Chapter 28

651 57 0
                                    


*

"Kita selalu lupa akan waktu, justru itulah yang menandakan bahwa kita sangat cocok"

*

Waktu terus berlalu hingga jam menandakan istirahat siang bagi SMA Unggulan. Kini Brisa, Aria dan juga Takia sudah berada di sebuah tempat bernama kantin. Seperti biasa percakapan selalu didominasi oleh mulut besar Aria yang tidak pernah kenal kata lelah, seperti biasa pula Takia yang selalu menanggapi perkataan Aria hanya dengan tawa dan senyuman. Namun kini beda dengan si Brisa yang biasanya menanggapi semua perkataan Aria, ia justru lebih sering melamun bahkan makanan yang ada di depannya pun belum ia sentuh. Hingga Aria menangkap keanehan yang sedang terjadi pada sahabatnya itu.

"Ris lo kenapa? Dari tadi gua liat lo melamun aja?"

"Eh?! Oh... Enggak, gada papa kok Ia. Aku ke wc dulu bentar"

"Yaudah gih sana"

Brisa kemudian pergi dari meja makan mereka. Takia yang sedari pagi tadi sudah menyadari bahwa sahabatnya itu sedang dilanda kegelisahan. Ia tak tahu kenapa hingga Takia pun berencana menyusul Brisa.

"Eh lo mau kemana pula Ta?!"

"Gua mau nyusul Brisa Ia, tiba-tiba kebelet. Bye!"

"Yah gua ditinggal sendiri dong. Tapi gak papalah banyak makanan"

Setibanya Brisa di wc, ia membasuh wajahnya di wastafel dan menatap lama cermin yang ada dihadapannya itu. Brisa juga menyadari bahwa sejak mengetahui perihal Esme pikirannya jadi tidak fokus. Ia begitu mengkhawatirkan kondisi kekasihnya. Ingin sekali Brisa mengunjungi rumah sakit sekarang namun sekolah belum juga membunyikan bel pulang dan Brisa masih harus sabar menunggu.

"Hahh... Aku harus gimana? Aku khawatir banget sama Esme"

Ucapnya yang masih memperhatikan wajahnya. Namun tak lama kemudian pintu toilet terbuka dan memperlihatkan seorang siswi. Brisa melihat orang itu sedikit gugup dan mengangguk kearahnya sambil tersenyum kecil. Siswi itu pun juga membalasnya dengan senyum dan berdiri di samping Brisa. Brisa pun mengelap wajahnya dengan sapu tangan berniat pergi dari sana namun suara siswi disampingnya itu bersuara.

"Lo gak jenguk Esme?"

"Eh?!"

Brisa sedikit terkejut mendengar perkataan itu dan kembali berbalik menghadap siswi itu. Dia adalah Scarlet.

"K-kenapa nanya ke aku?"

"Lo kan deket sama Esme, wajar dong gue nanya"

Brisa terdiam mendengar perkataan siswi itu.

"Gue pikir lo gak bakalan masuk sekolah karna nemenin Esme di rumah sakit. Tapi kalo diliat-liat lo kayaknya baru tau perihal Esme"

Ucap gadis itu sambil membasuh kedua tangannya.

"Memangnya kenapa? Aku bisa jenguk dia pulang sekolah nanti."

"Haha... Nggak, santai aja. Gue cuma nanya doang kok soalnya gue liatin lo kayak cemas banget gitu"

Ucapan Scarlet membuat Brisa terdiam. Apa secemas itu kah dirinya sampai-sampai Scarlet juga menyadari hal itu. Lama mereka saling terdiam hingga Scarlet selesai dengan urusan cuci tangannya dan pergi begitu saja dari tempat itu. Tak lama Scarlet pergi, datanglah Takia menghampiri Brisa dengan membawa sebuah tas.

"Ris..."

Brisa yang menyadari suara Takia dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya agar terlihat biasa saja.

Yang TercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang