*"Aku tidak pernah keberatan menunggu berapa lama pun selama aku mencintainya"
*
Perlombaan telah usai, dan sesuai perkiraan Pak Ebrahim, Kepsek SMA Unggulan, bahwa Esme dan Brisa pasti memenangkan perlombaan itu. Meski semua orang senang, hal itu sudah biasa bagi Esme, bahkan sebelum perlombaan mulai ia sudah sangat percaya diri akan menang karena merasa dirinya dan juga sang kekasih memiliki suara emas. Brisa bahkan sempat terkagum dan terpesona saat mendengar suara Esme yang begitu elok, bahkan kata bagus belum bisa menggambarkan indahnya suara Esme.
Setelah perlombaan selesai, mereka sudah diperbolehkan untuk kembali ke sekolah pada saat jam istirahat. Sekarang Esme berada di sebuah kafe yang menyediakan berbagai coklat. Dan tentu saja ia berduaan dengan kekasih imutnya itu. Biasalah.
Brisa tak jauh berbeda dari gadis gadis lainnya yang menyukai coklat apalagi yang manis manis. Katanya sih, coklat tuh baik buat menghilangkan beban pikiran dan nyenengin hati. Kalo bagi Esme sih, liatin doi makan es krim coklat aja udah bikin hati terasa adem adem gitu. Bahkan si Brisa yang merasa dari tadi diperhatikan jadi agak risih pun mulai angkat suara.
"Esme, bisa enggak kamu liatinnya biasa aja?"
"Emangnya kenapa?"
"Ngeliat muka kamu kayak gitu jadi ngerusak suasana tau nggak?"
"Jadi muka aku jelek gitu?"
"Bukan aku lho yang bilang"
"Ohhooo... Jadi gini, udah mulai berani ya ngatain orang?"
"Hehe... Enggak kok, canda aja tadi. Piss"
Brisa hanya terkekeh kecil menyembunyikan kedua matanya. Esme terpaku, oh tuhan, betapa manisnya makhluk yang engkau ciptakan di hadapanku ini? Ah, pikiran Esme sudah melayang entah kemana. Ingin sekali rasanya ia cipok bibir mungil kekasihnya dan mencicipi rasa coklat di bibir itu. Tapi sayangnya ia sadar tempat, membuatnya terpaksa harus menahan hasratnya itu.
"Tapi yakinlah, aku ini orang paling cantik sekaligus ganteng"
"Masa'?"
"Gak percaya?"
Esme mengangguk anggukkan kepalanya. Ia kemudian menoleh kearah meja dimana sekumpulan siswa siswi juga spontan menatap dirinya. Esme pun mengedipkan sebelah matanya pada mereka.
"Astaga! Cantik sekali!"
"Itu cewek? Ya ampun gakuat liatinnya!"
"Gila! Cantik cantik ganteng itu mah!"
"Sumpah dah! Tapi kayaknya udah ada yang punya deh!"
Esme kembali menatap Brisa sambil memainkan alisnya. Sedangkan Brisa hanya diam kemudian berdiri dan berjalan keluar dari kafe dengan perasaan yang emm... entahlah. Esme yang melihat itu heran dengan perubahan sikap Brisa kemudian ikut pergi menyusul kekasihnya itu.
Apakah Brisa... Cemburu? Entahlah. Kalaupun iya, wajarlah si doi cemburu liat pacarnya di godain orang lain. Tingkahnya yang terus menghentak hentakkan kaki menuju mobil justru membuat Esme terkekeh kemudian tersenyum senang sambil berjalan dibelakang Brisa. Setidaknya ia tahu bahwa dirinya merasa dimiliki oleh Brisa.
***
"
Woy! Jatnok anak Pak Ivano!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tercinta
RomanceEsme Leony, siswi SMA berusia 17 tahun. Dia merupakan siswi yang berprestasi. Hanya saja, kenakalannya itu lah yang menutup prestasi Esme. Esme terkenal sebagai playgirl. Banyak yang sudah menjadi mantannya karena hanya bisa bertahan selama 1 minggu...