Chapter 3

2.1K 146 1
                                    


*

Cinta terdiri dari satu jiwa yang menghuni dua tubuh.

*

"Apa kamu bisa pulang sekarang? Aku mau ngerjain tugas"

Tanya Brisa dengan nada yang sudah tidak terlalu ketus lagi.

"Kamu ngusir aku?"

Tanya Esme.

"Dari awal aku enggak ngundang kamu, kan!? Dan kamu yang masuk sendiri tanpa aku ajak"

"Cih, kaku banget sih, kamu. Biar aku tebak, kamu pasti nggak punya teman di sekolah"

"Sok tahu. Yang jelas temanku semuanya baik-baik, bukan kayak kamu"

"Makanya, temenan sama aku, biar punya teman kayak aku"

Brisa tersenyum yang langsung membuat Esme sedikit terpesona dengannya.

"Emang ada ya, orang seperti kamu"

Esme pun ikut menyunggingkan senyumnya.

"Makanya, jadilah temanku, yah!"

Brisa diam tampak berpikir, sebelum akhirnya ia menjawab.

"Baik. Aku terima kamu, jadi teman aku"

Mulut Esme ternganga, akhirnya perjuangannya selama beberapa jam terakhir tidak sia-sia.

"Terima kasih..."

"Udah, ya... sekarang kamu pulang. Aku lagi ada banyak tugas"

"Mm... sebenarnya aku malas pulang, karena orang tuaku yang katanya mau pulang kemarin, sampai hari ini pun belum sampai. Tapi, oke, aku akan pulang. Dengan syarat! Besok... aku jemput kamu ya, please!"

"Kok jadinya ngancam sih?!"

"Bukan mengancam, tapi itu sebuah tawaran"

"Aku berangkatnya pagi, dan aku paling anti terlambat"

"Aku tidak akan terlambat. Aku janji, jam enam pagi aku sudah sampai di depan gerbang rumah kamu"

Brisa tersenyum lagi.

"Terserah kamu. Tapi kalau kamu terlambat jemput, aku akan berangkat sendiri"

"Siap!"

Jawab Esme penuh semangat sambil bergaya hormat, menempelkan tangan di pelipisnya.

Setelah itu, Esme benar-benar pulang meninggalkan rumah Brisa.

***

Esoknya, sesuai janji, Esme sudah berada di depan gerbang rumah Brisa saat jam baru saja menunjukkan pukul 06.10. Ia turun dari mobil, kemudian memencet bel yang berada di tembok samping gerbang bagian atas. Bik Hanina lari tergopoh lalu membuka gerbang.

"Brisa nya ada bik?"

Tanya Esme sopan.

"Ada, mbak. Lagi siap-siap biasanya jam segini"

"Oh, boleh aku masuk bik?"

"Oh, iya. Silahkan"

Bik Hanina melebarkan gerbang sementara Esme masuk ke mobil untuk membawanya masuk ke dalam.

"Makasih, bik"

Esme dan bik Hanina masuk ke dalam. Bik Hanina ke dapur, sedangkan Esme duduk di ruang tamu. Lima belas menit menunggu, Brisa tampak berjalan menuruni tangga. Ia terlihat terkejut melihat keberadaan Esme.

Yang TercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang