Chapter 5

1.7K 109 8
                                    


*

"Kebahagiaan terbesar hidup adalah diyakinkan bahwa kita dicintai."

*

"Hiks..."

"Sudah sudah Ris... jangan nangis lagi ya, please"

"Hiks... a-aku takut, Esme..."

Tangis Brisa pecah di pelukan Esme. Kini tubuh polos mereka hanya ditutupi dengan selimut. Esme terus berusaha untuk menenangkan Brisa yang tidak henti-hentinya menangis.

"Shh... tenang, sayang. Nggak ada yang perlu kamu takutkan, ada aku disini. Aku kan udah janji nggak akan pernah ninggalin kamu. Aku akan selalu disisi kamu, Brisa"

Esme mengecup kepala Brisa berulang-ulang dan memeluk erat tubuh Brisa agar ia merasa lebih tenang.

"Kamu- kamu benar-benar berjanji kan, enggak akan ninggalin aku?"

Lirih Brisa mulai mengangkat kepalanya menghadap Esme. Esme dengan lembut mengecup dahi Brisa lama.

"Ya... tentu saja, sayang! Dan aku bersumpah gak bakalan ingkari janji itu"

Ucap Esme sambil mengusap air mata Brisa. Ia tersenyum untuk meyakinkan hati Brisa. Brisa mulai bisa menenangkan dirinya.

"Mm... aku mau pulang"

"Ya udah, aku antar ya... Gih pakai bajunya, entar masuk angin lagi"

"Jangan mengintip!"

"Kenapa, malu? Kan tadi kita udah saling 'melihat', loh"

Ucap Esme menggerakkan alisnya menggoda Brisa. Membuat wajah Brisa merah seperti tomat.

"Bodo ah! Pokoknya jangan mengintip!"

Protes Brisa langsung menarik selimut untuk menutup tubuhnya. Menyisakan Esme yang hanya tertawa melihat kelakuan kekasihnya itu.

Tak lama kemudian, mereka sudah mengenakan pakaian masing-masing dan bersiap keluar rumah. Saat keluar dari kamar, tampak bik Cristina terkejut dengan kehadiran Brisa.

"Loh, ada mbak Brisa rupanya"

"Iya, bik"

"Aku pergi lagi ya bik, mau antar Brisa ke rumahnya"

"Oh, iya Non. Hati-hati di jalan"

Bik Cristina kembali melanjutkan kegiatan beres-beres nya. Esme dan Brisa keluar dari rumah dan menuju mobil Esme.

Selama perjalanan, Brisa terus memperhatikan handphone nya. Tampak ia sedang chattingan dengan seseorang. Esme yang melihat itu jadi penasaran.

"Sibuk amat dengan hp nya, lagi chattingan sama siapa?"

"Ah... ini, Aria chat aku katanya besok dia pengen berangkat bareng aku dengan mobilnya. Mm... boleh kan, Esme?"

Tanya Brisa sedikit ragu pada Esme.

"Nggak. Kamu kan pacar aku, kamu harusnya berangkat pulang bareng aku, dong"

"Tapi, Es... aku enggak mau kalo hubungan kita nanti ketahuan oleh yang lain. Apalagi Aria kayaknya mulai curiga dengan kita. Boleh ya, Esme... please..."

Bujuk Brisa berusaha meyakinkan Esme. Meski tak rela, tapi Brisa ada benarnya juga. Akan jadi masalah yang sangat besar jika hubungan mereka berdua diketahui oleh orang lain.

"Hahh... baiklah, kamu boleh pergi dengannya besok. Tapi pulangnya bareng aku"

"Tapi... aku ingin pergi berjalan pulang sekolah dengan Aria, kami mulai jarang bermain bersama. Gak papa ya, kan sekali-sekali, yaa?"

Yang TercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang