29. CEMBURU

8 8 0
                                    

29. CEMBURU
━━━━━──────────  •  •  • ✦

Jangan bermain-main dengan api. Jika tidak mau tersakiti berulang kali. ㅡ Gilang Zervano.

"Kamu seneng banget bangun telat kalau hari-hari libur ya?" tanya Gilang pada Zeyna yang duduk di sofa ruang tamu dengan rambut yang di ikat asal dan nyawa yang belum terkumpul.

"Iya abis mau ngapain emangnya? Tadi subuh jam setengah lima aku udah lari buat olahraga pagi sampe jam enam. Kamu aja yang gak liat," ujar Zeyna.

Gilang tertawa di sampingnya. "Bang Akmal kemana Zey?" tanya Gilang.

"Enggak tau. Dari tadi pagi juga aku gak liat dia. Masih tidur kali,"

"Mandi gih Zey. Bau asem tau," ujar Gilang bercanda. Sengaja ingin membuat gadisnya itu kesal.

"Ih Gilang! Rese banget sih," gerutu Zeyna.

"Sekarang udah mulai berani ya, ngomel-ngomelin aku?" Gilang memeluk Zeyna.

"Siapa yang ngomel-ngomel coba?"

"Kamu," Gilang membalikan tubuh Zeyna agar membelakanginya. "Diem ya. Sampe aku bilang beres. Oke?"

Zeyna mengangguk. "Emang mau ngapain?"

"Diem aja nanti juga tau. Ada sisir gak? Minjem sebentar," ujar Gilang pada Zeyna.

"Sebentar aku ambilin," Zeyna bangkit dari duduknya tapi pergerakannya terhenti saat Gilang menahan pergelangan tangannya. "Kenapa?"

"Sekalian mandi aja sana. Tapi nanti kamu kalau balik lagi ke sini bawa sisir, sama jepit sugri ya." suruh Gilang.

"Iya nanti aku bawain, bawel,"

Gilang menunggu Zeyna. Memainkan ponselnya. Hingga selang beberapa menit. Tau-tau Zeyna sudah duduk manis di sampingnya. Memperhatikan gerak-gerik cowok itu.

"Mana sisirnya?" pinta Gilang.

Zeyna memberikan sisir itu pada Gilang. Berusaha untuk tidak bertanya hal yang sama karena Zeyna sudah tahu jawabannya.

"Kamu gak ada baju yang lain apa? Tipis banget baju kamu. Abis ini ganti bajunya. Jangan pake yang tipis-tipis!" omel Gilang.

Zeyna tertawa karenanya. "Iya, nanti aku ganti. Banyak mau banget sih jadi cowok,"

"Kamu bisa nguntun?" tanya Zeyna karena Gilang sedang menguntun poni panjangnya yang hampir sejajar dengan rambut dengan sangat fokus.

"Bisa dong, Zey! Kan belajar," Gilang mengeluarkan jepit sugri untuk menjepit ujung rambut Zeyna yang sudah di ikat menggunakan karet jepang. "Selesai!"

Zeyna membalikan tubuhnya lalu berlari mengambil cermin genggamnya. "Ihh lucu banget! Kaya bando gitu ya jadinya? Tapi ini rambut bukan bando," ujar Zeyna merasa senang.

"Baguskan? Sengaja aku gutuin rambut kamu biar gak ngebenerin rambut terus kalau di ajak ngobrol sama aku," ujar Gilang.

"Iyaudah kamu tunggu disini. Aku ganti baju dulu," kata Zeyna pergi untuk mengganti baju.

⋆ ⋆ ⋆ ⋆

Saat sedang menunggu makanan datang. Tiba-tiba saja Gilang teringat ucapan Amara jika Zeyna mempunyai teman onlinenya yang bernama Bintang, Raffa, Zean, Glen, Rendra, dan Dimas. Gilang tidak terlalu tertarik dengan teman-teman online perempuan Zeyna. Tapi Gilang lebih tertarik pada keenam pemuda itu.

"Zey, mau tanya boleh? Tapi jangan marah,"

Zeyna menatap bingung kearah Gilang. "Mau tanya apa? Tanya aja,"

"Bintang, Raffa, Zean, Glen, Rendra, sama Dimas itu siapa?" tanya Gilang hati-hati takut menyinggung perempuan itu.

"Oh, mereka? Temen-temen online aku. Kenapa?"

Gilang melihat ada binar di mata Zeyna saat Zeyna mengatakan hal itu padanya.

"Gak apa-apa. Sempet denger aja gitu kalau kamu lebih deket sama mereka ketimbang sama temen-temen real kamu di sini,"

"Mereka berharga banget buat aku. Gak bisa di tuker pake apapun. Apalagi mereka yang selalu ada buat aku terurama Bintang, Raffa, sama Glen. Tapi Glen udah gak main rp lagi, jadi aku sama dia putus komunikasi deh," jelas Zeyna.

"Amara kemarin bilang kalau kamu sering cerita dan berbagi masalah kamu sama Bintang ya? Sedangkan Raffa suka bikin kamu bahagia dan tau segalanya tentang apa yang kamu suka, semenjak Glen pergi ninggalin kamu?" tanya Gilang berharap mendapat kejelasan lebih dari Zeyna agar rasa penasarannya hilang.

"Iya, kadang aku suka ngerasa kalau aku udah gak butuh siapa-siapa lagi kalau udah sama mereka semua. Aku gak butuh pacar, gak butuh banyak temen. Cukup dengan kehadiran mereka aja aku udah ngerasa seneng sekaligus beruntung banget. Apa yang gak bisa aku ceritain ke orang lain. Malah aku ceritain ke mereka sampe ke masalah-masalah privasi aku aja. Aku ceritain ke mereka,"

"Percaya banget kamu sama mereka?" tanya Gilang.

Zeyna mengangguk, "banget! Aku mulai hidup lagi karena bantuan mereka. Tapi," Zeyna menggantungkan ucapannya.

"Tapi apa?"

"Tapi mereka ninggalin aku. Yang kemarin nyari aku itu cuman beberapa orang aja. Dan masih bisa aku hitung pake jari. Aku juga masih inget sama nama-namanya," ujar Zeyna parau. Nada suaranya begitu sendu. "Aku gak mau mereka pergi. Tapi mungkin kesalahan aku gak bisa mereka maafin,"

"Emang kamu buat kesalahan apa?"

"Ceritanya panjang. Awalnya dari masalah sepele yang masih bisa aku atasin, tapi tau-taunya mereka malah milih pergi. Mereka ninggalin banyak pertanyaan buat aku. Tapi sampai sekarang pun aku gak tau jawabannya," ucap Zeyna mendongakan sedikit kepalanya agar air matanya tidak jatuh. Menahan sesak yang akan terus Zeyna tahan mati-matian.

Pelayan cafe datang menghampiri mereka dengan beberapa makanan, cemilan, minuman, dan ice cream pesanan Zeyna.

"Selamat menikmati," ucap pelayan itu ramah.

"Udah jangan nangis. Nih makanannya udah dateng. Makan dulu pastanya baru makan ice cream," suruh Gilang.

Zeyna mengangguk patuh. Ia mulai memakan pastanya dengan pandangan kosong, menembus jalanan yang terhalang oleh kaca jendela cafe.

"Jangan ngelamun! Senyum dong," ujar Gilang. "Udah gak pa-pa, Zey. Biarin aja waktu yang ngatur, nanti juga kalau kalian di takdirin buat bareng-bareng kalian pasti ketemu lagi kok." ujar Gilang menyemangati.

"Aku mau makan ice cream aja susah banget sih. Gak fokus buat nikmatin ice creamnya kalau kaya gini," keluhnya.

Gilang tertawa membuat Zeyna ikut tertawa juga. "Aku sempet mau ngambek sama kamu. Cemburu banget aku sama mereka. Tapi keburu kamunya cemberut duluan. Jadi gak jadi deh," akunya.

"Cemburunya pake banget gak?" tanya Zeyna.

"Banget kalau bisa!"

"Serius?"

"Iya, serius." jawab Gilang.

"Beneran?"

"Iya sayang, udah cepetan di makan. Habisin," ucap Gilang pada Zeyna agar perempuan itu menghabiskan sarapannya.

⋆ ⋆ ⋆ ⋆

NA: Enggak sepanjang kemarin, maaf ya.
Jangan lupa share cerita Z'EYNA ke temen-temen kalian juga ya biar mereka bisa baca.

Ayo-ayo komen. Biar gak sider terus. Yakin gak mau absen? Siapa tau yang sering absen dapet berkah. Aminn.

Sampai ketemu di part selanjutnya ya!!❤❤

ZEYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang