Setelah sekian lama, hari ini meja makan di mansion Xavier terlihat hidup dan ramai. Para maid pun terlihat dengan senang hati melayani tamu nona muda mereka, biasanya mereka hanya akan memasak jika Deysy menyuruh mereka.
Deysy dan yang lainnya (-Naya) sarapan sambil mengobrol hal-hal ringan ataupun hal yang tak bermutu, seperti Elyna yang tiba-tiba membicarakan jamet-jamet di lampu merah perempatan.
Deysy meneguk segelas susu, lalu sedikit merapihkan kemeja putihnya, ia juga memastikan jika celana bahan hitamnya sudah rapi.
"Kalian lanjut sarapannya, gue ada urusan ke perusahaan"ucap Deysy.
"Perlu gue anter gak?"tawar Jevan.
"Gak usah, lagian kayaknya gue bakal lembur deh. Kalian kan tahu udah dua mingguan ini gue gak ngecek perusahaan"tolak Deysy, lalu memakai jasnya yang berwarna senada dengan celananya.
"Hati-hati di jalan, Deysy"ucap Elyna, sedangkan Deysy hanya mengacungkan jempol nya dan pergi dari sana.
Saat berjalan menuju pintu, Deysy melihat seorang maid yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Maid itu tengah mengelap beberapa bingkai foto yang berada di lemari pajang.
"Kau, kemarilah"ucap Deysy, membuat maid itu menghampirinya dengan kepala yang menunduk.
"Iya nona"ucap maid itu.
"Kau baru disini?"tanya Deysy dan maid itu hanya mengangguk.
"Apa kepala maid tidak memberitahumu, jika harus mengikat rambut saat bekerja. Ikat lah rambut panjang mu itu"ucap Deysy.
"Maaf nona saya lupa"ucap maid.
"Lain kali jangan sampai lupa"ucap Deysy, lalu kembali berjalan tapi baru beberapa langkah ia berhenti.
"Oh iya, tolong beritahu kepala maid untuk menyiapkan sarapan Naya setelah ia terbangun nanti, jangan biarkan dia sampai keluar kamarnya, dan juga kau harus selalu ada di dekat Naya. Itung-itung tugas pertama mu dariku"titah Deysy.
"Baik nona"ucap maid itu.
"Bagus"ucap Deysy lalu pergi dari sana.
*****
Deysy sudah sampai di perusahaan milik keluarga Xavier itu, ia sudah resmi menjadi pemilik XVCorporation.
Para pegawai yang melihat atasan mereka datang segera berdiri dan menyapa Deysy, Deysy hanya tersenyum untuk membalas sapaan mereka.
Tangan Deysy berhenti saat akan membuka knop pintu ruangannya itu, perasaannya tiba-tiba jadi tak enak entah karena apa.
Deysy menggeleng lemah untuk mengeyahkan perasaannya yang tak enak, lalu membuka pintu ruangan.Ruangan itu masih terlihat sama tidak ada yang berubah, tetapi Deysy tidak melihat pamannya di sana.
"Permisi, ibu kenapa berdiri di pintu?"tanya seseorang di belakang Deysy, membuat Deysy berbalik.
Terlihat seorang laki-laki tinggi, dan memakai kacamata bulat berdiri tepat dibelakangnya. Lengkap dengan sebuah ipad di tangannya, sepertinya laki-laki itu lebih tua darinya.
Deysy menaikan sebelah alisnya, seakan-akan bertanya siapa laki-laki di depannya ini.
"Oh maaf bu, perkenalkan saya Samuel. Sekertaris ibu yang baru, menggantikan bu Caca. Saya bisa melakukan apa saja seperti memasak, memandikan kucing, memotong rumput, membersihkan toilet, mencuci dan masih banyak lagi. Saya 4 tahun lebih tua dari ibu yaitu 23 tahun, Saya juga merupakan anak tunggal di keluarga saya. Di rumah, saya memiliki hewan peliharaan kucing, kelinci, dan hamster, mereka semua memiliki berat badan yang berlebih. Mereka suka sekali bermain dengan saya, tapi kemarin hamster saya baru saja tewas di makan kucing saya, terkadang kucing saya memang jahat. Tapi tak apa rasa sayang saya ke dia melebihi rasa sayang saya terhadap orang tua saya, oh iya bu dan juga say— sepertinya saya sudah terlalu banyak bicara, maaf"perkataan laki-laki itu berhenti saat Deysy hanya menatapnya datar.
"Deysy, panggil saja Deysy tidak usah memakai embel-embel ibu. Dan juga saya turut berduka cita atas meninggalnya hamster kamu"ucap Deysy, lalu berbalik untuk memasuki ruangannya dan duduk untuk segera mengerjakan pekerjaannya.
Samuel masih terdiam di tempatnya, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.
"Samuel, kau hanya akan terdiam di sana saja atau bekerja!"tegur Deysy.
"Maaf bu, saya akan kembali ke ruangan jika membutuhkan sesuatu ibu bisa panggil saja saya. Selamat bekerja bu"ucap Samuel lalu pergi dari sana, tak lupa menutup pintu ruangan Deysy terlebih dahulu.
Deysy memijat pangkal hidungnya pelan, sepertinya Reno ingin membunuhnya pelan-pelan dengan mencarikannya sekertaris super bawel seperti Samuel.
*****
Suara tutup botol soda terdengar. Dengan masih memakai pakaian kantornya, Deysy meneguk semua isi botol soda itu hingga tandas. Hari sudah malam, sebenarnya ia ada meeting tetapi karena terlalu kesal mendengar ocehan Samuel selama mereka mendatangi meeting-meeting yang lain, Deysy memutuskan untuk kabur dan berakhir di depan mini market untuk menghilangkan dahaganya.
Deysy membuang botol soda itu ke tempat sampah dan mulai berjalan pulang, ia kabur dengan bus tanpa membawa handphonenya, beruntung ia masih membawa dompetnya. Tetapi percuma saja, karena sudah terlalu malam untuk sekedar naik bus atau angkutan umum. Berakhirlah ia berjalan kaki menuju mansionnya.
"Kayak Dejavu"gumam Deysy, karena ia sedang berjalan di antara gang-gang sepi seperti dulu ia memergoki Yuna sedang membunuh para preman.
"Hiks.....tolonghhh.....lepashh.....hiks"
Deysy terdiam mendengar minta tolong yang di sertai desahan itu, ia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Suara minta tolong itu terdengar kembali, di salah satu gang.
Tanpa ragu Deysy berlari ke arah gang itu, entah untuk apa.
Shasa memberontak saat dua pria di depannya mulai membuka pakaiannya, tenggorokannya sakit karena terus meminta tolong dan menangis. Lehernya sudah di penuhi kissmark, bahkan penampilannya pun sudah acak-acakan.
"Oh my God!!!!"tiba-tiba terdengar suara, membuat kedua pria itu menghentikan aksinya dan berbalik untuk melihat siapa yang menggangu mereka. Sedangkan Shasa terduduk dan menunduk sambil menangis.
"Wow, ada mangsa lagi nih"ucap salah satu pria.
"Sikat aja"ucap pria lain menimpali.
"Mangsa? Gue jadi mangsa kalian?! Yang ada kalian mangsa gue"ucap Deysy dengan sombongnya.
Salah satu pria maju untuk menyerang Deysy, satu tinjuan melayang ke arah wajah Deysy namun Deysy berhasil menghindarinya dengan menangkap tinjuan itu dan memelintir tangan pria itu kebelakang tubuhnya. Setelah itu, ia menendang punggung pria itu hingga kepala pria itu membentur tembok.
Deysy berjongkok tepat saat satu orang pria lagi melayangkan sebuah balok ke arahnya, Deysy menendang kaki pria itu hingga sekarang pria itu terlentang di tanah.
Deysy mengambil balok itu, dan melayangkan balok itu ke arah pria yang ia benturkan pada tembok yang akan menyerangnya dari belakang. Kepala pria itu mengeluarkan darah dan tewas seketika, karena terkena ujung balok yang di penuhi paku-paku berukuran besar.
Deysy tersenyum miring pada pria yang terbaring tadi yang sekarang sudah berdiri dan siap menghajarnya.
Deysy menangkis semua serangan pria itu, dan dengan sekali tinjuannya ia dapat membuat pria itu kembali terjatuh bersandar pada tembok. Tidak tunggu lama, Deysy mencekik pria itu. Pria itu memberontak tetapi cekikan Deysy tidak terlepas sama sekali, hingga akhirnya ia tewas karena kehabisan nafas.
Deysy berdiri dan membersihkan tangannya, lalu ia mendekati Shasa yang sudah pingsan di tempatnya. Deysy membuka jasnya dan memakaikan nya pada tubuh Shasa, ia lalu menggendong Shasa menuju mansionnya.
"Dulu lo kak yang sering gendong gue kayak gini, tapi sekarang gue yang gendong lo"ucap Deysy lirih, ia kembali teringat kenangannya bersama Shasa dulu saat masih kecil.
Shasa merupakan satu-satunya kakak yang menyayangi nya disaat Revan membenci dirinya, mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama dan bermain bersama termasuk dengan Juan dan kakaknya Juan. Hingga saat mereka tumbuh menjadi remaja, Shasa membenci Deysy karena Juan mencintai Deysy. Shasa membencinya karena berpikir, Deysy merebut cinta pertamanya Juan.
Tbc.
Yaey!!!! I'm back!!!! Ada yang nungguin gak ya?!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
GONE ✔️
Mystery / Thriller'GONE' kata yang selalu ada di dalam hidup semua orang. Begitupun dengan kehidupan seorang gadis yang hidupnya selalu di bayangi oleh kata itu, ia telah banyak kehilangan. ⚠️18+ ⚠️cerita pure dari imajinasi author ⚠️vote+Comment