Athania menguap lebar dengan tatapan menyorot bosan sekaligus malas saat kembali mendengar celotehan yang keluar dari bibir guru di depannya. Jujur, ia sudah muak mendengar Ma'am Tere yang terus-terusan memberikan pembelajaran mengenai kaidah pencacahan. Atau mengenai materi pengisian ruang kosong yang digunakan untuk menentukan berapa banyak cara suatu objek menempati tempatnya. Sebetulnya sedari tadi gadis itu tak peduli sama sekali, materi kaidah pencacahan bahkan sudah lebih dulu ia pelajari saat duduk di bangku kelas sepuluh.
Mendengar bel istirahat berbunyi tak mempengaruhi apa-apa, semangat Ma'am Tere untuk menjelaskan materi masih tetap membara. Ia bahkan jadi menyita waktu istirahat selama beberapa menit lebih untuk sekadar berceloteh panjang lebar mengenai materi. Ingin rasanya Athania berteriak bahwa ia sudah mengerti, bahwa ia sudah cukup paham akan apa yang gurunya tersebut jelaskan.
“Ingat ya. Aturan umum dari filling slots ini adalah : p1 × p2 × p3 × p4 × .... × pn. Untuk memahami bagian ini, lebih baik kalian langsung latihan soal dengan berbagai aplikasinya.” Setelah berujar panjang, Ma'am Tere lalu membereskan buku dan barang-barangnya di meja. Athania jadi merasa harus menghirup napasnya dalam-dalam. Ada rasa sedikit lega saat akhirnya Ma'am Tere menyelesaikan jam pelajaran dan beranjak pergi dari ruang kelas XII Science A.
Renjana yang berada di sebelah gadis itu terbahak mendapati wajah Athania yang tampak cemberut seolah-olah baru saja menghadapi masalah sulit. “Lo segitunya nggak suka ya denger penjelasan Ma'am Tere? Muka lo nggak bisa bohong banget, Tha.”
Athania menghela napas malas. “Bukannya nggak suka. Masalahnya adalah, gue udah mempelajari kaidah pencacahan sejak masih di kelas sepuluh dan materi itu terus diulang-ulang di les privat gue selama dua tahun. Enek rasanya,” ralat gadis itu kemudian bangkit dari duduknya.
Saat sedikit melirik ke belakang, Athania mendapati Bara tengah terlelap di mejanya dengan earphone yang masih menyala. Sedangkan, Alje yang tadinya berada disebelah Bara kini menghilang entah kemana. Sebuah ide tiba-tiba terlintas di otak licik Athania. Ia berniat mencabut earphone yg tertanggal di telinga Bara lalu keluar dengan cepat. Namun tampaknya ide tersebut harus gugur saat pintu kelas terbuka dan menampilkan sekumpulan anggota OSIS dengan kotak kardus di tangan masing-masing.
Ares, ketua OSIS bajingan itu bersikap sok berwibawa dengan memimpin para anggotanya, membuat Athania jadi bergidik merinding.
“Siang semuanya, mohon maaf mengganggu waktu kalian semua, kami dari OSIS SMA Pionir akan melaksanakan pemeriksaan barang-barang. Karena dari pihak sekolah memerintahkan OSIS untuk razia hari ini, jadi mohon kerja samanya. Tas dan barang-barang ditinggalkan pada tempatnya, dan silahkan keluar kelas sampai waktu pemeriksaan berakhir.”
Seloroh kesal dan protesan marah terdengar bersahut-sahutan. Namun pada akhirnya semua siswa hanya bisa menurut dan keluar dari ruang kelas, berkerumun di depan pintu yang sudah tertutup.
Athania dapat mendengar bisik-bisik dari bibir perempuan yang berdiri di belakangnya. Mereka semua tampak memprotes tak senang.
“Gue denger dari kelas sebelah katanya OSIS lagi pemeriksaan barang, gue kira bohong, sial. Semua alat make up dan skincare angkatan utas sama aud udah disita duluan. Mana katanya nggak pake main-main langsung dihancurin gitu aja. Anggota OSIS yang cewe juga pada ngasih sanksi dan ngomel sambil teriak-teriak ke adik kelas.”
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Fix Everything [COMPLETED]
Teen Fiction[Daftar Pendek Wattys 2022] Seluruh penghuni SMA Pionir paham akan satu peraturan penting. Jika ingin hidup aman dan tenang, maka jangan pernah berani cari gara-gara dengan gadis bernama Athania Binar Bratadikara. *** Barata Killian Javas, pemuda i...