*"Kamu adalah kekuatanku tapi mencintaimu adalah kelemahan terbesarku."
*
Pandangan Brisa terarah pada sebuah gadis kecil yang duduk dibawah pohon dengan tatapan kosong mengarah ke depan. Brisa mendekati gadis kecil itu dengan satu boneka di tangannya.
"Hai, kamu namanya siapa?"
Tanya Brisa berjongkok didepan gadis itu. Gadis itu nampak kaget kemudian tangannya melayang meraba raba udara dan berakhir meraba wajah Brisa.
Brisa baru mengerti jika gadis kecil itu tak bisa melihat. Bola matanya bergerak gerak, mulutnya berkomat kamit mencoba menebak siapa dia.
"Aku Brisa, kamu siapa?"
Gadis kecil itu tersenyum kemudian mengambil buku kecil yang dikalungkan di lehernya. Nafas Brisa tercekat melihat gerakan itu.
Lauren Magdalena
"Namanya bagus"
Gadis itu kembali tersenyum lebar menampilkan gigi putihnya.
"Oh iya, kakak punya sesuatu untuk kamu"
Brisa memberikan boneka beruang berwarna coklat kepada Lauren. Gadis itu kembali meraba boneka itu kemudian memeluknya erat sambil tersenyum.
Brisa meneteskan air matanya. Entahlah, ia merasa berada dalam keadaan Lauren. Gadis kecil yang seharusnya bisa melihat indahnya dunia namun harus menerima semua ini. Dia tidak bisa berbicara ataupun melihat, ia bisu dan buta.
"Brisa?"
Panggil Esme membuat Brisa menghapus air matanya segera dan menoleh kearah Esme dengan senyum.
"Hai gadis cantik, kita makan dulu yuk"
Ajak Esme ramah dan gadis itu mengangguk. Brisa sempat terkejut, ia kira Esme akan tetap bersikap dingin dengan anak anak ini. Lauren menarik tangan Brisa. Brisa tersenyum kemudian berdiri dan masuk ke panti itu untuk makan siang.
Dan kini mereka pamit karna hati sudah mulai sore.
"Brisa, ayo"
Panggil Esme membuat Brisa mengangguk. Lauren mendekat kemudian menepuk nepuk kaki Brisa. Brisa berjongkok kemudian Lauren menunjukkan sebuah tulisan di bukunya.
Kakak hati hati ya kapan kapan kesini lagi Lauren suka main sama kakak.
Brisa berusaha untuk tak meneteskan air matanya.
"Oke, besok kakak kesini lagi buat main sama Lauren. Kakak pamit ya?"
Lauren mengangguk kemudian Esme dan Brisa meninggalkan tempat itu.
Di dalam mobil Brisa tak henti hentinya tersenyum.
"Kamu udah cocok deh"
"Hm? Cocok apanya?"
Tanya Brisa bingung karna perkataan Esme.
"Cocok buat jadi ibu dari anak anak kita nanti"
Jawab Esme sambil tersenyum menggoda.
"Apaan sih! Lagipula aku mana bisa hamil anak kamu!"
Pipi Brisa memerah mengundang tawa Esme.
"Brisa honey... sekarang tuh udah jaman modern, semua serba bisa. Hmm kira kira anak kita berapa ya? Sepuluh atau sebelas?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tercinta
RomantizmEsme Leony, siswi SMA berusia 17 tahun. Dia merupakan siswi yang berprestasi. Hanya saja, kenakalannya itu lah yang menutup prestasi Esme. Esme terkenal sebagai playgirl. Banyak yang sudah menjadi mantannya karena hanya bisa bertahan selama 1 minggu...