*"Bagi dunia, kamu mungkin satu orang, tetapi bagi satu orang (aku) kamu adalah dunia."
*
Awal hari dimana pagi ini matahari seolah menyukai manusia hingga sinarnya seakan memeluk erat kulit mereka yang terasa tersengat. Matahari yang senantiasa menetap diatas sana tanpa adanya halangan awan sedikitpun. Awan saja tidak ingin dekat-dekat dengan matahari, panas katanya.
Dan seperti biasa, SMA Unggulan sedang melaksanakan upacara hari senin, bukan selasa. Para siswa siswi itu kompak menundukkan kepalanya. Bukan, bukan karena mengheningkan cipta, melainkan menghindari sinar matahari yang terasa membakar pagi ini. Tak lupa suara keluhan keluar dari mulut siswa siswi itu SMA itu.
"Akh anjir! Tuh bapak kapan selesai ceramah dah?!"
"Lama woii!"
"Hehh... Ntar gua jadi item, hilang sudah kemulusanku"
"Ugh... Pa...naasss..."
Begitulah kira-kira ocehan Esme dan ketiga teman lelakinya itu, siapa lagi kalau bukan Jatno, Latif, dan Muzaffar. Sedangkan Nawal hanya menunduk dan diam tanpa suara, tak seperti kebanyakan murid yang lain. Esme bisa melihat Brisa yang baris tak jauh dari barisan kelasnya. Sama seperti Nawal, Brisa hanya diam dan fokus mendengar ocehan kepala sekolah.
Namun bukan itu yang sedang menarik perhatian Esme sekarang. Esme dapat melihat bagian leher putih Brisa yang terlihat basah karna keringatnya dan itu berhasil membuat darah dalam tubuh Esme berdesir tak tahan melihat Brisa yang tampak seksi di mata Esme. Seketika keluhannya terhenti dan digantikan dengan membayangkan sesuatu yang 'enak' sambil memperhatikan Brisa di sana. Paham gak? Paham lah, masa nggak.
Scarlet yang baris di samping Esme menyadari tingkah aneh sahabatnya itu, tampak dari wajah Esme yang mirip seperti om-om pinggir jalan. Scarlet menepuk lengan kiri Esme membuat si empu sedikit terkejut. Esme pun melihat Scarlet dengan wajah bingung+kesal karna merasa terganggu.
"Lo ngapain liat-liat ke arah anak lokal sebelah?"
"Lah emang napa? Terserah gue mo lihat kemana"
"Iya sih, tapi lo liatin nya kayak om-om mata keranjang tau gak? Ngeliat apaan sih?"
Ucap Scarlet sambil mengedikkan bahunya merinding dan mengedarkan pandangannya mengikuti arah pandang Esme tadi. Hingga matanya berhenti ke seseorang.
"Yak elah lebay lo, dahlah tambah gerah aja ngomong sama lo"
"Cuih, yang ada malah setan di tubuh lo, makanya tambah panas"
Mereka pun kembali terdiam dan menikmati panasnya matahari diselingi cerita dongeng dari kepsek. Sebenarnya Scarlet menyadari kemana arah pandang Esme tadi, siapa lagi kalau bukan Brisa yang pernah mereka ajak untuk makan bersama. Melihat itu membuat Scarlet menjadi tambah curiga dengan perubahan sikap Esme. Sejak hari dimana Esme menanyakan sosok anak PMR itu, ia terlihat lebih segar dan berseri. Padahal yang Scarlet tau Esme itu selalu menampilkan wajah dinginnya yang seakan tidak peduli dengan dunia ini. Apa mungkin memang ada sesuatu yang merasuki tubuh Esme.
"Mengingat lusa merupakan hari jadi sekolah kita, seperti biasa setiap kelas harus ada perwakilan minimal 1 orang untuk ikut berpartisipasi. Apapun terserah, dan lakukanlah sekreatif mungkin. Baiklah, sekian dari saya, terimakasih"
Semua orang bertepuk tangan meriah. Entah itu karna sebentar lagi akan diadakan acara festival, atau senang karna akhirnya ceramah itu selesai dan berakhirnya upacara itu. Semua siswa berhamburan masuk ke dalam kelas masing-masing sambil bercakap ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tercinta
Любовные романыEsme Leony, siswi SMA berusia 17 tahun. Dia merupakan siswi yang berprestasi. Hanya saja, kenakalannya itu lah yang menutup prestasi Esme. Esme terkenal sebagai playgirl. Banyak yang sudah menjadi mantannya karena hanya bisa bertahan selama 1 minggu...