33. EXLUSIVE: ZEYNA, GILANG & MAYA
━━━━━────────── • • • ✦Tidak ada harapan yang lebih besar dari sebuah kebahagiaan.
"Maaf Zey," Gilang berusaha menyamakan langkahnya dengan Zeyna yang berjalan cepat. Meraih tangan perempuan itu agar Zeyna berhenti.
"Maaf untuk apa?"
Gilang menatap Zeyna lekat. "Aku tau kamu liat Zey," ujar Gilang.
Zeyna terkekeh, "liat apa emangnya aku?"
"Liat aku boncengin Maya?" sebut Gilang membuat hati Zeyna tertohok.
Perempuan itu tidak tersenyum, tidak juga marah. Hanya tersenyum tipis kearahnya sebentar. Membuat Gilang kelabakan.
"Iya, aku liat kamu boncengin Maya. Aku ngerti kok, kamu lagi ada urusan penting sama dia kan makanya kamu kemarin nganter dia pulang?" ujar Zeyna berusaha bersikap tenang dan apa adanya.
"Maaf, aku cuma nganterin dia kok gak lebih, kamu percayakan?" tanya Gilang pasrah.
Zeyna mengangguk. "Buat apa kita pacaran kalau saling gak percaya? Aku percaya sama kamu kok,"
Gilang sempat termenung saat mendengarnya. Seseorang yang Gilang kenal tidak bisa percaya kepada siapapun malah mempercayainya dengan penuh. Apa Gilang bisa menjaga kepercayaan itu dari Zeyna?
"Makasi ya Zey? Pilihan aku gak sia-sia ternyata," ucap Gilang merasa bangga. Sementara Zeyna hanya tersenyum hangat kearahnya.
"Kamu mau kemana?" tanya Gilang.
"Ke perpus mau cari buku sosiologi buat kerjain tugas,"
"Aku ikut ya?" pinta Gilang memohon.
"Jangan berisik tapi kalau udah sampe disana. Sampe ngajakin aku ngobrol awas aja," ujar Zeyna.
"Lah, bisik-bisik aja kan bisa. Kenapa harus diem-dieman?"
"Nanti aku gak bisa fokus. Yang ada entar fokus aku kepecah antara kamu sama cari buku," ujar Zeyna. "Jadi mau ikut gak nih?"
Gilang refleks menggenggam tangan Zeyna erat. "Ikut lah! Masa iya gak jadi ikut,"
"Kamu gak ada jam pelajaran emangnya?" tanya Zeyna pada Gilang karena ini masih jam pelajaran.
"Jamkos dari siang sampe sekarang. Cuma gurunya ngasih tugas buat kita kerjain," sahut Gilang.
Zeyna melotot mendengarnya. "Terus kenapa kamu malah keliaran di luar kelas bukannya kerjain tugas? Kerjain sana!" suruh Zeyna.
"Biarin aja, palingan juga di kumpulinnya minggu depan,"
"Gak boleh leha-leha kaya gitu. Cepet ke kelas ambil buku tugas kamu. Kita kerjain bareng-bareng di perpus. Aku sama tugas aku, kamu sama tugas kamu," paksa Zeyna tidak menerima penolakan apapun. Membuat Gilang menghela nafas.
"Iya deh Ibu Negara yang cerewet!" sebelum mendapat omelan dari Zeyna. Gilang lari begitu saja dengan tawanya.
"AKU TUNGGUIN DI PERPUS!" teriak Zeyna lalu pergi menuju perpus.
⋆ ⋆ ⋆ ⋆
"Hai cewek malang, apakabar? Pasti lagi patah hati ya gara-gara cowok lo lebih milih nganterin gue ketimbang nganterin lo? Sampe di tinggalin di halte sekarang di tinggalin di perpus juga," ujar Maya dengan soknya.
Zeyna tersenyum. "Gue percaya sepenuhnya sama Gilang. Dia juga gak mungkin macem-macem. Gilang juga lakuin itu pasti ada alesannya," ujar Zeyna kalem.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEYNA
Teen FictionZeyna Geovanka. Orang-orang mengenalnya karena julukan perempuan itu. 'Perempuan Berdarah Dingin' atau 'Perempuan Berhati Es'. Sejak dulu Zeyna selalu sulit untuk menerima orang baru karena sangat sulit baginya untuk beradaptasi dengan lingkungan b...