18. LUKA TANPA JEDA
━━━━━────────── • • • ✦Jatuh cinta, mencintai, dan menjalaninya.
Itu adalah kebiasaan buruk yang akan selalu kita bayar dengan harga yang sangat mahal.
ㅡGilang Zervano.Luka tanpa jeda itu sangat menyiksa. Meski kadang luka itu hanya menjadi jeda sebelum bahagia menyapa.
ㅡZeyna Geovanka."Gue obatin dulu luka lo ya?" Gilang pergi meninggalkan Zeyna yang sedang terduduk lemah dengan pandangan kosong menatap sepatu yang bertengger indah di kedua kakinya.
Tidak butuh waktu lama kini Gilang sudah kembali dengan kotak P3K yang sudah ada dalam genggamannya.
Dengan sangat berhati-hati Gilang mengobati setiap luka Zeyna, tapi Zeyna sama sekali tidak meringis. Gilang tidak melihat respond apapun dari Zeyna.
"Kenapa?"
Zeyna menatap Gilang dengan tatapan yang tidak bisa Gilang jelaskan.
"Makasi ya Lang?" ujar Zeyna membuat Gilang merasa heran.
Gilang bangkit lalu duduk bersila di hadapan Zeyna. Menarik perempuan itu agar lebih dekat dengannya. Gilang menangkup pipi Zeyna dan menatapnya dengan intens.
"Makasi buat apa?"
"Makasi karena udah lindungin aku, makasi karena temen-temen kamu udah bantuin aku buat lepas dari orang yang gak aku kenal itu,"
Gilang terkekeh mendengar penuturan Zeyna barusan. "Sekarang manggilnya aku kamu ya? Lucu banget. Jangan sampe orang lain juga liat, nanti mereka suka kamu,"
Zeyna tersenyum, apakah ia harus cerita pada Gilang yang sesungguhnya? Zeyna rasa ini adalah waktu yang tepat. Sebelum semuanya terlambat.
"Lang? Sebenernya waktu itu, gue gak jawab pernyataan perasaan lo itu karena," Zeyna meng-gantung kan ucapannya. Merasa ragu dengan apa yang akan dia ucapkan selanjutnya.
Namun di luar dugaan, dan di luar ekspetasinya. Gilang malah tertawa. Tapi nada tawanya begitu hambar.
"Karena lo udah punya pacar kan?"
Zeyna terpaku di tempatnya, ia tidak bisa mengatakan apapun lagi. Dari mana Gilang tau semuanya? Tapi Zeyna lupa akan satu hal. Jika Gilang mempunyai banyak antek-antek di sekolah maupun di luaran.
Gilang menatap Zeyna dalam-dalam, sorot matanya penuh keteduhan, tidak ada amarah di sana, tapi ada setitik rasa kecewa dalam sorot matanya yang tidak bisa Zeyna gambarkan.
"Zey?" panggil Gilang. "Jatuh cinta, mencintai, dan menjalaninya. Itu adalah kebiasaan buruk yang akan selalu kita bayar dengan harga mahal,"
"Lo tau kalimat, berani berbuat berani bertanggung jawab?" Gilang bertanya membuat Zeyna mengangguk.
"Gue berani jatuh cinta, karena gue udah siap buat bayar dosa gue itu dengan harga mahal. Yaitu luka."
Zeyna tertawa mendengarnya. Apakah Gilang sudah hilang akal? Mengapa ia bisa berfikir sejauh itu? Bahkan ia tetap berjuang meski ia tau perjuangannya akan sia-sia, setelah ia tahu jika Zeyna sudah mempunyai kekasih.
Tapi kenapa cowok di hadapannya ini masih tetap kekeuh. Tidak mau menyerah bahkan mundur. Bahkan ia rela menyakiti dirinya sendiri demi cintanya.
Dia tulus, apa bego? Zeyna bertanya dalam hati merasa bersalah sekaligus kesal karena Gilang yang selalu keras kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEYNA
Teen FictionZeyna Geovanka. Orang-orang mengenalnya karena julukan perempuan itu. 'Perempuan Berdarah Dingin' atau 'Perempuan Berhati Es'. Sejak dulu Zeyna selalu sulit untuk menerima orang baru karena sangat sulit baginya untuk beradaptasi dengan lingkungan b...