16

58 52 29
                                    

Malam ini udara terasa sangat dingin, orang-orang pasti lebih memilih untuk bergelung dalam selimut yang hangat atau menonton televisi sambil meminum secangkir minuman yang membuat tubuh hangat. Tetapi berbeda dengan Yuna. Dengan kaos pendek tipis, Yuna duduk di tembok pembatas rooftop gedung apartemen Elyna. Ia sudah di sana sejak 3 jam lalu hingga sekarang hampir tengah malam.

Yuna tidak bosan hanya dengan melihat langit malam yang gelap tanpa terlihat bintang-bintang itu di temani dengan berkaleng-kaleng minuman alkohol, pikirannya kosong dan sekarang ia tidak memiliki tujuan hidup lagi. Ia sempat berpikir untuk mengakhiri nyawanya saja, tetapi hatinya seperti mencegah apa yang ia pikirkan. Berakhirlah ia menjadi seperti seorang Sadgirl.

"Kenapa enggak bunuh diri aja"ucap seseorang yang sekarang tengah bersandar pada dinding sebelah pintu masuk rooftop.

Yuna mendengus mendengar suara yang sangat ia kenali itu, tanpa berniat membalas ucapan orang itu Yuna kembali menenggak sekaleng minuman alkohol itu.

Deysy menghela nafas sudah 2 jam ia berdiri di sana, udara seakan-akan menusuknya. Bahkan kedua tangannya pun terasa sangat dingin, Deysy jadi berpikir apa Yuna tidak kedinginan? Dia saja yang notabenenya memakai jaket sangat merasa dingin.

Yuna menyadari eksistensi Deysy dari 2 jam yang lalu kok, tapi ia bersikap seolah tak peduli dan malas untuk menatap maupun bertegur sapa dengan Deysy. Ia masih merasa kecewa dan marah pada sahabatnya itu.

"Jika ingin bunuh diri jangan disini, karena tidak ada gunanya. Lo hanya akan mengalami tangan atau kaki yang patah tulang, paling mentok koma. Gue saranin lo bunuh diri di gedung apartemen sebrang sana, lumayan 57 lantai."ucap Deysy.

Merasa tidak di respon, Deysy berjalan mendekati Yuna. Ia lalu mengambil sekaleng minuman alkohol itu, dan membukanya.
Deysy menyodorkan kaleng yang sudah ia buka itu pada Yuna, tetapi Yuna malah mengambil kaleng lain dan membukanya.

Terdengar decakan dari Deysy, "Dalam kehidupan kehilangan hal biasa"ucap Deysy.

"Biasa buat lo yang emang pada dasarnya selalu kehilangan"ucap Yuna lalu menenggak semua minumannya, Yuna lalu meremukkan kaleng kosong itu dengan mudah dan melemparkannya ke sembarang tempat.

"Jangan samain gue sama lo! Karena kita berbeda, gue di buang sama orang tua kandung gue tapi gue dapet kasih sayang bahkan lebih dari yang lo rasain. Sedangkan lo, kedua orang tua lo pergi dan setelahnya lo cuman dapat kesunyian dan kesendirian. Cih.... Awalnya gue kasihan sama lo, tapi sekarang justru gue mikir itu emang pantes buat orang kayak lo"setelah mengatakan itu semua Yuna pergi dari sana, meninggalkan Deysy yang terdiam.

Setelah lama diam, Deysy meneguk minuman yang ada di tangannya. Ini pertama kalinya ia meminum alkohol, tapi sepertinya minuman itu tidak seburuk yang ia pikirkan.

Deysy berbalik hendak pergi dari sana, tetapi matanya bertemu dengan mata seseorang yang sekarang berdiri di hadapannya.

"Gue kaget liat lo tanpa penyamaran juga pisau"ucap Deysy.

"Buat apa pake penyamaran toh lo juga udah tahu, kalau selama ini gue yang selalu berusaha bunuh lo"ucap Naya.

"Jadi sekarang lo mau bunuh gue? Dengan cara jatuhin gue dari sini?"tanya Deysy.

"Enggak semudah itu lo mati Deysy, karena gue mau lo mati tanpa lo sadarin. Gue harap lo selalu waspada, karena gue bisa kapan aja bunuh lo"ucap Naya lalu berjalan pergi, Namun langkahnya terhenti saat Deysy terkekeh.

"Naya~~~ Naya~~~ gue heran kenapa orang yang pinter kayak lo mau aja di begoin sama Reno"ucap Deysy.

Naya berbalik dan melihat Deysy yang tengah tersenyum remeh kepadanya.

GONE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang