40

38 47 41
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 3 dini hari, tetapi sepertinya orang-orang yang berada di club itu tidak ada niatan untuk pergi secepatnya. Tempat itu di isi dengan orang-orang yang asyik berjoget mengikuti iringan musik dari sang DJ, yang tentu saja sebagian dari mereka sudah mabuk.

Seperti halnya dengan club lain, banyak alkohol dan orang yang bercumbu dengan panas di sana. Tempat yang pas untuk menghilangkan stress. Dan disinilah Deysy berada, duduk di salah satu sofa dengan meja yang ada di hadapannya di isi oleh berbagai alkohol mahal.
Deysy duduk sendirian disana, ia memperhatikan orang-orang yang tengah asyik menggoyangkan tubuh mereka.

Dengan sekali tegukan Deysy meminum alkohol yang ada di gelasnya dan mengisi ulang gelasnya itu. Ini memang pertama kalinya ia ke tempat seperti itu, sekarang ia butuh melepaskan stress sebentar.

Tadi saat tengah malam, ia di telpon oleh kepala kepolisian itu. Deysy di minta untuk pergi ke sebuah danau tak jauh dari kota. Para polisi telah menemukan saksi itu, tapi sayangnya di temukan tanpa nyawa.
Deysy melihat detik-detik mayat saksi itu di evakuasi, saksi itu tewas dengan leher yang hampir putus. Para polisi tidak tahu siapa yang menghabisinya, tetapi Deysy yakin itu perbuatan seseorang yang telah menjebak Jevan. Pulang dari TKP, Deysy ke club milik temannya itu.

"Hey Deysy, lo mau duduk gini doang?"tanya temannya itu yang sekarang duduk di sebelah Deysy.

"Terus?"tanya balik Deysy, walaupun sudah menghabiskan hampir 2 botol. Deysy masih sadar sepenuhnya.

"Ck, lo lagi stress kan. Kenapa gak sekalian HS aja"ucap teman Deysy.

"Maksud lo?"tanya Deysy tak mengerti, temannya itu menghela nafas lalu membisikkannya pada Deysy.

Deysy menghentikan kegiatan minumnya dan menatap temannya itu datar.

Dengan sedikit keras Deysy menaruh gelasnya.

"Gak tertarik"ucap Deysy, ia lalu menyenderkan punggungnya ke sofa.

Temannya itu memutar bola matanya malas, ia lalu menatap Deysy jengah yang sekarang tengah memainkan handphonenya.

"Kalau kesini cuman buat minum doang dirumah juga bisa kali. Percuma lo kesini"ucap teman Deysy, lalu pergi dari sana untuk menghampiri para 'wanitanya'.

Deysy menggeleng lemah, ia lalu menyimpan handphonenya dan memejamkan matanya hingga Elyna menjemputnya. Walaupun ia tak mabuk tetapi berkendara sehabis minum sangat berbahaya.

Dari arah kiri Deysy, terlihat seseorang yang terus memperhatikannya. Deysy tahu jika ada seseorang yang memperhatikannya, semenjak ia memasuki club tetapi ia hiraukan.

Deysy mendengus, lama-lama ia risih di tatap dengan sangat intens oleh orang lain.

Deysy membuka matanya dan menoleh menatap mata orang itu, dari matanya Deysy melihat jika orang itu terkejut. Melalui matanya, Deysy seolah berbicara ' jika kau masih ingin kedua matamu itu berada di tempatnya, pergilah'.

Mengerti tatapan Deysy, orang itu berdiri dan berjalan pergi. Deysy memang tidak melihat seluruh wajahnya karena orang itu memakai masker, tetapi Deysy merasa ada yang ganjal dari tatapan itu.

Bruk!

"Lo kalau jalan liat-liat dong ah!!!"

Deysy menatap ke arah pintu masuk, terlihat orang yang tadi menatapnya sedang mendapatkan makian dari seorang Elyna Nathania.

Tanpa meminta maaf orang itu pergi begitu saja, tetapi Deysy bisa melihat orang itu memasukan cincin milik Elyna ke dalam saku celananya.

Deysy bangkit dan akan mengejar orang itu, tetapi Elyna menahan lengannya.

GONE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang