1. KESIALAN & KEBERUNTUNGAN

37 14 4
                                    

1. KESIALAN & KEBERUNTUNGAN
━━━━━────────── • • • ✦

Pagi ini Zeyna terlambat datang ke sekolah, padahal hari ini Upacara akan di laksanakan. Zeyna telat bangun karena ia tidur terlalu larut.

Disini Zeyna sedang menjalankan hukuman-nya, membersihkan setiap sudut perpustakaan yang sangat bedebu karena jarang sekali ada siswa yang memasuki ruangan satu ini. Selain pengap, ruangan ini juga sangat membosankan bagi beberapa siswa.

Apalagi yang lebih mengerikan dari perpustakaan? Ruang pengap, membosankan karena setelah masuk mereka hanya bisa diam, duduk, tanpa ada yang bersuara.

Hanya ada beberapa siswa pintar, kutu buku, rajin, tekun, dan yang mendapatkan hukuman atau hanya siswa pemalas yang membolak-balikan lembaran-lembaran dalam buku itu karena perintah dari guru saja.

Setelah semuanya beres, Zeyna duduk di salah satu kursi yang ada di dekatnya, peluh membasahi dahinya, keringat mulai bercucuran di lehernya, Zeyna benar-benar lelah kali ini.

Saat Zeyna memejamkan matanya untuk menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya, tiba-tiba ada benda dingin yang menempel di hidungnya yang ia rasa jika itu adalah botol minuman dingin. Zeyna membuka matanya perlahan untuk melihat siapa yang berada di hadapannya sekarang ini.

"Buat lo," tukasnya.

Zeyna menatap asing kepada sosok lelaki yang berada di hadapannya. Yang di tatapnya hanya tersenyum ramah.

"Boleh gue duduk di sebelah lo?" tanyanya.

Zeyna melempar pandang ke arah lain, menatap lurus kedepan tanpa berminat untuk menatap kembali lelaki yang ada di sampingnya sekarang.

"Gak ada yang larang lo buat duduk di sebelah gue, gue juga gak ngelarang siapapun untuk duduk di sebelah gue," ucap Zeyna ketus.

Naufal tergelak karenanya, lalu melihat name tag perempuan di hadapannya, "Zeyna Geovanka X." Naufal menyebutkan namanya.

"Gue Naufal Aditya Prahadi," ujar Naufal memperkenalkan diri.

Zeyna menatap tangan Naufal yang terulur, membuat Zeyna menjabat tangannya. Ada senyum yang bisa Zeyna lihat di wajah lelaki ini. Meski samar.

"Zeyna," balas Zeyna singkat membuat Naufal terkekeh pelan.

"Bener kata siswa disini, lo itu selain cantik, galak, sama jutek juga ya? Cukup simple." komentar Naufal yang hanya di anggap angin lalu oleh Zeyna.

Selalu saja seperti itu. Zeyna Geovanka Xandier adalah sosok perempuan yang cukup simple dan tidak mau ribet. Diantara teman-temannya hanya dia lah yang paling pendiam, menjadi pendengar setia untuk orang di sekitarnya, dan selalu menjadi penopang bahkan tongkat untuk orang yang terjatuh, selalu menjadi sandaran yang paling menyenangkan untuk diajak bercerita tentang segala perihal menyakitkan dan menyenangkan.

Dibalik sikapnya yang sedingin udara saat musim salju terdapat hati yang lembut dan mudah tersentuh. Itulah yang membuat orang-orang di sekitarnya tertarik. Sosok wanita yang tangguh namun dibaliknya ia hanyalah perempuan biasa yang mudah sekali rapuh.

Kali ini bukan Naufal yang tertawa melainkan Zeyna yang tertawa renyah penuh kekosongan, "dan lo percaya gitu aja? Jangan pernah nilai seseorang cuman karena desas-desusnya doang."

Naufal menatap Zeyna dari samping, "tapi itu beneran nyata, dan gue udah liat sendiri buktinya,"

Zeyna menghela nafas, "gue gak ada waktu buat berdebat hanya untuk membenarkan omong kosong itu, dan hanya untuk membela diri sendiri yang menurut gue itu gak terlalu penting." ujar Zeyna.

Zeyna menoleh, menatap manik mata Naufal dengan tajam. "Karena, gimanapun gue itu cuman gue yang tau. Bukan orang lain." ujarnya tegas kepada Naufal yang hanya menatap Zeyna dengan tatapan takjub.

Dari sekian banyak penjelasan, cuma itu saja yang dia tarik untuk dijadikan kesimpulan.

"Tapi untuk menilai itu adalah hak orang lainkan? Dan tugas lo hanya untuk menerima komentar lalu memperbaiki segala hal,"

Zeyna tersenyum penuh makna, "tentu."

Naufal masih tidak bisa memalingkan pandangannya dari Zeyna, ia senang bisa mengenal Zeyna meski hanya sepintas saja. Setiap perkataannya membuat Naufal terpaku di tempatnya. Lontaran kalimat halus yang mampu membuat orang lain tertampar. Cukup anggun namun mematikan, itulah pendapat Naufal tentang sosok Zeyna.

Naufal menyodorkan kembali satu kaleng minuman yang tadi belum sempat Zeyna ambil. "Buat lo, gue tau lo haus. Perpustakaan seluas ini cuman lo sama 3 murid lainnya aja yang beresin. Gue yakin sekarang lo lagi dehidrasi ringan." tebaknya tepat pada sasaran.

Zeyna menerima minuman kaleng itu, Zeyna tidak munafik. Memang saat ini dia sedang mengalami dehidrasi ringan.

"Makasi,"

Naufal menatap Zeyna sebentar lalu pandangan-nya kembali beralih menatap lurus ke depan, "lo bisa ganti itu kapan-kapan. Gue gak ngasih lo secara gratis, karna semua orang juga butuh uang."

Zeyna mengerutkan dahinya, "jadi lo gak ikhlas ngasihnya? Tapi sorry gue gak minta lo untuk beliin gue minuman btw," ungkap Zeyna.

Naufal berdiri lalu tertawa di sampingnya, "gue yang mau beliin lo minuman, buat lo gantiin kapan-kapan. Biar gue ada alesan buat ketemu sama lo lagi di lain waktu." ujar Naufal membuat Zeyna jengkel setengah mati.

"Gue ke kelas duluan, lo jaga diri baik-baik anak perpus lebih liar daripada anak nakal" ujar Naufal, sebelum pergi dia sempat mengacak-acak sedikit puncak rambut Zeyna.

Zeyna hanya menatapnya aneh setelah Naufal pergi dari hadapan-nya. Tapi tidak apa-apa, hari ini Zeyna sangat beruntung karena petugas perpustakaan belum datang, bisa bahaya jika petugas melihatnya berbicara bahkan tertawa di dalam area perpustakaan. Yang kedua Zeyna beruntung karena masih bisa mengikuti mata pelajaran favoritnya di menit terakhir.

ZEYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang