Setiap ingat dirimu, rasanya ingin kembali
Mungkin ingin bertemu masih ada
Ingin memeluk masih ada
Sayang kini tak bisa
Kau telah memilihnyaAra menoleh ketika merasakan kehadiran seseorang, tetapi ia tak menghentikan gerakan tangannya yang sedang menekan note piano. Di sampingnya kini sudah berdiri gadis menyebalkan, siapa lagi kalau bukan Chika?
Mungkin saat hatiku masih sayang
Chika ikut bernyanyi karena permainan piano Ara cukup bagus dan ia sangat suka lagunya, itu lagu favoritenya yang akhir-akhir ini sering ia putar.
Salahku memutus cinta
Sambil terus bermain piano, Ara menatap Chika yang kini sedang memejamkan matanya. Jika sedang tenang, hatinya tidak bisa menolak lagi untuk mengakui kecantikan Chika.
Dan kini kumenyesal rindu hanya di dalam hati
Chika membuka kelopak mata saat suara piano Ara berhenti, "Kok berenti?" tanyanya merangkul bahu Ara.
Bukan menjawab, Ara malah melirik tangan putih Chika yang kini berada di bahunya, tangan itu bergerak, mengusapnya lembut. Ara berdehem, berusaha bersikap biasa saja sebelum akhirnya menjawab, "Udah selesai."
"Nyanyiin satu lagu buat aku," ucap Chika sangat lembut. Nada suara menyebalkan yang sudah dua hari ini Ara dengar, kini hilang. "Raa?"
Ara yang didapati sedang melamun tentu langsung mengerjap dan reflek memainkan piano untuk mengalihkan rasa gugupnya. Ara memejamkan mata.
Sudah...
Sudahi semua bicara...
Kuingin segera berdua...
Dan pagi menjelang melahirkan mentari...
Pagi dan sudah...
Sudahi semua prasangka...
Dunia berputarlah saja...
Rekam peristiwa yang takkan terulangi...
Pagi dan sudah...
Sudahi malam yang duka...
Dunia kau kan baik saja...
Hujan akan tiba...
Melahirkan pelangi...Ara membuka mata, pandangannya langsung fokus pada Chika ketika kedipnya mulai bergerak. Chika tersenyum, sangat manis dan itu membuat Ara lupa melanjutkan nyanyiannya, bibirnya langsung bungkam meski tangannya masih bergerak.
Melahirkan semua nada indah...
Mencoba menjadi bahagiamu sendiri...Chika melanjutkan lirik yang kosong. Tangannya masih dengan nyaman merangkul bahu Ara.
Sudah lupakan semua derita...
Doa semesta menjaga...
Duka akan hilang...
Perlahan terobati...
Belajar memahami masa depan...
Tak kah yang disimpan akan tenang...
Melahirkan semua nada indah...
Mencoba menjadi bahagiamu sendiri...Chika mengakhiri nyanyiannya dengan senyuman dan fokus memandangi pergerakan tangan Ara yang sangat lihai memainkan piano. Ternyata Ara punya bakat, ia pikir Ara hanya punya mulut keparat. Ia mengalihkan pandangannya pada Ara dan baru sadar bahwa sedari tadi Ara masih menatapnya. Chika kembali memberikan senyumannya.
Ara mengangguk, memuji suara Chika dan membalas senyuman itu dengan senyuman yang tak kalah manis.
Suara tepuk tangan terdengar, Chika dengan kontan melepaskan rangkulannya dan menoleh, mendapati Fiony yang sedang berjalan mendekati mereka.
"Duet yang bagus," puji Fiony yang sedari tadi memperhatikan mereka dari belakang. "Suara kalian bagus." Fiony menghentikan tepuk tangannya. "Nanti malam nyanyi lagi, sekarang kalian disuruh makan sama kakak kakak."
"Ayo." Ara berdiri, berjalan mendekati Fiony, merangkul bahunya dan membawa Fiony pergi dari sana, meninggalkan Chika sendiri.
Chika melipat kedua tangannya di depan dada, memperhatikan punggung Ara dan Fiony yang perlahan menghilang dari pandangannya. Sikap Ara begitu hangat pada Fiony, tengilnya bisa membuat Fiony tertawa sampai berkali-kali. Chika menggelengkan kepala, beruntung sekali Fiony.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILEMMA
FanfictionApa yang lebih sulit dari mempertahankan sebuah hubungan? (17+)