Chapter 41

800 53 5
                                    


*

"Aku berharap mampu memundurkan waktu sehingga aku bisa bertemu denganmu lagi dan meluangkan waktu lebih banyak bersamamu."

*

"Maaf anda tidak boleh masuk. Silahkan tunggu diluar"

Ujar seorang suster yang membawa Brisa ke dalam dan kemudian menutup pintu itu. Natalie diam menatap Esme yang berjalan mondar mandir di depan ruangan itu.

Pikiran Esme kemana mana. Ia mengacak rambutnya frustasi.

*Ting

Jatnonjok
Esme Salstreet nyerang markas kita

"Shit!"

Esme mengusap wajahnya kasar. Apalagi sekarang, Brisa sedang diperiksa dan sekarang geng Salstreet membuat ulah kembali.

"Kamu pergi aja. Aku nanti yang akan jaga Brisa"

Ujar Natalie mengerti.

"Gak!"

"Esme, mereka butuh lo. Gue yang bakal jagain Brisa, gue janji"

Ujar Natalie kembali meyakinkan.

"Gue titip Brisa, kalo ada apa apa telfon gue"

Natalie mengangguk paham.

'Segitu sayangnya kamu sama Brisa, Esme'

Batin Natalie. Esme memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Ia ingin sekali menghabisi Saaid dan kembali kerumah sakit.

Benar saja, saat sampai disana warung mang Qaid sangat berantakan. Kursi kursi berserakan, semuanya sudah tak terbentuk. Rahang Brisa mengeras tangannya mengepal. Ia memberi aba aba untuk membuat barisan dibelakangnya menghadap kearah Saaid.

"SERANG!"

Ujar Esme lantang membuat semua pasukannya berlari kearah depan dam menghabisi lawannya. Esme kembali melawan Saaid.

"Haloo, lama gak ketemu. Brisa dimana? Gue pengen ngajak main nih, dia lumayan lah diajak main"

"BRENGSEK!"

Esme langsung membabi buta Saaid hingga dengan sekali pukulan Saaid langsung terjatuh ke tanah. Esme menindihnya dan melayangkan segala pukulannya. Sudut bibir, hidung dan pelipis Saaid mengeluarkan cairan kental berwarna merah.

"Jangan. Pernah. Sebut. Brisa. Pakai. Mulut. SAMPAH LO!"

Ujar Esme dengan menekan setiap katanya dengan tangan yang tak henti hentinya memberikan bogeman ke wajah Saaid.

"Esme udah, cukup!"

Geng 'Salstreet' lari membawa kekalahan lagi. Sedangkan Saaid sudah dipapah dua anggotanya.

"Halo?"

"..."

"Iya ma, Esme segera kesana"

Esme kembali memacu motornya dengan kecepatan diatas rata rata.

Esme sampai, bukan dirumah sakit dimana Brisa berada. Tapi di rumahnya sendiru. Ia berlari menuju sebuah kamar. Pandangannya terkunci pada seorang lelaki yang masih ia sayangi tengah meronta ronta. Esme merapatkan giginya kuat.

"Edlin! Edlin sini! Anakku!"

Ujar Daniel atau lebih kearah teriakan. Yani dan Zafar- kakak Daniel, terus berusaha menangani amukan dari Daniel yang tak henti hentinya.

Yang TercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang