40. DETIK WAKTU
━━━━━────────── • • • ✦Kamu seperti detik waktu yang membuatku tercekik candu akan rindu. ㅡ Gilang Zervano, Zeyna.
Sudah dua minggu lebih Zeyna tidak menghubungi Gilang. Tidak ada lagi suara lembut yang menyapa Gilang dengan antusias setiap kali ia berpapasan dengan perempuan itu.
Gilang hanya menatap Zeyna yang tidak sengaja berpapasan dengannya di parkiran. Mereka berdua saling pandang tapi Zeyna dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah depan kembali.
Gilang sudah tidak tahan. Dua minggu lebih Gilang uring-uringan hanya karena satu orang. Zeyna Geovanka. Persetan apa kata Kakeknya yang tidak suka dengan Zeyna. Gilang harus mengambil tindakan lebih cepat. Tapi apa yang harus Gilang lakukan sekarang?
"WOI! BENGONG MULU LO BOS?! KESAMBET ENTAR! Masih pagi ini. Kenapa si? Kenapa? Cerita dong sama kita-kita!" sapa Rezvan heboh sendiri.
"Zeyna?" tebak Naufal sudah hafal di luar kepala.
Gilang hanya berdeham lalu berjalan lebih dulu dari mereka. Ia tidak berminat untuk melakukan apapun. Tidak mau di ajak mengobrol karena saat-saat seperti ini emosi Gilang pasti sulit untuk di kendalikan.
Rezvan, Naufal, Gevano, Kenzo, Arvian, Farel dan Bara. Mereka bertujuh kompak menatap Gilang yang tidak ada gairah hidup. Laki-laki itu seperti mati. Tidak memiliki semangat. Tidak seperti biasanya.
"Zeyna bener-bener berpengaruh besar ya buat dia? Efeknya sampe dalem kaya gitu. Gue cuma takut aja si Gilang jadi depresi karena di teken mulu sama Kakek Neneknya," celetuk Rezvan.
"Kalau ngomong itu pake rem. Jangan sembarangan!" ujar Kenzo memarahi.
"Asal ngomong banget lo. Main gas-gas aja!" timbrung Arvian ikut-ikutan.
Rezvan cengengesan. "Iya sorry-sorry,"
"Ayo samperin Gilang! Gitu-gitu juga dia temen kita. Mau sampe kapan pun juga dia tetep temen kita. Pertemanan kita gak bisa di tuker pake apapun!" ucap Naufal semangat.
"AYOO WOII HIBUR DIA!!" komando Naufal lagi mengajak teman-temannya dengan pergerakan tangan lalu berlari.
Mereka semua mengikuti Naufal dari belakang dengan berlari juga. Membuat mereka semakin jadi pusat perhatian murid-murid lain. Mengagumi mereka adalah kebiasaan murid-murid SMA Rajawali. Mereka memang nakal, tapi mereka selalu tahu aturan.
⋆ ⋆ ⋆ ⋆
Gilang melihat Amara baru saja keluar dari kelas karena mereka pulang lebih awal hari ini. Cepat-cepat Gilang menghampiri Amara.
"Ra, di dalem ada Zeyna?" tanya Gilang saat berhasil menghadang perempuan itu.
Amara menoleh kikuk pada Gilang. Baru kali ini ia bisa mengobrol langsung dengan orang sepopuler Gilang.
"Ada kok di dalem. Lagi piket. Masuk aja," ujar Amara terbata.
Gilang terkekeh. "Santai aja. Gak usah gugup. Gak gigit juga," ujar Gilang bercanda membuat Amara semakin kikuk di tempatnya.
"Gue masuk dulu," ucap Gilang lagi.
"Gue pikir galak-galak, sangar, sombong gitu. Tau-taunya bisa bodor juga sama orang lain," gumam Amara saat Gilang sudah masuk ke dalam kelas.
Gilang menatap Zeyna yang sedang sibuk menyapu. Dengan perlahan Gilang menghampirinya agar perempuan itu tidak menghindar.
"Anteng banget," kekeh Gilang membuat Zeyna dengan refleks menoleh padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZEYNA
Novela JuvenilZeyna Geovanka. Orang-orang mengenalnya karena julukan perempuan itu. 'Perempuan Berdarah Dingin' atau 'Perempuan Berhati Es'. Sejak dulu Zeyna selalu sulit untuk menerima orang baru karena sangat sulit baginya untuk beradaptasi dengan lingkungan b...