31

6.8K 753 496
                                    

Sebelum baca, cek dulu yaa videonya, ada di media atas apalah itu istilahnya. Temen aku yang buat, katanya cocok buat Dilemma hehe semoga kalian suka ya sama videonya




***


"Gimana, Dok?" tanya Ara pada Dokter Khandra, spesialis jantung yang menangani Fiony selama ini. "Dia baik-baik aja?"

"Dia udah jarang minum obat ya akhir-akhir ini?" Bukan menjawab, Khandra malah balik bertanya. "Kondisi jantungnya melemah, sangat mengkhawatirkan, aku harap dia gak boleh banyak pikiran apalagi stres atau kondisi jantungnya akan semakin buruk." Khandra berjalan meninggalkan Ara.

"Jantung?" Vivi menggeleng tidak mengerti karena Fiony tak pernah bercerita kepadanya tentang hal ini. Vivi menatap Ara, "Kamu gak pernah cerita sama aku soal ini."

"Aku gak mungkin cerita sama kamu tanpa izin dari Fiony." Ara mendelik, berjalan masuk ke ruangan Fiony, ia duduk tepat di samping ranjang Fiony, memandangi wajah pucat kekasihnya. Ara tidak ingin kejadian tiga tahun lalu saat Fiony drop sampai nyaris kehilangan nyawanya, terulang hari ini. Hatinya memang menolak mencintai Fiony, tetapi perasaannya tentu menyayangi Fiony. Dari dulu Fiony sudah seperti kakaknya sendiri.

Chika memperhatikan Ara yang kini mulai menggenggam tangan Fiony dan mengecup punggung tangannya berkali-kali. Seperti biasa, hatinya selalu sakit melihat setiap sentuhan yang Ara berikan pada Fiony. Namun, kali ini tentu bukan waktunya untuk cemburu. Fiony jauh lebih membutuhkan perhatian Ara sekarang. Sampai kapan ini berlangsung? Sampai kapan ia terus menerus menahan cemburu? Sampai kapan cintanya terus terbagi?

"Kamu tau soal ini?" Vivi bertanya pada Chika, Chika yang tidak ingin pusing hanya menggeleng, meski sebenarnya ia tau apa yang terjadi pada Fiony. Vivi mengembuskan nafas panjang seraya berdiri di samping ranjang kanan Fiony, memandangi wajah Fiony.

Tak lama, Vivi mengangkat kepalanya, menatap tajam pada Ara yang akhir-akhir ini selalu membuat Fiony bersedih. Vivi mengepalkan tangannya. Terdorong oleh emosinya yang menggebu-gebu, ia berjalan mendekati Ara, manarik tangannya untuk berdiri dan langsung mencengkram kuat rahangnya.

"Ini semua karna kamu!"

Ara menahan tangan Vivi yang ingin memukulnya kemudian mendorong tubuhnya sampai terhuyung ke belakang, "Jaga ucapan kamu!"

"Kak!" Chika menahan bahu Vivi yang hendak kembali menyerang Ara. "Kamu kenapa sih? Kok malah nyalahin Ara?"

"Diem kamu, kamu gak tau sebrengsek apa sahabat kamu itu!" Vivi mendorong kasar bahu Chika sampai tubuhnya terbanting cukup keras ke lantai, topi yang Chika kenakan terpental.

Emosi Ara langsung naik sampai ujung kepalanya melihat Chika diperlakukan sekasar itu. Ara menatap Vivi tajam dengan nafas yang mulai memburu, ia memilih untuk diam ketika Vivi memukulnya, membiarkan sudut bibirnya mengeluarkan darah.

"Kak!!" Chika berusaha menahan tangan Vivi, tetapi Vivi malah kembali mendorong tubuhnya.

Ara mengangkat satu tangannya pada Chika kemudian mengedipkan mata, memberi isyarat agar Chika tidak menghalangi Vivi. Ara masih diam dalam emosinya, memandangi Vivi yang tampak begitu emosi, apa alasan Vivi semarah ini? Apa Fiony mengetahui tentang perselingkuhannya dan mengadu pada Vivi? Lagi, Ara membiarkan dua pukulan mendarat di pelipis serta sudut bibirnya. Sesaat, ia menyentuh bibirnya, merasa sudah ada tanda pukulan yang Vivi ciptakan.

"Kalo kamu emang gak mampu bahagiain dia, lepasin!" Amarah Vivi benar-benar membeludak, ia kembali memukul wajah Ara begitu keras sampai akhirnya ia mundur, melihat Ara yang masih diam padahal Ara memiliki kekuatan untuk menahan pukulannya. Di tengah helaan nafasnya yang terengah-engah, Vivi menaikan sebelah alisnya bingung, apa yang Ara rencanakan?

DILEMMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang