Yang Tercinta

Chapter 29

*

"Cintaku untuk dirimu, dan cintamu hanya untuk milikku"

*

"Weh! Bantuin gua ah!"

Pinta Jatno tak jelas.

"Bantuin apaan dah?!"

"Kuis ini lah!"

"Halah cuma kuis gini doang. Kecill!"

Ujar Latif yang sedang memakan kuaci. Setelah kepulangan Brisa, 3 laki-laki itu masih menjaga Esme.

"Gini... Orang yang udah gak punya otak itu namanya apa? Ada 5 huruf nih"

Tanya Jatno sambil menatap kuis di ponselnya.

"Bodoh!"

"Tolol!"

Jawab Muzaffar dan Latif serempak membuat Jatno langsung melempari kulit kuacinya yang sudah di dalam mulut dan mengenai pipi kedua teman lelaki itu.

"Anying lo Nok!"

"Jijik bangsat!"

Ujar Latif dan Muzaffar nge gas sbil mengelap kasar pipinya.

"Aish! Gak suci lagi kan pipi gua akh!!"

"Sumpah anying lo Nok!"

"Bodo lah bodo! Elo pada tadi ngapain ngatain gua bodoh?!"

Tanya Jatno kemudian Latif dan Muzaffar mendekat dan langsung menimpuk kepala Jatno dengan bantal di sofa.

"Bangsat! Lo pada kenapa sih?!"

Tanya Jatno tambah nge gas.

"Tch, udah napa? Emang pertanyaan apaan sih?"

Tanya Nawal jengah melihat para sahabatnya yang sudah kelewat pintar itu.

"Nih, orang yang kagak punya otak namanya apa? Ini 5 huruf"

"Enggak bodoh ya tolol"

"Wah pen ngajak baku hantam lo?! Sini maju!"

"Hahh... Sebenarnya apa isi otak teman ku ini?"

Ujar Nawal sambil mengelus elus dadanya pelan setelah mendengar pertanyaan Jatno tadi.

"Itu jawaban kuisnya antara bodoh atau tolol! Makanya, punya otak jangan yang hasil giveaway"

Ucap Nawal yang sedari tadi diam mendengar perdebatan para sahabatnya itu.

"Hah? Emang iya?"

Jatno mengetikkan jawaban 'bodoh', dan ternyata benar.

"Benar anjir! Gila gua pintar beud!"

"TERSERAH!"

"Bacot aja idup lo Nok!"

Teriak Latif dan Muzaffar yang dibuat kesal oleh Janto. Nawal berdiri kemudian membuka pintu ruang rawat Esme.

"Aduh, laper nih!"

Ujar Latif tiba tiba membuat Jatno menghembuskan nafas nya dan Muzaffar menyetujui ucapan Latif.

"Nawal beli makan gih! Sekali sekali lah baik hati"

Nawal hanya menurut saja dan berdiri melangkah membuka pintu daripada harus mendengar ocehan tak jelas dari sahabatnya yang terus mengganggu pendengarannya.