34

38 46 30
                                    

Berita tentang kematian Revan Xavier yang di bunuh di apartemennya, menyebar dengan cepat dalam waktu singkat. Banyak wartawan yang meminta penjelasan dari ayah korban yang tak lain adalah Reno Xavier, tetapi Reno hanya bungkam dan berlalu pergi.

Berita kematian Revan pun membuat semua orang di mansion merasa puas, tapi tidak dengan satu orang yang kalian semua pasti tahu bukan siapa orangnya.

"Seenggaknya ada orang yang balas kematian kak Shasa"ucap Naya.

"Lo bener, tapi kalian gak penasaran sama siapa orangnya?"tanya Elyna.

"Siapa pun itu orangnya, dia pasti punya dendam tersendiri. Udahlah lebih baik kita siap-siap buat pergi"jawab Yuna.

Setelah melakukan diskusi yang singkat, mereka setuju untuk pindah dari sana. Mereka akan tinggal di gedung apartemen Elyna, seperti waktu dulu. Lagi pula mereka sudah lama mengambil cuti kuliah.

Dan hari ini mereka akan pergi sekarang, tidak banyak barang yang mereka bawa karena di sana juga kebutuhan mereka sudah ada.

Juan dan Jino akan pulang ke rumah mereka, dan sisanya akan tinggal di unit apartemen masing-masing tetapi dalam satu gedung.

"Semua udah siap kan, yuk kita pergi sekarang"ajak Jevan.

Mereka semua mengangguk dan mulai meninggalkan mansion, dengan menggunakan 4 mobil yang masing-masing dikendarai oleh Jevan, Leo, Naya, dan Jino. Jevan bersama dengan Yuna, Leo tentu dengan Elyna, Jino dengan Juan yang akan langsung pulang ke rumah mereka, dan Naya terpaksa sendiri karena ia tidak mungkin meninggalkan mobil kesayangan Deysy di sana.

Setelah mansion itu kosong karena para penghuninya pergi, seseorang dengan pakaian serba hitamnya keluar dari dalam mansion. Mulut orang itu sibuk menguyah permen karet, tidak ada topi, masker maupun topeng untuk penyamarannya. Orang itu hanya menggunakan kaca mata hitamnya.

Orang itu berjalan pelan menuju halaman mansion, ia lalu berbalik memandangi mansion itu.

"Mansion megah yang dibangun dengan uang yang banyak, tetapi sayang riwayat mansion ini harus sampai disini"ucap orang itu, lalu mulai melangkah keluar dari area mansion.

Orang itu berjalan ke arah motornya yang berada di balik pohon besar, ia memakai helmnya itu dan dengan kecepatan pelan pergi dari sana. Dengan diiringi suara ledakan yang sangat besar, dari arah mansion.

Mansion itu hancur setelah meledak, karena beberapa bom yang dipasang di beberapa titik vital mansion. Tentu saja itu semua perbuatan dari orang itu, entah apa tujuannya.






*****







Elyna menghela nafas saat mobil mereka sudah memasuki perkotaan, ia tiba-tiba teringat kenangannya bersama Yuna, Naya, dan Deysy. Dimana hidup mereka masih berjalan normal, seperti remaja yang lainnya.

"Ingin mampir untuk membeli es krim dulu?"tanya Leo.

"Boleh, di cafe dekat apartemen saja. Aku dan yang lainnya biasa membeli es krim di sana"jawab Elyna.

"Baik tuan putri"ucap Leo, ia lalu membelokkan mobilnya ke sebuah cafe es krim dekat apartemen.

Elyna dan Leo memasuki cafe itu, terlihat banyak pengunjung di sana. Membuat mereka berdua duduk di dekat pintu masuk.

Setelah memesan es krim, Leo dan Elyna memilih untuk mengobrol santai sambil menunggu pesanan mereka.

Saat mengobrol dengan Leo, Elyna tidak sengaja melihat ke arah meja yang berjarak sedikit jauh dari mereka. Tepatnya di dekat jendela pojok kanan cafe, terlihat seorang pria paruh baya tengah menatapnya dengan datar.

GONE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang