18

635 98 13
                                    

Yeonjun POV.

Sejak pagi, senyumku tidak pernah luntur. Aku benar-benar merasa sangat bahagia karena bisa bertemu kembali dengan Soobin, ucapkan terimakasih kepada Beomgyu yang sudah mau membantuku dalam hal ini.

Sejujurnya, aku merasa tidak yakin saat menerima tawaran dari Beomgyu untuk memperjuangkan perasaanku. Karena sejak awal, aku memang tidak pernah mengharapkan balasan apapun dari Soobin tentang ini. Namun saat dipikirkan kembali, ucapan Beomgyu memang benar, aku harus benar-benar berjuang.

Setidaknya, aku mau mencoba. Dan jika usahaku gagal, maka aku tidak akan memaksa Soobin dan akan melupakan hal ini untuk selamanya.

Cklekk...

Suara pintu terbuka, kembali menyadarkanku pada kenyataan dan dapatku lihat bahwa saat ini Soobin tengah berdiri seraya menatap ke arahku dengan tatapan terkejutnya.

Aku tersenyum tipis seperti biasa, "hai," sapaku padanya.

"Yeonjun, apa yang kau lakukan? Kau berdiri didepan rumahku, sepagi ini? Astaga..." omelnya heran. Lantas ia kembali menutup pintu.

Aku memutar kedua bola mataku malas. "Berhenti mengomel tuan muda, dan ini, ambil buku catatan milikmu."

Ia menerima buku catatan yang kuberikan padanya.

"Hei, mengapa buku ini ada padamu? Seingatku, kau tidak pernah meminjam buku catatan milik siapapun termasuk aku." Ia berkata dengan nada penuh keheranan. Oho, dia sangat mengenaliku dalam hal ini.

Memang benar, aku tidak pernah meminjam buku catatan milik siapapun. Tentu saja, lagipula jurusan  kami berbeda.

"Memang bukan aku yang meminjam, tapi Beomgyu ingin aku mengembalikan ini kepadamu," balasku santai.

Soobin mengangguk, kemudian ia berdecak. "Beomgyu memang tidak bertanggung jawab, bukankah seharusnya dia yang mengembalikan ini padaku?" ujarnya kesal.

Beomgyu? Tunggu, kemarin ia mengatakan bahwa bukan dirinya yang meminjam catatan milik Soobin. Tapi... ah, sudahlah.

"Sudahlah Soobin, memangnya mengapa jika aku yang mengembalikannya padamu?" tanyaku heran.

Soobin terlihat menghela nafas, kemudian ia menjawab, "aku hanya tidak ingin kau repot-repot atas pekerjaan orang lain. Seharusnya dia yang bertanggung jawab bukan? Berani melakukan suatu hal, maka ia juga harus berani untuk bertanggung jawab."

"Astaga Choi Soobin, berhenti mengatakan tentang tanggung jawab. Lagipula, aku tidak merasa kerepotan untuk hal sekecil ini. Dan satu hal lagi, apakah kita bisa berangkat sekarang? Ini sudah terlambat."

Ia menoleh, menatap pada jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya, lantas kembali menatap ke arahku lengkap dengan cengiran khasnya.

"Hehe, maaf. Aku hanya terlalu kesal pada sesorang yang tidak bertanggung jawab, serius."

Oh, apakah dia lupa, seberapa tidak bertanggung jawab dirinya? Haruskah aku ingatkan anak tidak tau diri ini?

Astaga, Yeonjun, sabar.

Aku menatap kearahnya dengan tatapan datar.

"Baiklah Choi, aku minta maaf. Tolong jangan marah, dan ayo kita berangkat sekarang," ajaknya. Kemudian ia menarikku agar segera berjalan disampingnya, dan kami pun berjalan beriringan, melangkah dengan damai sampai-

"Hei!" Soobin tiba-tiba berteriak, dan tentu saja aku merasa terkejut.

Ia berhenti melangkah dan kembali menatapku.

"Ada apa?" tanyaku heran.

"Aku baru menyadari ini," ucapnya.

Aku mengernyit tak mengerti.

STAY WITH ME | CHOI YEONJUN |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang