END

11.4K 983 700
                                    

Butuh waktu hampir tiga bulan untuk menunggu Ara benar-benar pulih dari segala rasa sakitnya. Ara memang sudah pulih dalam waktu sebulan, hanya saja kakinya yang lumpuh sementara memaksanya untuk tetap di rumah sakit, menjalani terapi sampai ia bisa pulih. Sedangkan luka Chika tidak membutuhkan waktu lama untuk pulih karena hanya tersayat, meski luka di telepak tangannya akan membekas selamanya.

Banyak yang berubah sejak kejadian itu, Vivi yang sebelumnya tidak peduli sama sekali pada keberadaan Ara, hampir setiap hari mengunjungi Ara, tak jarang juga ia bergantian bersama Chika menjaga Ara di rumah sakit. Sementara Fiony tidak berani menampakan wajahnya di depan semua orang setelah kejadian yang hampir menewaskan Chika.

Semua masalah yang sangat besar itu kini telah berlalu, Fiony dan Vivi benar-benar sudah mengikhlaskan pasangannya masing-masing.

Perubahan sikap Vivi tidak sampai situ, gadis itu berubah jadi orang yang jauh lebih dingin dari sebelumnya, Vivi bahkan tidak mau mengeluarkan suara di depan Ara atau Abu. Kekecewaannya pada Chika juga sudah sangat dalam, Vivi tidak mau berbicara atau menatap Chika sama sekali. Baginya, Chika adalah masa lalu yang harus ia kubur dalam-dalam, harus ia lupakan. Bukan hanya karena Chika adalah orang yang menyakitinya, tetapi Chika adalah calon istri dari sodaranya sendiri.

Cukup sibuk seminggu menjelang pernikahan, Vivi menepati janjinya untuk membuat pernikahan mewah di Roma. Tiga hari sebelum pernikahan, semua tamu dari negaranya diundang, Vivi menyediakan hotel yang sangat mewah serta dana liburan yang cukup besar untuk mereka. Tidak ada yang tidak bahagia menerima undangan ini, semua dengan senang hati ikut, termasuk Veranda yang diundang sesuai keinginan dari Ara. Ara mengerti meski Veranda sudah tidak akrab dengan siapapun, mau bagaimanapun juga, gadis itu adalah kakak kandung dari seseorang yang akan ia nikahi.

"Anjing mewah banget." Lidya berdecak kagum melihat gedung pernikahan Ara dan Chika yang sangat mewah, ini terlihat seperti istana megah yang berdiri di tengah-tengah kota. "Vin, dindingnya emas loh."

"Emang boleh dipotekin?" Viny menatap Beby, menunggu jawaban, Beby hanya menatap malas tanpa mau menjawab. Viny menunjukan cengirannya, tentu saja tidak bisa. Viny melayangkan pandangannya ke sekeliling gedung, entah harus menghabiskan uang berapa ratus juta untuk menyewa gedung ini. Ia jadi khawatir Shani menginginkan hal yang sama, ia tidak akan mampu memberikan Shani kemewahan seperti ini.

"Aku deg-degan." Ara tidak bisa diam di ruangannya, ia terus berjalan tak tentu arah untuk meredam detak jantungnya yang bertalu-talu, setengah jam lagi sesuatu yang selama ini ia impikan datang, yaitu pernikahannya. Bagaimana mungkin ia tak gugup?

"Diem deh pusing liatnya," omel Shania yang sedari tadi memperhatikan Ara. Sebagai seorang kakak, Shania tentu saja jadi salah satu pihak yang mendampingi Ara nanti. Sisi egoisnya kadang muncul, mungkin pernikahan ini akan jauh lebih membahagiakan jika yang ada diposisi Chika adalah Fiony. Namun, ia juga sudah cukup dewasa untuk menilai semua yang terjadi, kesalahan Fiony fatal dan cinta Ara tidak bisa dipaksakan.

"Iya deh." Ara akhirnya diam sebelum omelan Shania keluar lebih banyak lagi.

Ara memandangi pantulan dirinya di depan cermin. Ia melihat wajah dirinya sendiri, wajah yang selama ini diam-diam selalu menyimpan duka, wajah yang selalu berpura-pura bahagia. Sekarang segala rasa sakitnya telah berlalu, pintu kebahagiaan telah terbuka lebar, mentari sudah terbit untuknya. Ara tidak pernah merasakan kebahagiaan sebesar ini, kebahagiaannya sangat sempurna sekarang karena ia di kelilingi oleh orang yang ia cintai.

"Vivi mana?" tanya Ara.

Shania menunjuk ke arah kamar mandi, sudah lebih dari setengah jam Vivi berdiam diri di sana entah sedang apa, apa mungkin Vivi sedang... Shania menggeleng, menepis pikiran buruknya, tidak mungkin ada orang yang segila itu melakukan onani di hari pernikahan adiknya.

DILEMMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang