutup mata karena flash kamera Vivi, "Aduh kak kam-" Belum sempat melanjutkan kalimat, Chika melongo melihat Vivi melenggang pergi begitu saja.
"Aku mau ke Ara boleh gak?" Fiony menunjuk ke dalam, menunggu Chika mempersilahkannya masuk. Namun, gadis itu malah diam, menatapnya dengan mata menyipit bingung.
"Ini masih pagi loh, masih jam tujuh." Chika menggelengkan kepalanya, apa gadis itu tidak bisa menahan bertemu dengan Ara meski sebentar?
"Aku kangen, kak." Fiony mengembungkan pipinya seraya memainkan sudut baju piyamanya. Ia menunduk untuk menghindari tatapan Chika.
"Mandi dulu deh kamu sana, nanti ketemu Ara." Sekali lagi, Chika menggeleng sebelum akhirnya menutup pintu kamar dan menguncinya. Ia mengurungkan niatnya yang ingin mencari susu.
Chika bersandar di pintu, memandangi Ara yang masih tidur lelap, gadis itu baru tidur jam lima pagi, ia tidak akan membiarkan Ara bangun seawal ini karena Ara lebih butuh banyak tidur daripada menyelesaikan rindu Fiony yang masih bisa diundur beberapa jam lagi.
"Menyebalkan sekali," gumam Fiony memutuskan untuk pergi dari sana. Ia menuruni anak tangga satu persatu, suasana masih sangat sepi, mungkin memang ia bangun terlalu pagi. Aktivitas apa yang bisa dilakukan jam segini? Apa masak? Sepertinya ide baik.
Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh pagi, Fiony sudah selesai menyajikan sepiring nasi goreng untuk semua orang. Satu persatu, mereka mulai berdatangan, duduk sambil menunggu yang lainnya berkumpul.
"Widih udah kumpul aja nih nenek-nenek," ucap Ara yang berjalan bersama Chika dari arah lantai dua. Ara mencium puncak kepala Fiony sebelum duduk di sampingnya. "Asik nasi goreng, pasti enak nih. Siapa yang buat? Nenek Ve?"
"Gue gibeng ye lu bocil." Kinal menarik kupluk Beby lalu ia lemparkan pada Ara.
Ara menangkapnya dan kembali dilemparkan sampai tak sengaja mendarat di wajah Beby, "Eh maaf kak, gak sengaja, pacar kakak tuh yang duluan."
"Oke." Beby dengan santai memakai kupluknya tanpa kesal sedikitpun.
"Amit-amit gue pacar Beby hii." Kinal menggedikan bahunya, menatap Beby sekilas dan buru-buru melempar pandangan ke arah lain.
"Ara udah ah, ini nasi goreng bikinan aku loh."
Ara menahan senyumannya mendengar itu, "I-ini buatan kamu?" Ludah Ara tertelan begitu saja. Ia mengerjap beberapa kali, membayangkan akan semengerikan apa masakan ini.
"Ih hebat dong bisa masak, gak kaya Melody. Pasti enak nih." Dengan bersemangat, Lidya melahap suapan pertama nasi gorengnya dan langsung terdiam saat merasakan pahit dicampur asin.
"Enak?" tanya Viny yang duduk di sebelahnya.
"Rasanya kaya polisi tidur di keruk terus dijadiin makanan," bisik Lidya sangat pelan sambil menggeleng.
"Masa sih?" Viny menyuapkan satu sendok ke mulutnya dan terdiam cukup lama, rasanya sangat mengerikan seakan akan ada zombie yang menggigit setiap sudut lidahnya. Viny menutup mata kemudian menelan nasi gorengnya dengan cepat dan langsung menyeruput susu.
"Gimana kak?" Fiony tersenyum lebar. Melihat dari ekspresinya, sepertinya mereka sangat menyukai makanannya.
Fiony memang sangat tidak pandai membaca ekspresi orang lain.
"Shan, aku kan udah sarapan ya?" Beby tersenyum pada Shania sambil mengedipkan sebelah mata, memberi isyarat agar Shania menjawab iya. Beby sudah sangat hafal bagaimana dahsyatnya masakan adik iparnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILEMMA
FanfictionApa yang lebih sulit dari mempertahankan sebuah hubungan? (17+)