Waktu sudah menunjukan pukul satu malam ketika mereka berkumpul di rumah Lidya, Lidya yang berhasil membujuk Mira untuk berbicara tentang apa yang terjadi sebenarnya tentu langsung mengundang Beby, Kinal, Viny dan Shani. Shani juga mengajak Chika serta Ara yang sekarang sedang menyusul di perjalanan.
"Ok gue ngaku, gue cuma pura-pura hilang ingatan karna-" Beby melirik ke arah Kinal lalu menarik pandangan pada Viny, Viny mengangguk, memberi isyarat agar Beby mengungkapkan segalanya. Beby mengangguk, "Gini, ada beberapa hal yang janggal dari penjelasan Veranda waktu itu. Veranda menjelaskan dia ditangkap polisi karna mencuri makanan, dia narkoba karna stres sama keadaan tapi dia gak menjelaskan sedikitpun kenapa dia nyaris membunuh sampai dua kali, semua penjelasan Veranda itu memenangkan dirinya sendiri."
Viny mengangguk, "Gue baca dengan jelas dan Ve tau itu, makanya setelah pulang dari sana, gue diincer, ada yang nembak empat kali, untung aja Beby nuker posisi gue sama anak buahnya." Viny menggenggam tangan Shani ketika melihat tatapan khawatir dari gadis itu. "Aku baik-baik aja."
Chika menggigit ujung jarinya, merasa sangat khawatir sekarang pada Ara yang sedang berada di perjalanan. Bagaimana jika terjadi sesuatu buruk pada gadis itu? Kenapa lama sekali? Chika mengusap kasar wajahnya, ia terlalu fokus memikirkan Ara sampai tidak sadar dengan pembicaraan mereka.
"Besoknya, gue kecelakaan, iya rem gue blong tapi gue masih inget ada mobil yang nabrak gue dari belakang dan bikin mobil gue makin gak terkendali lagi, gue tau ada percobaan pembunuhan tapi gue gak selidikin ini karna percuma, pasti CCTV di jalan dia matiin." Beby memperhatikan ekspresi wajah Kinal yang tampak jelas tidak percaya dengan semuanya, Kinal pasti akan kekeh membela kekasihnya.
"Siapa yang tau itu ulah Veranda? Ini semua cuma asumsi 'kan?" Kinal tertawa seraya menggeleng-gelengkan kepala karena merasa orang-orang di sekelilingnya itu bodoh terlalu berasumsi dengan cepat.
"Lo inget gak sih kotak kue yang Veranda bikinin buat gue? Coraknya apa? Bunga higanbana." Beby menegaskan kata terakhirnya. "Itu artinya kematian atau perpisahan, dia kasih itu ke gue buat nunjukin kalo dia dalang dari kecelakaan gue."
"Ve gak jahat, Beb. Lo inget gak dia yang jelasin semuanya ke kita tentang apa yang terjadi sama Gita?" Kinal sudah mulai emosi, terlihat dari nafasnya yang mulai kasar.
"Lo mikir!" Beby menunjuk dahinya sendiri. "Dia nyembunyiin ini bertahun-tahun, gak mungkin dengan mudah dia ceritain semuanya." Beby menggeleng, tidak habis pikir ke mana logika Kinal dalam menanggapi masalah ini. "Kenapa dia nyimpen semua berkasnya di gudang yang bahkan gak dikunci? Kenapa dia nyimpen berkasnya di lemari yang bahkan gak dia kunci? Kenapa? Dia tau kita akan datang buat cari tau semuanya makanya dia muter otak buat bikin alibi ini."
"Lo sendiri liat dia gak bunuh Gita anjing!"
"Bisa gak gak usah nyolot?!" Lidya menahan tubuh Kinal yang hendak bangkit ingin memukul Beby, ia mendorong keras gadis itu sampai kembali duduk. "Tenang dulu!"
"Kak Gita mati," ucap Chika dengan nada bergetar ketakutan saat mengingat apa yang terjadi malam itu. "A-aku yang peluk dia malem itu, aku dateng ke tempat itu dan liat dia, dia mati, darahnya aku pegang." Chika mengangkat kedua tangannya yang bergetar hebat. "Aku yakin kak Vivi pasti jebak kak Ve dan bikin seolah-olah kak Ve membunuh, dia pengen buat jasa biar dia bisa bikin perjanjian itu, dia bebasin kak Ve dari hukum dengan aku jadi milik dia."
"Kamu salah," timpal Mira menyergah ucapan Vivi. "Mereka berdua yang membunuh Gita, ini ada dalam perjanjian yang aku baca di ruangan Vivi, Vivi berjanji akan kasih uang triliunan dengan bayaran dia bisa memiliki Chika selamanya."
Air mata Chika langsung jatuh, gadis itu menggeleng tidak percaya, tidak mungkin Veranda sengaja membunuh seseorang demi harta dan bahkan mengorbankan adiknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILEMMA
FanfictionApa yang lebih sulit dari mempertahankan sebuah hubungan? (17+)