Bab XXXIX. Kecil Sayang

1.6K 199 10
                                    

"Masih menjadi pertanyaan bagi gue," ujar Naka di tengah-tengah santapan makan siangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masih menjadi pertanyaan bagi gue," ujar Naka di tengah-tengah santapan makan siangnya. Pemuda yang saat ini tengah menyantap pastry almond cheese miliknya itu memasang ekspresi penuh tanda tanya seraya menyorot pada lima lelaki dan tiga perempuan di dekatnya.

Yang lain hanya menghela napas pelan, hampir tak terdengar bahkan. Mereka sibuk menyantap makanan masing-masing tanpa berniat untuk menanggapi kalimat Naka barusan. Sementara itu, Athania sibuk berkutat dengan ponselnya, berbincang dengan Bara lewat video call. Naka lantas berdecak jengkel melihat sekitarnya.

"Kok gue dikacangin sih, njing?" protes pemuda itu kesal saat mendapati seluruh orang di sekitarnya tampak acuh tak acuh.

"Apaan," tanya Renjana ogah-ogahan, sudah menebak bahwa apapun yang akan keluar dari bibir Naka adalah hal paling tidak penting di dunia ini. Lagipula, sejak kapan Naka bisa berbicara suatu hal yang serius dan penting, eksistensi hidup pemuda itu saja sudah terbilang tidak penting bagi Renjana.

"Gue masih bertanya-tanya nih, kenapa cuma sampo anak-anak yang dibuat nggak pedih untuk mata? Emang dikira orang dewasa nggak pedih apa?" tuturnya dengan mulut penuh makanan dan tatapan bertanya, yang sejujurnya membuat Renjana jadi ingin membuang Naka ke antartika agar lenyap dari hadapan pemuda itu.

"Lo tuh apaan sih, semua hal aja lo pertanyakan. Udah mending lo diem aja dah beneran, nggak usah banyak omong. Lagi pusing gue."

"Ya kan gue sedang mencari keadilan untuk para pengguna sampo, keadilan ini butuh untuk disuarakan. Kita nggak bisa tinggal diam."

"Lebay," cibir Kaili malas, yang diikuti anggukan setuju oleh Jevar.

"Ya setidaknya ngasih pertanyaan yang manusiawi dikit kek, segala perkara sampo lo pikirin." Renjana memasang wajah kelewat jengkelnya. Naka yang mendapati hal tersebut lantas mengangguk-angguk dengan wajah dan ekspresi tidak bersalah sedikitpun, lelaki itu lantas melontarkan pertanyaan yang lebih idiot lagi. "Ya udah, telur sama ayam duluan mana?"

Renjana memutar matanya menahan kesal. "Duluan lo gue ceburin ke kolam piranha biar mati, anjing," umpatnya kasar, membuat Naka berdecak pelan sebagai balasan.

"Emosian banget sih lo jadi orang, hamil lo?" cibirnya dengan tatapan menilai, membuat Renjana kembali mengumpat di tempatnya terduduk. "Apa hubungannya setan."

Naka mendengus kasar, menggerakkan tangannya tak peduli. "Ck, udah ah. Gue beneran serius nanya, kenapa sampo anak-anak nggak pedih? Sementara kita pedih?"

"Karena kita orang dewasa memang pantas disakiti," timpal Regan melankolis, membuat Jevar tertawa kencang.

"Anjing, HAHAHAH. Pengalaman, ngab?"

"Nah itu lo udah tau jawabannya, nggak usah pake ditanya lagi."

Alje menggeleng cepat. "Tapi kok waktu gue anak-anak samponya tetep pedih anjir di mata. Apa cuma gue yang begitu," ujar pemuda itu menambahi, menginterupsi percakapan Jevar dan Regan, serta membuat Naka meliriknya dengan tatapan skeptis sekaligus heran.

How To Fix Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang