*"Cinta mungkin hadir karena takdir tapi tak ada salahnya jika kita saling memperjuangkan."
*
"Woy! Ini yang wakili kelas kita siapa? Cepetan ini udah ditagih bu Camilia nih"
Ujar Daniel, si ketua kelasnya Brisa. Semua yang ada di kelas langsung berbisik-bisik.
"Si Brisa aja! Suaranya bagus tuh"
Ucap Aria langsung main ceplos. Brisa yang sedang menggunakan headset sedikit mendengar teriakan dari Aria.
"Ya?"
Tanya Brisa pada Aria yang masih bingung dengan situasi saat ini.
"Nah tuh, dianya setuju!"
"Oke, Brisa yang bakal wakilin kelas kita"
"Hah?!"
Teriak Brisa tepat disamping telinga Aria. Brisa terkejut karna ia baru sadar dengan yang ia katakan tadi, padahal maksudnya tadi bertanya tapi malah disalah artikan oleh mereka.
"Ish Brisa! Telinga gua sakit ah! Entar kalo gua budeg gimana?!"
Omel Aria membuat Brisa hanya cengir manis.
"Emang Daniel tadi bilang apa?"
"Kamu yang bakal nyanyi wakilin kelas kita Ris"
"Ihh enggak! Aku gak mau!"
Tolak Brisa membuat 2 sahabatnya itu langsung menatap Brisa.
"Aku gak bisa nyanyi"
Lanjut Brisa lagi.
"Kan lo pernah bilang kalo lo dulu pernah juara lomba nyanyi"
"Udahlah Ris, kamu gak bisa boong"
"Nah jadi, terima aja. Lusa lo pasti bakal tambah terkenal Ris"
Aria dan Takia masih berusaha agar Brisa mau mewakili kelasnya. Karena mereka tidak ingin menanggung malu lagi seperti tahun sebelumnya, si Evelina yang centil itu dengan PD nya maju ke depan untuk bernyanyi. Eh bukannya suara nyanyian yang terdengar melainkan teriakan yang seakan mengajak baku hantam.
"Ya, please ya Ris? Nanti Takia traktir lo makan kwetiau kesukaan lo, mau gak?"
Bujuk Aria membuat Takia menatap malas ke arah sahabat satunya itu. Brisa tampak menimang tawaran itu, pikirnya kasian juga melihat mereka mengemis seperti ini.
"Hahh... Ya udah deh"
Jawab Brisa membuat mereka bernafas lega dan tersenyum senang.
***
Istirahat tiba, Brisa memutuskan untuk pergi ke ruang musik sendirian. Kini terdengar lantunan nada-nada indah memenuhi ruangan musik SMA Unggulan. Seolah-olah nada itu sedang mewakili sebuah kisah yang dialami oleh sang pemain.
Gadis itu sangat menyukai musik, terutama piano yang merupakan sahabatnya sedari kecil. Setiap memainkan itu, hati Brisa terasa tenang dan setiap nada yang keluar seolah memberikan kehangatan kembali bersama keluarganya.
Ia sangat pandai dalam memainkan piano. Dulu saat bersama kedua orang tuanya, Brisa diajarkan untuk bermain piano. Dan akhirnya nada-nada dari piano itu seolah telah tertanam di dalam kepalanya.
Tapi Brisa susah jarang memainkan piano setelah orang tuanya sibuk pergi meninggalkannya. Brisa yang harusnya masih bisa merasakan kehangatan keluarga dari dulu, justru tergantikan dengan masa kecilnya yang penuh dengan kesepian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tercinta
RomanceEsme Leony, siswi SMA berusia 17 tahun. Dia merupakan siswi yang berprestasi. Hanya saja, kenakalannya itu lah yang menutup prestasi Esme. Esme terkenal sebagai playgirl. Banyak yang sudah menjadi mantannya karena hanya bisa bertahan selama 1 minggu...