41. SLOW DANCE
━━━━━────────── • • • ✦"Me always beside you. Every where, every time." ㅡ Gilang Zervano.
Malam ini SMA Rajawali mengadakan sebuah perayaan dengan megah. Dengan konsep formal. Banyak orang yang menghadiri perayaan ini. Bahkan murid sekolah lain pun ikut hadir ke acara ini.
Gilang menggandeng tangan Zeyna, memasuki lapangan indoor besar milik SMA Rajawali. Zeyna menatap Gilang dari samping yang sedang menatapnya juga. Perempuan itu tersenyum senang. Entah kenapa rasanya sangat bahagia hingga Zeyna tidak bisa menahan dan menormalkan debaran jantungnya yang kian menggila.
"Seneng?" tanya Gilang pada Zeyna.
Zeyna mengangguk, "seneng banget! Gatau kenapa rasanya kaya aneh gitu. Gugup, seneng, bahagia, sama panas dingin gitu! Perut aku juga geli-geli gitu. Pengen banget ketawa keras sampe orang lain tau kalau aku bener-benee bahagia!" ujar Zeyna semangat.
Gilang tersenyum melihat perempuan itu bahagia. Setiap kali melihat perempuan itu tersenyum Gilang selalu merasa tenang. Ada yang tidak bisa Gilang jelaskan lewat kata malam ini.
Lampu mendadak menjadi redup dan berwarna. Di susul dengan lagu yang mengalun lembut dan perlahan. Gilang merangkul pinggang Zeyna. Mengikis jarak di antara mereka. Kali ini begitu dekat. Hingga tubuh mereka sangat menempel.
Zeyna menatap Gilang kaget. Tanpa aba-aba Gilang meraih tangan Zeyna dan menaruhnya di pundak laki-laki itu. Gilang menggenggam tangan Zeyna, menyelipkan jemari besarnya di sela-sela jemari Zeyna yang lentik.
Gilang mencondongkan tubuhnya. "Pegang. Jangan kamu lepas," bisik Gilang tepat di wajah perempuan itu.
Zeyna terhanyut saat menghirup aroma mint dari hembusan nafas Gilang. Bahkan Zeyna bisa menghirup parfum manly cowok itu yang membuatnya candu. Zeyna semakin terbuai saat alunan musik kian berdentum penuh rasa. Sangat merdu, pelan, dan menenangkan. Cocok untuk sepasang kekasih yang ingin berdansa di tengah-tengah lapangan. Di bawah sinar rembulan dan lampu berwarna-warni.
Gilang menuntun Zeyna untuk berdansa dengannya. Tapi Gilang menyadari jika Zeyna tidak bisa melakukanya.
"Pejamin mata kamu. Ikutin gerakan aku. Sambut aku sebisa kamu. Kita slow dance. Ready?" bisik Gilang pelan dan menuntut tepat di telinga Zeyna.
Zeyna menatap Gilang, ragu. Lalu menggeleng pelan. "Aku gak bisa. Gak pernah coba juga sebelumnya," aku Zeyna jujur.
Gilang terkekeh mendengarnya. "Bagus kalau gitu. Itu artinya aku yang pertama." ujar Gilang bangga sekaligus senang karena hal ini sama-sama baru untuk mereka berdua.
Gilang menutup mata Zeyna menggunakan telapak tangannya hingga mata Zeyna tertutup. Lalu ia kembali dengan posisinya yang semula.
Zeyna menuruti apa yang di perintahkan Gilang tadi padanya. Gerakannya sangat pelan, lembut, dan perlahan. Gilang benar-benar menuntunya untuk berdansa. Hingga Zeyna membuka mata dan mendapat selorohan dari teman-temannya yang ikut-ikutan baper. Ternyata saat Zeyna dan Gilang berdansa. Beberapa orang lainnya yang sedang berdansa kemudian menepi untuk menonton Gilang dan Zeyna yang sedang berdansa. Mereka berdiri mengelilingi beberapa orang yang masih berdansa juga.
Sejak tadi Gilang tidak menutup matanya. Hanya Zeyna yang menutup mata. Mengikuti dan menyambut gerakan cowok itu dengan sangat berhati-hati dan terkesan anggun bagi Gilang. Gilang tidak bisa melepaskan pandangannya dari Zeyna saat mereka sedang berdansa. Seolah ia sedang di sihir oleh perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEYNA
Teen FictionZeyna Geovanka. Orang-orang mengenalnya karena julukan perempuan itu. 'Perempuan Berdarah Dingin' atau 'Perempuan Berhati Es'. Sejak dulu Zeyna selalu sulit untuk menerima orang baru karena sangat sulit baginya untuk beradaptasi dengan lingkungan b...