32. HUJAN
━━━━━────────── • • • ✦Kadang hujan selalu menyuarakan apa yang tidak bisa kita suarakan. ㅡ Zeyna Geovanka
"Hujan Zey. Mau diem dulu disini?" tanya Gilang pada Zeyna yang hanya diam di depan gerbang sekolah tanpa bergeming.
Zeyna menoleh kearah Gilang dengan senyuman sumringahnya. Menggenggam tangan Gilang kuat. Membuat Gilang mengernyitkan keningnya tapi bibirnya ikut tersenyum.
"Kenapa?" kekeh Gilang.
Entah kenapa setiap kali Zeyna menyentuh Gilang. Gilang merasa ada sesuatu yang berdesir kuat di tubuhnya.
"Hujan-hujanan yu?" ajak Zeyna dengan penuh antusias.
"Nanti sakit. Besok kita masih harus sekolah," tolak Gilang halus.
"Tapi aku mau!" paksa Zeyna misuh-misuh berusaha agar Gilang mengikuti kemauannya.
Gilang tertawa pelan. "Oke kuta ujan-ujanan, tapi kamu harus jawab pertanyaan dari aku, siap?" tantang Gilang.
Zeyna menyipitkan matanya. "Oke aku siap!"
"Kenapa pengen banget hujan-hujanan?"
"Karena suka," jawab Zeyna polos.
"Suka karena apa?"
"Suka karena hujan selalu bisa menyuarakan apa yang tidak bisa kita suarakan,"
"Puitis banget ya?" kekeh Gilang.
Dengan tidak sabaran Zeyna berlari keluar. Menikmati setiap gemercik air hujan yang turun membasahi tubuhnya.
"Zeyna jangan ketengah! Nanti ada motor atau mobil yang lewat," Gilang menarik tangan Zeyna agar perempuan itu tetap berada di sampingnya.
"Jalannya lagi sepi Lang. Gak akan ada kendaraan yang lewat," gerutu Zeyna kesal.
"Tetep aja gak boleh. Jangan jauh-jauh dari aku. Ngerti?" ujar Gilang was-was.
Zeyna tertawa, "iyaudah, biasa aja kali gak usah posesive kaya gitu,"
Gilang mendelik pada Zeyna. "Tunggu disini gak boleh kabur! Gak boleh ketengah kaya tadi juga." tekan Gilang, "aku ngambil motor dulu,"
"Aku tunggu di halte aja sambil duduk," sahut Zeyna yang hanya di angguki oleh Gilang.
Zeyna melangkah menuju halte bus saat Gilang masuk keare parkiran sekolah. Menunggu laki-laki itu disana. Sudah dua puluh tiga menit Zeyna menunggu tapi Gilang belum kembali juga. Mendadak perasaan resah merasuki Zeyna.
"Kok lama banget ya?" Zeyna kembali melihat jam tangannya.
Tiga puluh menit Zeyna menunggu di halte. Akhirnya Zeyna memutuskan untuk kembali ke sekolah menyusul Gilang. Saat Zeyna hampir sampai di gerbang, Zeyna melihat Gilang membonceng Maya keluar dari area sekolah. Seketika tubuh Zeyna membeku entah karena cuaca dan udaranya yang terlalu dingin atau karena melihat sesuatu yang tidak pernah Zeyna bayangkan sebelumnya.
Zeyna berusaha berfikir positif. Mungkin saja Gilang ada perlu dengan Maya hingga Gilang lupa padanya karena keperluan itu sangat penting, mungkin? Zeyna tidak tahu.
Perempuan itu melangkah memasuki parkiran sekolah. Ia melihat Naufal, Bara, Kenzo, Rezvan, Gevano, Farel, Arvian dan anggota inti Glory angkatan 8.
Naufal terkejut saat melihat Zeyna menghampiri mereka. Begitupun dengan yang lainnya kecuali Kenzo yang bersikap biasa saja saat melihat Zeyna.
"Eh Zeyna? Cari Gilang ya?" tanya Naufal berusaha bersikap seperti biasanya meski Naufal merasa dongkol atas perilaku Gilang tadi.
"Iya, tadi bilangnya Gilang mau ambil motor cuma gak dateng-dateng jadi gue susulin kesini deh," jawab Zeyna pura-pura tidak tahu jika Gilang baru saja pergi bersama Maya.
"Zey, pulang bareng gue aja mau?" tawar Zidan merasa kasihan dengan Zeyna. "Baju lo basah pake hoodie gue aja, kebetulan gue ada jaket cadangan," Zidan memberikan hoodie yang sedang ia pakai pada Zeyna.
Semua orang disana menatap Zidan terkejut. Karena jarang-jarang Zidan memberi pinjam hoodienya pada orang lain. Jangankan pada orang lain pada teman sendiri pun Zidan tidak mau. Bahkan Zidan memberikan Zeyna tumpangan.
"Gak usah deh. Gue tunggu Gilang aja," tolak Zeyna.
"Gilang lagi ada urusan Zey. Mending lo balik sama Zidan aja keburu hujannya makin besar. Kalau nunggu Gilang keburu kemaleman," ucap Kenzo.
Zeyna menatap mereka semua satu persatu seolah meminta saran untuk ikut apa tidak.
"Ikut aja udah. Gak baik kalau terus-terusan nolak bantuan orang Zey," sahut Naufal. "Anterin sampe rumahnya Dan! Nanti kita kawal dari belakang," suruh Naufal pada Zidan.
"Gak usahlah Bang. Biar gue aja, entar kalau udah reda gue ke WBS," tolak Zidan tidak mau merepotkan.
"Iyaudah sono anterin, inget Dan jangan macem-macem dia punya orang." ujar Farhan.
Zidan hanya mengangguk faham. "Iyaudah gue cabut duluan. Keburu hujannya makin gede,"
⋆ ⋆ ⋆ ⋆
"Lain kali jadi cewek jangan nyusahin!" tekan Gilang muak pada Maya.
"Kamu kok kaya gitu sama aku?" tanya Maya sedih.
"Iya terus mau lo kaya gimana?"
Maya sengaja memeluk Gilang saat di bonceng. Membuat Gilang merasa risih sekaligus muak dengan tingkah Maya.
"Kaya gini," sahut Maya senang.
"Lepasin gue bilang!" sentak Gilang menepis tangan Maya dari tubuhnya. "Lepasin atau lo gue turunin di tengah jalan?!"
"Dingin Gilang. Emang kamu gak dingin apa? Aku sengaja meluk kamu biar kamu gak kedinginan," ujar Maya manja.
Gilang memberhentikan motornya di tepian jalan. Memaksa Maya untuk turun dari motornya. Membiarkan perempuan itu berjalan sendirian di tengah hujan.
"Gue mau nganterin lo pulang itu cuma karena Zeyna! Lupa lo?"
"Enggak, lagian Lang bentar lagi juga Kakek kamu bakalan jodohin kita terus orang tua kamu gak akan bisa berkutik jadi buat apa kamu pacaran sama dia kalau ujungnya kamu bakalan sama aku?" ujar Maya agresif.
"Gue bener-bener muak liat kelakuan lo May! Mending lo gak usah ganggu gue. Hidup gue bukan untuk lo atur-atur!"
Gilang menyalakan motornya. Memutar arah untuk kembali ke sekolah, karena Zeyna pasti sedang menunggunya dari tadi. Gilang benar-benar merasa bersalah karena membuat Zeyna menunggu di halte sendirian. Bagaimana jika perempuan itu terluka kembali karena dirinya?
Saat Gilang sudah sampai di halte bus. Gilang tidak melihat siapa-siapa disana. Perasaan Gilang menjadi tidak enak. Ia memutar balikan kembali motornya menuju area sekolah tapi perempuan itu tidak ada dimanapun. Hanya ada teman-teman Gilang saja di area parkiran sekolah menatap Gilang dengan sorot kecewa.
"Cari siapa lo?" tanya Naufal saat melihat Gilang kelimpungan.
"Zeyna barusan kesini?" bukannya menjawab Gilang malah balik bertanya pada Naufal.
"Udah balik. Di anterin Zidan. Zeyna sempet nolak katanya mau nunggu lo tapi gue maksa Zeyna buat balik bareng sama Zidan keburu hujannya makin gede," jelas Naufal tanpa menoleh pada Gilang.
"Lo kenapa Fal?" tanya Gilang.
Naufal tertawa renyah. "Gue kenapa? Yang ada tuh elo yang kenapa! Ninggalin cewek sendirian di halte padahal lagi hujan. Lo gak punya perasaan apa otak lo ketinggalan di kelas waktu jam pelajaran terakhir selesai?" ujar Naufal sinis.
"Oke soal tadi sorry. Lo semua tau kan setiap kali gue bertindak itu selalu ada alesannya?" ujar Gilang.
Naufal menepuk pundak Gilang, mengangguk. "Jangan lo ulang," ujar Naufal memperingati.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEYNA
Teen FictionZeyna Geovanka. Orang-orang mengenalnya karena julukan perempuan itu. 'Perempuan Berdarah Dingin' atau 'Perempuan Berhati Es'. Sejak dulu Zeyna selalu sulit untuk menerima orang baru karena sangat sulit baginya untuk beradaptasi dengan lingkungan b...