Chapter 12

994 72 1
                                        


*

Hanya ada satu kebahagiaan dalam hidup ini, untuk mencintai dan dicintai.

*

Sekarang Brisa berada di ruangan UKS bersama dengan Aria yang terus memeluk tubuh kecilnya, berusaha menenangkan Brisa yang sedari tadi mengerang kesakitan di kepala.

"Ugh..."

Rintih nya terus terusan tanpa henti.

"Ris, bertahanlah. Sebentar lagi Takia kembali membawa obatnya"

Tak lama setelahnya, Takia akhirnya sampai di UKS dengan membawa kantong kresek yang ia bawa tadi dari kelas.

"Maaf lama! Aku udah bawa obatnya"

Ucap Takia dengan nafas yang ngos-ngosan karena berlari.

"Gakpapa Ta. Kamu ambilin minum juga"

Ucap Aria yang langsung cepat ditanggapi oleh Takia. Takia langsung membuka obat itu dan memberikannya pada Brisa diselingi dengan air minum. Keempat obat itu akhirnya sudah dihabiskan oleh Brisa dan Aria langsung menidurkannya di atas ranjang UKS. Tampak Brisa mulai sedikit tenang karena efek obat yang diberikan tadi. Ia pun tertidur setelahnya.

"Padahal katanya 10 tahun yang lalu, tapi kok masih aja sering kesakitan?"

Lirih Aria sangat kecil. Takia menyadari ucapan dari Aria dan mendekatkan dirinya disamping Aria sambil mengelus pelan lengan nya itu.

"Jangan sedih terus Ia. Yang penting kita terus kasih support sama Brisa agar ia bisa melawan penyakitnya dan berdoa dia cepet sembuh"

"Hm... lo benar Ta. Gua cuma gak tahan liat Brisa terus terusan sakit kayak gini"

"Gua juga Ia"

Tak lama setelahnya bel masuk pun berbunyi.

"Yaudah, aku balik ke kelas dulu ya. Kamu disini aja nemenin Brisa, biar gua yang bilang sama buk Winy"

Ucap Takia dibalas anggukan oleh Aria dan pergi meninggalkan ruang UKS. Aria masih setia memegang punggung tangan Brisa dengan erat seakan ingin menyalurkan kekuatannya pada Brisa. Matanya begitu cemas melihat keadaan Brisa saat ini.

***

Bel pulang sekolah telah berbunyi dan Brisa sudah mulai membaik saat satu jam terakhir sebelum bel pulang. Brisa menyuruh Aria dan Takia untuk tidak mengumbarkan masalah penyakitnya itu ke orang lain, cukup Aria dan Takia saja yang tahu.

Brisa menyuruh Aria dan Takia untuk pulang terlebih dahulu karena ia akan pulang bersama Esme. Saat Brisa ingin keluar dari kelasnya, ia melihat Esme sudah ada di dinding samping pintu kelas. Brisa sempat terpesona dengan Esme yang sedang menyandarkan tubuhnya ke dinding. Mengenakan jaket berwarna hitam dengan rambut yang terlihat sedikit acak. Kelasnya yang berada di lantai atas membuat cahaya matahari tepat mengarah ke tubuh gadis itu dan membuat pesona nya lebih 'Wah'. Sungguh pemandangan yang begitu indah bagi Brisa.

Esme yang sedang memainkan Ponselnya itu sedari tadi sudah menyadari jika Brisa sekarang tengah memandangi dirinya. Esme pun tersenyum geli karena Brisa belum juga memanggil namanya. Hingga akhirnya Esme mulai membuka suara.

"Udah selesai merhatiin pesona aku yang indah ini?"

Ucap Esme yang membuat Brisa tersadar dari lamunannya dan langsung memalingkan wajahnya yang kini sudah memerah karena malu. Esme yang melihatnya langsung tertawa karena menurutnya itu sangat lucu.

Yang TercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang