Chapter 26

670 64 1
                                        


*

"Bersamamu aku tidak pernah takut lagi menjadi pemimpi"

*

"Setelah ini lewat mana hon?"

"Tinggal lurus aja yank sampe ada rumah warna cream"

Esme pun melajukan motornya menuruti arahan dari kekasihnya Brisa. Hari ini adalah hari Minggu, awalnya Esme ingin mengajak Brisa nge-date hanya saja gadis itu justru lebih memilih untuk mengunjungi rumah tantenya. Esme pun mau tak mau harus menuruti keinginan kekasihnya itu karna ia sudah bilang ia sangat merindukan tantenya dan sudah jarang mereka bertemu.

Yah daripada doinya ngambek trus di diemin dan akhirnya malah ngejauhin dirinya ditambah lagi bakalan di block kontaknya kan gak enak rasanya. Oh ditambah lagi tuh si Brisa entah kenapa lagi pengen naik motor. Kan kalo mobil lebih enak bisa duduk santai, gak kepanasan, bisa rilex, bisa nganu juga... Eh?.

Mereka pun akhirnya sampai di tujuan. Brisa pun turun dari motor Esme dengan cepat bahkan helm nya pun belum ia copot. Ia berlari menuju pintu rumah berwarna coklat itu dengan senyum yang merekah. Sudah lama ia tak mengunjungi bibinya, yah walau terakhir kali mereka bertemu itu dua Minggu yang lalu.

*Tok tok tok

Bunyi hujan, eh salah!

Brisa mengetuk pintu itu. Terdengar suara putaran kunci dari dalam. Dan sekarang terlihat seorang wanita berumur 33 tahun dengan senyun yang menghiasi wajahnya.

"Waduh ada Isa! Kesambet apa tiba-tiba datang kesini?"

Ujar Haifa, tante Brisa. Dia adalah seorang yang sangat dekat dengan Brisa sejak ia sering ditinggal kedua orang tuanya tersebut.

"Ihh Tante! Kan Isa rinduu~ masa gak boleh dateng?"

Ucap Brisa dengan nada kesal tapi terdengar imut di telinga. Haifa tertawa gemas dan menyubit pelan pipi gadis itu.

"Iya sayang. Yaudah, ayo masuk"

Ucap Haifa sambil membuka lebar pintunya. Mata Haifa pun melirik ke seseorang yang ada di belakang Brisa.

"Eh, ini siapa? Temen kamu ya Sa?"

"Bukan Tan, saya pac-hmp"

"Iya Tan! Temen Brisa, Aria sama Takia nya gak bisa ikut jadi aku ajak dia aja sekalian dikenalin gitu, hehe"

Potong Brisa dengan cepat agar Esme tidak bicara yang aneh-aneh. Sedangkan Hafia awalnya sedikit heran dengan tingkah mereka, namun ia tak terlalu menghiraukan hal itu.

"Temen baru ya, pasti Brisa udah anggap kamu kayak saudara dia, Brisa emang gitu orangnya"

"Bukan saudara Tan, tapi pasangan hidup semati!"

Batin Esme yang ingin sekali mengatakan hal itu.

"Yaudah ayo masuk dulu"

Namun sebelum mereka masuk, tiba-tiba ponsel Esme berdering menandakan panggilan masuk. Esme pun mengangkat telepon itu dan berbicara sedikit menjauh dari Brisa dan Hafia. Tampak wajah Esme berkerut menahan kesal dan kemudian mematikan ponsel itu.

Yang TercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang