Athania menatap lelaki di hadapannya dengan alis menaut, ia bersedekap dada. Gadis itu mendengus kasar saat Ares tak kunjung mengiyakan pertanyaan yang dilontarkannya. "Res, jujur aja. Lo yang ngelakuin semuanya 'kan? I know it's you. Mulai dari rokok di tas Andara, berita Andara ditolak Bara, and last but not least, berita Andara anak adopsi. Itu semua kerjaan lo 'kan?" hardiknya jengkel.
Baru saja, Alje memberitahu Athania mengenai akun base website resmi sekolah, lelaki itu mengatakan bahwa website sekolah dipegang oleh Ares sejak setahun yang lalu, selaku Ketua OSIS periode tahun kemarin dan tahun ini. Lantas, Athania jelas tak bisa menahan dirinya sendiri untuk tak menemui Ares dan mencercanya dengan pertanyaan yang telah menggerogoti Athania sejak beberapa hari lalu.
Ares menggeleng pelan, lelaki itu mengangkat bahunya enteng. "Kenapa lo bisa berpikir itu gue?"
"Karena emang itu lo, Res."
Ares tertawa geli. "Lo menuduh gue tanpa bukti?" ejeknya separuh merendahkan, membuat Athania lantas mendengus kasar. "Menuduh? Bukannya emang fakta? Lo sengaja bikin mental Andara rusak perlahan, hancur perlahan, supaya saat Ujian Semester dia nggak bisa fokus apa-apa buat belajar. Supaya lo bisa ngegeser Andara. Dulu, sebelum gue kembali ke Pionir, lo ada di nomor dua kan? Sementara Andara ada di nomor satu. Itu motif lo, supaya bisa ngebalikin keadaan. Supaya nomor satu jadi milik lo. Bukan begitu? Tebakan gue bener 'kan?"
"Enggak, Tha. Tebakan lo salah besar," sergah Ares seraya menatap Athania dengan sorot malas.
Athania lantas berdecak kesal. "Gue nggak peduli lo mau ngelakuin apapun itu, Res. Apapun itu, silahkan, nggak ada hubungannya sama gue dan gue nggak akan repot-repot untuk peduli. Asal ... jangan melibatkan gue sedikitpun. Jangan mengkambinghitamkan gue sebagai pelakunya di sini atas perbuatan lo yang semena-mena," gerutu gadis itu.
Ares menghela napas panjang. Lelaki itu melirik Athania dengan sorot jengkel. "Oh God," decaknya muak. "Didn't i told you? It's not me. Buat apa gue begitu? Untungnya di gue apa? For your information, gue udah nggak peduli lagi soal nilai, Tha. Gue nggak seambis itu buat ada di nomor satu. Bukan gue orangnya. Gue nggak tertarik sama hal begituan. Kalau lo mau tau siapa orangnya? Orangnya ada di dekat lo."
"Well, gue nggak sebejat itu, dan gue nggak sedekat itu sama lo buat tau segala hal di sekitar lo. Jadi, mana mungkin gue yang ngelakuin semuanya 'kan? Harusnya lo bisa mikir, sih," cibir lelaki itu akhirnya.
Athania tergelak panjang, menatap Ares dengan ekspresi jenaka seraya menggeleng-geleng heran. "Lo nggak peduli lagi perihal nilai? Apa kata dunia kalau seorang Arestheo Dhananjaya nggak mempedulikan nilai? I know you well, Res. Lo selalu ingin dipandang baik, selalu ingin jadi yang terbaik. And how can ... lo nggak ambis untuk jadi nomor satu?"
"Itu dulu, sekarang berbeda. Jangan menyamakan masa lalu dengan masa sekarang. People change, Tha. Entah ke arah lebih baik atau justru buruk," protes Ares cepat. "Dan lo nggak berhak untuk menuduh bahwa gue yang melakukannya hanya karena gue kelihatan punya motif untuk melakukannya. Karena secara nggak sadar, lo jadi sama kaya Andara, menuduh orang tanpa bukti yang jelas dan alasan yang nggak berdasar. Jadi apa bedanya, antara Andara yang menuduh lo dengan lo yang menuduh gue? Keduanya sama. Sama-sama nggak berpikir sebelum menyalahkan orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Fix Everything [COMPLETED]
Teen Fiction[Daftar Pendek Wattys 2022] Seluruh penghuni SMA Pionir paham akan satu peraturan penting. Jika ingin hidup aman dan tenang, maka jangan pernah berani cari gara-gara dengan gadis bernama Athania Binar Bratadikara. *** Barata Killian Javas, pemuda i...