19. RUMAH POHON
━━━━━────────── • • • ✦Bahagia bukan orang lain yang memutuskan.
Tapi kita yang menciptakan. ㅡZeyna.
"Zey! Ada temen nih di depan," panggilan Bang Akmal menggema di seluruh ruangan membuat Zeyna mendesah pelan.Zeyna menghampiri Abangnya di ruang tengah. Memang Zeyna tinggal dengan ke tiga Abangnya itu. Meski tidak sedarah hanya sebatas saudara saja seperti sepupu dekat Zeyna.
Mereka tidak terlalu dekat dengan Zeyna. Tidak asing juga. Hal yang sangat sulit untuk Zeyna jelaskan. Karena ia pun tidak faham. Setiap kali teman-teman Zeyna bertanya mereka itu siapa Zeyna pasti menjawab dengan lantang bahwa mereka itu adalah Abangnya.
Kedua orangtua Zeyna bekerja. Tidak pernah ingat waktu dan akan selalu seperti itu. Padahal Bundanya sedang mengandung.
"Masih pagi ini Bang. Siapa sih?"
Akmal menatap mata Zeyna, merasa ada yang aneh. Akmal menatap sang adik dengan penuh rasa khawatir. Ada lebam dan beberapa luka di wajah Zeyna. Bahkan di siku gadis itu. Matanya pun sangat sembab.
"Muka kamu kenapa?" Akmal bertanya pada Zeyna dengan nada iba.
"Gak apa-apa Bang." Zeyna tersenyum. "Kemarin Zeyna buru-buru banget larinya pas di tangga. Zeyna gak sadar kalau tangganya basah karena baru di pel. Jadi jatuh deh, kertas-kertas penting aja sampai rusak terus kotor banget jadi Zeyna fotocopy ulang."
"Makanya hati-hati. Liat-liat kalau jalan. Udah gede masih aja ceroboh," gerutu Akmal tidak terima jika Zeyna sangat ceroboh.
"Iyaudah samperin temen kamu sana,"
"Iya Abang ganteng, ini Zeyna mau samperin dia ke depan."
Akmal menatap tajam kearah Zeyna. "Ajakin masuk. Jangan di usir. Gak sopan," peringat Akmal yang hanya di balas dengan gedikan bahu dari Zeyna.
⋆ ⋆ ⋆ ⋆
Zeyna tersentak. Gilang yang melihat Zeyna hanya tertawa geli. Rambut Zeyna yang acak-acakan dengan muka bantal.
"Ini udah siang cantik. Masa iya baru bangun? Makanya jangan galau terus. Gue ajakin jalan yuk!" Ajak Gilang.
Zeyna mengernyit. "Ini masih jam 6 pagi Gilangg! Jangan bikin kesel deh. Lagi gak mau kemana-mana juga," tolak Zeyna mentah-mentah.
Gilang hanya meringis mendengar ucapan Zeyna barusan lalu tersenyum kembali.
"Iyaudah jangan sedih terus. Gue balik lagi aja. Nanti malem gue mau ngajak lo ke suatu tempat yang bisa buat lo tenang, mau?" tawar Gilang, dan Zeyna hanya pasrah.
"Di suruh masuk dulu sama Abang. Sekalian minta izin sana,"
Kali ini Gilang yang mengernyit heran. "Maksudnya lo mau pergi sama gue sekarang?"
Zeyna mengangguk, "di sini dingin banget. Lo ngobrol sama Abang gue dulu aja. Gue mau mandi dulu," kemudian Zeyna berbalik meninggalkan Gilang yang sedang memarkirkan motornya.
Gilang menarik pergelangan tangan Zeyna, "baju lo tipis banget, sampe tembus gitu," kekehnya.
Zeyna menepuk tangan Gilang keras. Ia menatap Gilang tajam, "jangan mesum!"
Gilang hanya tertawa mendengarnya. Cewek di hadapannya ini sangat menarik bagi Gilang. Sampai kapan pun ia akan selalu mencintai Zeyna hingga dirinya menjadi penakluk hati Tuhan, nanti.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZEYNA
Teen FictionZeyna Geovanka. Orang-orang mengenalnya karena julukan perempuan itu. 'Perempuan Berdarah Dingin' atau 'Perempuan Berhati Es'. Sejak dulu Zeyna selalu sulit untuk menerima orang baru karena sangat sulit baginya untuk beradaptasi dengan lingkungan b...