7

119 55 6
                                        

Setelah libur kelulusan dan mengikuti segala persyaratan masuk universitas. Hari ini merupakan, hari pertama masuk ke dalam kelas sesuai dengan fakultas tujuan masing-masing.

Deysy tengah berjalan di lorong fakultasnya, ia memilih management business, dan untuk sahabat nya yang lain memilih fakultas yang sesuai dengan keinginan mereka. Yuna memilih fakultas kedokteran, karena sejak kecil ia ingin sekali menjadi seorang dokter. Naya memilih fakultas yang sama dengan Deysy. Dan Elyna sendiri memilih fakultas bahasa, karena menurutnya mudah.

Hari ini Deysy mendapatkan jadwal pagi, dan ia merutuki dirinya yang datang ke kampus terlalu pagi. Padahal kelasnya akan dimulai 1 jam lagi, Naya juga mengirim pesan padanya akan sampai setengah jam lagi.

Deysy menatap bingung saat terlihat beberapa orang tengah berkumpul sambil menampakkan wajah kasihan dan iba, Deysy mengangkat bahunya tidak peduli tetapi saat mendengar suara yang ia kenal Deysy memutuskan untuk melihat sebentar.

Sebelah alisnya terangkat saat melihat Revan dan beberapa temannya tengah mengelilingi seorang pemuda yang terduduk, sepertinya pemuda itu baru saja di dorong hingga jatuh. Deysy juga tidak bisa melihat wajah pemuda itu karena tertutupi oleh teman-teman Revan.

"Emang dasarnya anjing ya gitu"gumam Deysy.

Baru saja ia akan kembali melangkah, sebelum ia mendengar perkataan seorang mahasiswi dengan sahabatnya.

"Terkadang gue kasihan juga sama Jino, dia selalu aja jadi bahan bully kak Revan sama temen-temen berandalnya"

"Iya, kenapa juga Jino harus kuliah"

Deysy terdiam dan otaknya sibuk mencerna obrolan dua mahasiswi itu.


Jino menghela nafas, ia lelah menjadi bahan bully-an kakak tingkatnya yang berandal itu. Tetapi ia juga tidak bisa melawan dengan keadaan fisik seperti ini, kedua orang tuanya sudah melarang dia untuk pergi ke kampus dan menyuruhnya belajar di rumah saja, tetapi ia ingin seperti orang-orang seumuran nya yang berangkat kuliah dan memiliki banyak teman. Walaupun Jino tahu, tidak ada orang yang ingin berteman dengan orang buta sepertinya.

Jino bangun dan berdiri tanpa ia ketahui, ia tepat berhadapan dengan Revan yang menatapnya remeh.

"Seharusnya orang buta kayak lo masuk kampus luar biasa"ucap salah satu teman Revan membuat mereka tertawa.

"Tapi di kampus ini gak ada larangan orang buta gak bisa masuk"ucap Jino memberanikan diri melawan.

"Orang buta kayak lo gak pantes di sini!!!"ucap Revan.

"Kalau begitu berandal kayak kalian juga gak pantes disini"itu bukan Jino tetapi Deysy yang sekarang sudah berada di belakang Revan.

"Lo...."desis Revan.

"Apa?! Kaget liat gue?"tanya Deysy menantang.

"Lebih baik lo gak usah ikut campur"ucap Revan.

"Libih biik li gik isih ikit cimpir"cibir Deysy, membuat Revan menatapnya penuh amarah.

"Gue gak takut sama ancaman lo. Dan sebelum gue buat lo dalam masalah mending pergi dari sini, bawa juga tuh curut-curut lo"ucap Deysy.

"Oh iya satu lagi, jangan pernah ganggu Jino lagi kalau gak mau hidup kalian ancur"ancam Deysy saat Revan dan teman-temannya mulai berjalan pergi.

Setelah kepergian Revan and the geng, Deysy menatap Jino dengan tatapan berbinar.

Mimpi apa ya gue semalem, bisa ketemu sama dia lagi-Inner Deysy.

"Ekhem! Pertunjukannya selesai, kalian boleh pergi"ucap Deysy, membuat orang-orang yang menonton membubarkan diri.

"Lo gak papa?"tanya Deysy.

GONE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang