20. TERPAKSA

9 8 1
                                    

20. TERPAKSA
━━━━━──────────  •  •  • ✦

Jika mencintai kenapa terpaksa.
Jika hati dekat kenapa selalu ada jarak.
ㅡ Gilang Zervano.


"Zey boleh gue pinjem bahu lo sebentar?" pinta Gilang pada Zeyna yang sedang fokus memandangi pemandangan di bawah sana.

Zeyna menatap Gilang lama. Membuat Gilang salah tingkah. Tanpa memperdulikan hal lain lagi, Gilang sudah mendaratkan kepalanya di bahu Zeyna. Hanya sekedar bersandar.

"Pemandangannya bagus ya?" tanya Zeyna. "Coba deh Lang liat ke bawah rumah-rumah itu udah kaya bintang-bintang!"

Gilang tertawa pelan mendengar seruan antusias Zeyna. Pandangannya menatap ke bawah memperhatikan ribuan rumah dengan lampu-lampu yang menjadikan cahaya itu seperti bintang.

"Ada yang lebih indah dari itu," ujar Gilang pada Zeyna. "Binar di mata lo yang lebih indah dari kerlipan lampu-lampu itu,"

Lagi-lagi Zeyna merasa tidak enak pada Gilang. Ia merasa jika dirinya sudah mempermainkan perasaan seseorang dengan cara seperti sekarang ini.

"Jangan berharap lebih sama gue, tolong." pinta Zeyna pelan.

"Gue sayang lo, tapi gue tau kalau lo belum bisa lupain cowok lo yang kemarin." kekehnya. "Gue gak punya hak buat maksain kehendak lo terus untuk suka sama gue Zey."

"Lo mau kan jadi pacar gue?" ujar Gilang memaksa.

Zeyna menggeleng, membuat Gilang membenarkan posisi duduknya.

"Itu bukan cinta Lang. Tapi itu obsesi." tekan Zeyna. "Gue cuma temen lo, gak lebih dari itu Lang. Kapan lo sadarnya?"

"Kapan gue bisa dapetin lo?" Gilang terlihat sangat putus asa. Seperti banyak beban fikiran dan masalah-masalah lainnya yang ia simpan sendirian.

"Mungkin gue bisa nerima lo. Tapi nggak sekarang," balas Zeyna ragu.

Jika mencintai kenapa terpaksa? Jika hati dekat kenapa selalu ada jarak?

Apa gue bisa tanya itu sama lo Zey? batin Gilang bertanya-tanya. Berharap jika Zeyna menjawab pertanyaannya.

"Maaf, maaf Lang. Karena gue udah selalu nyakitin perasaan lo!" pandangan-nya mulai kabur karena ada cairan bening yang menghalangi pandangannya.

Gilang menangkup kedua pipi Zeyna untuk menatapnya. Gilang tersenyum tulus. Mengusap air mata yang mulai merambas keluar tanpa izin dari pelupuk mata gadisnya.

"Jangan nangis. Maaf, karena gue udah selalu maksa lo buat jadi pacar gue," Gilang menarik Zeyna kedalam pelukannya.

"Baru beberapa hari gue putus dari Arga. Tolong ngerti, gue gamau kalau sampai lo cuma jadi pelarian gue doang,"

Gilang tertawa, "gue gak akan ngebiarin siapapun untuk ngecap buruk lo. Apalagi lo dapet cap itu gara-gara gue," tegas Gilang tidak main-main.

"Nakal banget ya gue Zey? Emang lo bakalan mau sama cowok berandalan yang modelan-nya kaya gue?" tanya Gilang pada Zeyna, mengelus rambutnya dengan lembut.

Zeyna tidak menjawabnya. Ia tidak mau membuat Gilang semakin berharap. Masih sangat beruntung jika ia menepati setiap jawabannya. Jika tidak? Bisa bahaya!

Zeyna tidak mau mengecewakan Gilang. Zeyna tidak mau Gilang terluka dengan tindakannya. Hanya itu, tidak ada yang salah kan? Niat Zeyna baik. Ia hanya ingin Gilang mengerti itu.

⋆ ⋆ ⋆ ⋆

"Pulang yuk Zey, udah malem banget nih," Gilang sudah berjanji akan membawa Zeyna pulang sebelum jam 9 malam pada Akmal.

ZEYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang