Chapter 1

4.3K 187 4
                                    


*

Jika cinta muncul, batasan akan menghilang

*

Menjadi anak yang tumbuh di keluarga kaya, siapa yang tidak mau? Mungkin itulah yang ada di benak orang-orang banyak saat melihat kehidupan Esme. Rumah mewah, barang-barang mewah, apapun serba mewah dan bahkan apa yang diinginkan Esme pasti akan dikabulkan oleh Ortunya. Hanya saja, Esme harus menerima konsekuensi untuk apa yang ia inginkan. Ia harus menerima ditinggal oleh Ortunya yang terus-terusan mengurus masalah bisnis.

Pagi ini, Orang tua Esme masih berada di luar negeri. Sampah makanan, minuman kaleng, juga minuman beralkohol berserakan di dalam kamarnya. Itu karena semalam ia menghabiskan waktu bersama teman-temannya.

"Bikk!"

Teriak Esme memanggil asisten rumah tangganya. Dengan tergopoh-gopoh, wanita berusia 40 tahunan itu menghampiri Esme.

"Ada apa, non?"

"Bersihkan kamar aku ya, bik. Mommy Daddy mau pulang hari ini. Dan ingat jangan bilang apa-apa sama mereka. Ngerti kan bik?!

"Iya, non. Bibik ngerti"

"Oke, aku berangkat dulu. Jangan ada sisa nya ya, bik!"

"Iya, non"

Asisten rumah tangga keluarga Esme yang bernama Christina itu sebenarnya cukup prihatin dengan kelakuan anak majikannya. Ia ingin sekali menasehati Esme, dan mengadukan hal tersebut pada majikannya, tetapi hal itu ia urung karena takut akan dipecat karena sudah menuduh dan memfitnah hal yang tidak benar tentang putri satu-satunya itu. Selama ini, Daniel, Ayahnya Esme, sangat percaya dengan apa yang dikatakan Esme. Akhirnya Bik Tina hanya bisa diam dan pasrah. Berharap suatu saat, Esme akan berubah.

***

Dulu, saat Brisa belum menginjakkan kakinya ke dunia pendidikan, ia selalu dibawa Ortunya pergi. Namun, semenjak Brisa mulai sekolah, Ortunya terpaksa harus meninggalkan Brisa bersama asisten rumah tangga nya. Papa Brisa selalu bergantung pada istrinya itu, sehingga Mama Brisa harus serta ikut.

"Ayo... makan dulu, sayang"

Pagi itu, Brisa dan Ortunya sedang sarapan bersama di dapur.

"Papa sama Mama mau pergi lagi?"

Tanya Brisa dengan ekspresi tidak senangnya.

"Iya, sayang. Ada urusan mendadak"

Jawab Papa Brisa sambil mengusap kepala putri kesayangannya itu.

"Hahh... baru juga pulang kemarin, udah mau pergi lagi. Berapa lama?"

"Hanya lima hari, sayang"

Jawab Papa Brisa lagi.

"Pergi berhari-hari, pulang nya sehari. Itupun gak sehari penuh"

Ucap Brisa dengan sedikit nada gelisah.

"Kami bekerja juga demi kamu, sayang. Mama juga sebenarnya ingin kita bisa berkumpul lagi bersama, tapi kamu tahu sendiri kan kalau Papamu enggak bisa melakukannya sendiri"

Mama Brisa menjelaskan pada putri nya itu sambil menyendokkan nasi ke mulut Brisa.

"Hem... yaudah, Brisa mau makan"

Yang TercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang