Chapter 30

654 57 1
                                        


*

"Jika kau tersenyum melihat bintang, maka aku pastikan langit malam ada digenggamku"

*

Hari itu, adalah hari dimana Esme kembali memimpin pasukannya yang kerap disebut geng 'Masa18' untuk membalas dendam kepada Saaid yang merupakan ketua geng 'Salstreet'. Mendengar bahwa Brisa diganggu oleh Saaid membuatnya sangat marah.

Sore itu, geng 'Masa18' dengan geng 'Salstreet' melakukan hal yang sering mereka lakukan, biasalah tawuran. Ya, Esme sudah keluar dari rumah sakit. Baru juga sehari keluar rumah sakit, udah tawuran lagi...

Darah kembali memenuhi setiap baju mereka, menghiasinya dengan noda merah kental. Esme bahkan menyerang Saaid dengan seluruh kekuatannya, bisa dikatakan kalau keadaan Esme sekarang seperti orang kesetanan.

Ia tak mempedulikan keadaan sang ketua Saaid. Ia terus memberi serangan bertubi-tubi hingga membuat si Saaid kewalahan dan terkapar di tanah akibat ulah cewek itu. Esme duduk di atas Saaid dengan masih memberikan pukulannya. Cairan merah yang kental dan luka yang menghiasi wajah Saaid.

Disisi lain, Brisa sedang berjalan kaki menuju rumah karna ia baru saja ada di toko buku. Takia pernah bilang jika sedang ada tawuran tak jauh dari toko itu namun ia tak mendengar perkataan Takia. Saat melihat hal itu, Brisa langsung saja putar balik saat melihat dua geng yang tawuran di depan. Ia bahkan tidak tahu jika kekasihnya sedang bergelut ria disana.

Brisa harus rela berjalan kaki lebih jauh karna tak ada satu pun kendaraan umum yang melintas. Namun langkahnya tertahan saat seseorang menghadangnya. Wajahnya cantik dan cukup tampan bersamaan karna orang itu seorang cewek.

"Halo sayang. Sendirian aja nih?"

Tanya cewek itu yang terkesan ke arah menggoda. Brisa terkejut mendengar perkataan cewek itu. Ia pikir apa mungkin orang ini juga belok?

Brisa melihat nametag cewek itu, Intan Justine. Melihat kemana arah pandang Brisa, cewek itu menjulurkan tangannya.

"Gue Intan Justine, cewek terkeren se SMA Swasun. Dan gue wakil dari Saaid"

Brisa takut, takut kejadian dulu terulang lagi. Ia berusaha menutupinya dengan wajah cuek dan tak membalas uluran tangan .

"M-mau kamu apa?"

Tanya Brisa berusaha untuk tenang. Sedangkan tawuran itu masih saja belum berhenti.

"Jangan galak galak dong manis"

Ujar Intan sambil mengelus pipi Brisa. Merasa risih akan hal itu, Brisa menepis kasar tangan Intan dari pipinya.

"Sombong banget sih, padahal biasanya juga sama om om. Mau dibayar berapa? Nanti gue kasih lima kali lipat"

*Plak

Apa dia bilang? Memangnya Brisa perempuan seperti apa? Suara tamparan yang keras dari Brisa kini melayang di pipi kanan Intan. Bahkan keadaan pipi Intan memerah hingga sudut bibirnya robek meski tidak mengeluarkan darah. Tangan Brisa yang menamparnya ikut memerah.

Intan Mengusap pipinya sekilas merasakan perih disana.

"Sialan!"

Intan Langsung menyerang Brisa dengan menarik rambutnya kebelakang hingga terjatuh. Brisa meringis kesakitan. Mau bagaimana lagi? Ia tak bisa bela diri, intan hanya bisa melihat wajah licik itu tersenyum meremehkannya. Ia berusaha untuk tidak menangis karna tak ingin dianggap rendah.

Hingga Brisa melempar pasir kearah   membuatnya menggosok kedua matanya kasar. Baru juga Brisa bangun, tanpa sadar Intan mengambil balok kayu di dekatnya. Belum sempat ia pergi dari sana dan...

Yang TercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang