Chapter 7

1.3K 86 2
                                        


*

Disaat aku melihatmu, aku dapat melihat sisa hidupku di depan mataku.

*

Keesokan harinya, Esme kembali menjemput Brisa untuk berangkat bersama. Bik Hanina sudah terbiasa melihat Esme berkunjung dan membiarkannya untuk langsung pergi ke kamar Brisa.

Esme membuka pintu kamar Brisa yang tidak dikunci dan mendapati Brisa yang sudah siap sedang duduk termenung di pinggir kasurnya membelakangi Esme.

Awalnya Esme berencana ingin mengejutkan Brisa, namun niat itu terhenti karena Esme merasa ada yang tidak beres dengan pacarnya itu. Terdengar keluhan kecil keluar dari mulut Brisa yang terus berulang hingga membuat Esme terbingung dengan sikap Brisa yang tidak wajar ini.

"Ris..."

"..."

"Brisa..."

"..."

Merasa panggilannya diabaikan, Esme langsung mendekati Brisa dan langsung menciumi pipi Brisa secara tiba-tiba. Alhasil Brisa langsung terkejut dengan kehadiran Esme yang tiba-tiba. Ditambah lagi perbuatan Esme barusan yang membuatnya menatap Esme bingung.

"Kamu sih... aku panggil-panggil nggak dijawab. Kamu kenapa, hm? Gak biasanya ngelamun gitu"

Brisa tahu jika Esme pasti khawatir melihat dirinya yang seperti ini. Brisa pun berusaha untuk tersenyum dan terlihat baik-baik saja di hadapan Esme.

"Enggak. Enggak ada apa-apa kok, tadi cuma ngelamun gara-gara mikirin teman aku yang gagal jalan-jalan bersama karena aku. Aku jadi merasa sedikit bersalah"

"Hahh... nggak usah dipikirin terus Ris, bukan salah kamu juga kok. Namanya juga tiba-tiba terjadi aja"

"Hm... kamu benar, Es"

"Ya udah gih, kita berangkat. Entar telat lagi"

Brisa menatap lekat mata Esme. Saat Brisa ingin bangkit dari duduk nya, tiba-tiba bayangan itu muncul lagi. Kepala Brisa kembali terasa sakit dan ia kehilangan keseimbangan hingga Brisa terhuyung ke depan sambil memegang kepalanya yang semakin lama semakin berat.

Melihat hal itu, Esme dengan sigap memegangi Brisa dengan kedua tangannya.

"Ris!"

Seketika kekhawatiran Esme menjadi bertambah melihat keadaan Brisa yang sekarang. Esme kembali mendudukkan Brisa di kasur dan menyuruhnya untuk membaringkan badannya dengan hati-hati sambil membenahi posisi bantal kepala Brisa. Cukup lama hingga Brisa merasakan bayangan itu menghilang. Brisa kembali menatap Esme dengan tersenyum.

"Makasih, Es..."

"Hari ini kamu nggak usah sekolah dulu, ya. Biar aku bilang ke temanmu itu"

"Mm... makasih"

Brisa kembali memandang Esme. Setiap melihat Esme, entah kenapa rasanya seperti pernah mengenalnya cukup lama. Biasanya hal seperti tidak pernah terjadi saat mereka selalu bersama.

"Kamu enggak pergi sekarang, Esme?"

Tanya Brisa dengan suara yang pelan. Esme hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Ini kan udah jam 06.20, kamu harus berangkat sekolah"

Lanjut Brisa masih dengan suara pelannya.

"Ya nggak lah Ris, kamu kan lagi sakit. Jadi aku ingin tetap disamping kamu sampai kamu membaik"

"Tapi kan kamu harus sekolah, jangan cuma gara-gara aku kamu sampai enggak pergi sekolah. Ilmu itu penting, loh"

"Bagiku kamulah yang paling penting dari semua yang ada di bumi ini"

Yang TercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang