21. MUDAH JATUH CINTA

8 7 0
                                    

21. MUDAH JATUH CINTA
━━━━━──────────  •  •  • ✦

Mudah jatuh cinta.
Mudah juga untuk terluka.


"Bang, nanti Zeyna berangkat sekolah bareng temen Zeyna aja. Jadi Abang gak usah nganterin," ujar Zeyna dengan tangan yang sibuk membenarkan dasi sekolahnya.

Akmal, Rafly, dan Rian saling berpandangan. Sejak kapan adiknya seperti ini? Biasanya jika ada yang mengajak, Zeyna pasti menolak. Selalu seperti itu.

"Sama siapa?" tanya Rafly.

Zeyna menatap Abangnya satu persatu, lalu menetapkan pandangannya pada Rafly.

"Kan tadi udah bilang. Sama temen," balas Zeyna dingin. Rafly ini kenapa selalu mengintimidasinya dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu?

"Maksud Rafly itu namanya Zey. Nama temen kamu," ujar Rian berusaha sabar untuk menghadapi mereka berdua yang tidak pernah akur.

"Sama Fara," Zeyna sibuk memakan roti selai kacangnya, tanpa menghiraukan tatapan Rafly.

Ketika mereka sedang sibuk dengan makanan dan susu hangatnya. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Zeyna yakin itu Fara.

Zeyna bangkit untuk membukakan pintu tapi langkahnya terhenti karena Mamanya sudah mendahuluinya. Zeyna berbalik untuk mengambil tas yang tertinggal di kamarnya.

"Zey! Temennya udah nyampe nih, katanya mau ngajakin ke sekolah bareng." teriak Anggun.

Zeyna mendengus pelan. Menghampiri Mamanya yang sedang duduk di ruang tengah bersama temannya. Tapi saat Zeyna sudah sampai di ruang tengah ia melotot, kenapa Gilang yang datang bukannya Fara?

"Loh, lo ngapain?" tanya Zeyna pada Gilang.

"Faranya mana Ma?" tanya Zeyna kali ini pada Mamanya.

Anggun menatap tajam kearah Zeyna seolah memperingati agar dirinya lebih sopan pada Gilang. Sedangkan Zeyna hanya menghela nafas jengah.

"Lo berangkat bareng gue aja," ujar Gilang.

"Fara tadi udah berangkat bareng sama temen gue. Terus Fara nitipin motornya, tuh ada di depan," tunjuk Gilang pada motor Fara yang bertengger indah di pekarangan rumah Zeyna.

Zeyna menatap Rian yang hendak pergi ke sekolahnya. Sekolah Rian kebetulan melewati sekolah yang Zeyna tempati.

"EH BANG RIANN!!" teriak Zeyna.

Rian berbalik menatap Zeyna yang sudah berada di hadapannya, "kenapa?"

"Zeyna bareng Bang Rian aja ke sekolahnya. Gak apa-apa kan Bang?" Zeyna memasang puppy eyes nya. Berharap Rian menyelamatkannya.

Rian menatap Anggun yang sedang menatapnya tajam. Mengerti akan maksud tatapan Anggun, Rian tersenyum pada Zeyna lalu mengusap pelan kepala Zeyna.

"Abang udah ada janji sama temen Abang, buat berangkat bareng. Jadi Abang gak bisa nganterin kamu. Maaf ya?" ujar Rian lembut.

"Kan udah ada temen kamu, bareng dia aja dari pada kamu harus naik angkutan umum," lanjut Rian berasumsi.

"Iyaudah deh," balas Zeyna mengalah.

"Ayo Zey, nanti terlambat," peringat Gilang mengingat jam sudah menunjukan pukul 06. 25 pagi.

⋆ ⋆ ⋆ ⋆

Akhirnya Zeyna sudah sampai di sekolah. Ia bergegas pergi menuju kelasnya. Tidak mau berlama-lama berada di dekat Gilang.

Bukannya ia tidak mau berdekatan dengan Gilang atau berperilaku tidak sopan pada cowok itu. Tapi Zeyna tidak suka dengan pandangan orang-orang yang menatapnya begitu intens.

ZEYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang