23. ANEH
━━━━━────────── • • • ✦Mungkin perasaan biasa, hanya perasaan kagum semata-mata. ㅡ Zidan Syamalik.
Hari ini jam tujuh tepat Zeyna beserta teman-temannya sudah tiba di stand kelasnya. Permpuan itu sedang menyusun berbagai minuman di atas meja. Mulai dari sprit, fanta, mizone, susu kotak, freestea, aqua botol dan minuman-minuman lainnya.
Di deretan yang berbeda ada banyak sekali camilan-camilan dan beberapa makanan siap saji lainnya, dan ada popmie juga yang sudah di tata rapih oleh teman-temannya. Jajanan-jajanan itu sudah di hiasi oleh teman-temannya juga. Sedangkan Zeyna bersama kelima teman-temannya menghiasi minuman di bantu oleh beberapa teman lainnya.
"Hai!" sapa Gilang pada Zeyna. "Sendiri aja, yang lainnya pada kemana?"
Zeyna tersenyum kearah Gilang. Baru hari ini Zeyna melihat Gilang kembali. Entah kemana laki-laki itu pergi selama empat hari tanpa kabar.
"Kangen gue gak?" tanya Gilang. "Pasti kangen banget. Iyakan? Berasa ada yang kurang pasti!" seru Gilang dengan pd-nya.
Zeyna tertawa. "Geer banget. Mana ada kaya gitu Lang," hardik Zeyna.
Gilang merubah ekspresinya menjadi datar dengan pandangan kecewa.
"Masa iya empat hari gak kangen? Apa perlu gue tinggalin berbulan-bulan biar lo kangen sama gue? Terus nyari-nyariin gue gitu?" sewot Gilang tidak terima dengan pengakuan Zeyna.
Zeyna mengetuk-ngetuk meja stand kelasnya dengan kukunya berkali-kali, pandangannya menyipit saat menatap Gilang dari dekat lalu beberapa detik kemudian ia mundur kembali.
"Ohh gue tau nih! Apa jangan-jangan lo ngilang tanpa kabar kaya gitu biar di cari-cari sama orang lain?" tuduh Zeyna pada Gilang.
Dari balik pilar teman-temannya yang diam-diam sudah memperhatikannya sejak tadi itu keluar dan mengejutkan keduanya.
"Bucin lo berdua! Jauh dari Bu Bos selama empat hari aja udah kaya cacing kena garem." sindir Naufal.
Bara tergelak karenanya. "Keleperan dong? Kaga mau diem banget. Pingkal sana pingkal sini," ujar Bara masih setia dengan tawanya.
Gilang menatap sinis kearah Bara dan Naufal secara bergantian.
"Waduh udah ancang-ancang mau nerkam nih si Bos!" ujar Farel dengan suara bergetar yang di buat-buat.
"Bercanda kita Lang," timpal Bara.
Bara menengok ke kiri dan kanan. Mencari orang-orang yang seharusnya sedang bersama dengan Zeyna.
"Temen-temen lo mana Zey?" tanya Bara karena tidak melihat teman-teman Zeyna sejak mereka memperhatikan Zeyna dari tadi bersama Gilang.
"Ada. Lagi beres-beres kelas dulu mereka. Kalau yang lainnya lagi kumpul di aula. Amara sama Ghesya lagi ke toilet, bentar lagi juga balik," Zeyna menjelaskan pada mereka semua agar mereka tidak salah faham dan menilai buruk kelasnya.
"Mau kita bantuin gak Zey?" Farel menawari namun langsung di tolak secara halus oleh Zeyna.
"Gak usah. Ini udah mau selesai juga kok. Makasi," tolaknya.
Zeyna selalu seperti itu. Tidak mau merepotkan orang lain. Perempuan keras kepala dan berhati es.
Amara dan Ghesya yang baru saja akan menghampiri stand kelasnya tiba-tiba jantung mereka berdegup dengan ritme yang sangat cepat karena melihat standnya di kelilingi oleh inti Glory.
Dengan hati-hati mereka menghampiri Zeyna. Menatap mereka semua dengan perasaan gugup. Begitu pula dengan Lily yang baru saja keluar kelas dengan membawa sedus popmie dengan farian rasa yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEYNA
Teen FictionZeyna Geovanka. Orang-orang mengenalnya karena julukan perempuan itu. 'Perempuan Berdarah Dingin' atau 'Perempuan Berhati Es'. Sejak dulu Zeyna selalu sulit untuk menerima orang baru karena sangat sulit baginya untuk beradaptasi dengan lingkungan b...