Chapter 32

612 53 0
                                    


*

"Aku mencintaimu lebih dari kata apa pun yang bisa diucapkan. Aku mencintaimu lebih dari setiap tindakan yang aku ambil. Aku akan di sini mencintaimu sampai akhir."

*

Diperjalanan Esme terus memegang tangan Brisa yang dingin itu, seolah memberikan kehangatan lebih untuk Brisa.

Mereka akhirnya sampai, tapi bukan dirumah Brisa ataupun Hafia. Tapi disebuah apartemen, itu adalah apartemen Esme. Esme kembali menggendongnya dan berlari memasuki lift.

Ia membuka pintu setelah memasukkan kata sandi apartemennya. Esme membaringkan Brisa di kamarnya.

"Brisa?"

Panggil Esme sambil merapikan rambut Brisa. Brisa masih memejamkan matanya.

"Ony..."

Panggil Brisa dengan mata tertutup. Esme yang hendak pergi pun langsung menghentikan langkahnya. Hatinya berdegup tak karuan. Panggilan itu, seperti...

"Ony"

"Iya honey, kenapa?"

Tanya Esme kembali duduk di pinggir kasur itu sambil mengelus pipi Brisa sayang. Jantungnya terus berdegup kencang.

Brisa mulai membuka matanya perlahan. Ia mengerjapkan matanya, dan melihat sebuah ruangan dengan nuansa ungu itu.

"Aku dimana?"

Tanya Brisa saat melihat ruangan yang begitu asing.

"Kamu di apartemen aku, hon"

Balas Esme sambil tersenyum hangat kepada Brisa.

"Aku mau pulang"

"Kamu tidur disini dulu aja, ya"

Brisa ingin membalas tapi kepalanya terasa sangat pening. Ia kemudian mengangguk saja sambil memejamkan matanya.

Esme kemudian ikut tidur disamping Brisa sambil mengelus rambut Brisa. Tapi pikirannya mengarah ke panggilan Brisa tadi. Panggilan itu, adalah panggilan spesial untuk seseorang yang kini menghilang dari dulu.

Esme pun mengecup kening Brisa cukup lama hingga akhirnya ia menyusul Brisa yang sudah di alam mimpi.

Hari menjelang pagi. Bau masakan gosong memenuhi indra penciuman Brisa yang masih tertidur di kasur milik Esme. Ia terlambat bangun mungkin karna terlalu nyaman tidur berada dipelukan sang kekasih.

Sedangkan di dapur Esme masih berkutat dengan wajah. Ia berniat menggoreng telur untuk sarapan Brisa. Tapi yang terjadi malah dapur itu berantakan dan telurnya pun sudah berganti warna menjadi hitam.

"Sayank?"

Panggil seseorang dengan suara khas bangunan tidur dan rambut yang sedikit berantakan. Uhh... Sungguh manis mendengar kata itu di pagi hari ini. Esme menoleh dan tersenyum kepada Brisa.

"Kamu ngapain?"

Tanya Brisa mendekati Esme dan melongo saat melihat hasil masakan Esme.

Yang TercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang