Bab XXII. Mengakui

2.4K 340 20
                                    

Athania tak tahu apa yang membawanya ke tempat ini, rooftop sekolah yang sedang terik-teriknya di siang bolong seperti ini pada jam istirahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Athania tak tahu apa yang membawanya ke tempat ini, rooftop sekolah yang sedang terik-teriknya di siang bolong seperti ini pada jam istirahat. Entah karena Naka baru saja memberitahu gadis itu bahwa Bara pergi ke sini atau mungkin karena Athania hanya bergerak sesuai nalurinya. Mungkin kedua-duanya sama-sama benar.

Entahlah, Athania hanya ingin bertemu Bara, duduk bersisian dengan lelaki itu tanpa perlu dihindari terus-terusan. Sudah jelas ada yang salah dari mereka––baik Athania maupun Bara––keduanya sama-sama sedang tak baik-baik saja.

Athania berdiri memunggungi sinar matahari yang tampak mengarah pada wajah Bara. Lelaki itu tengah terlelap di lantai rooftop tanpa terlihat terganggu sedikitpun, padahal cuaca sedang terik-teriknya.

Hampir beberapa menit berada di posisinya, Athania bosan sendiri. Gadis itu akhirnya sedikit menunduk, berniat menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Bara. Namun, baru menggerakkan tangannya, Athania dibuat terkesiap saat mendapati Bara membuka matanya tiba-tiba. Lelaki itu menatap Athania dengan pandangan datar, tidak terlihat terkejut sedikitpun.

“Lo ngapain?” tanya Bara dengan nada tak senang, membuat Athania buru-buru memindahkan tangannya yang hendak terulur di wajah Bara. Lelaki itu menyorot lurus menatap Athania seraya menaikkan alisnya menunggu jawaban. Bara terlihat jelas sekali tidak menyukai kehadiran Athania di sini.

“Hah?” Refleks, respons itu yang justru keluar dari mulut Athania, membuat gadis itu buru-buru menutup mulutnya dengan ekspresi salah tingkah. Athania cengengesan bingung, tidak tahu harus menjawab apa. Bara yang melihat hal itu hanya berdecak malas, mengalihkan wajahnya ke arah lain dengan senyum yang tercetak di sudut bibirnya. He can't help to laugh, melihat betapa lucu dan gemasnya tingkah gadis di hadapannya itu.

“Eum ... itu ... Gue cuma pengen nyentuh rambut lo.” Sial, kenapa harus kalimat itu yang keluar dari bibir Athania dari sekian ribu kata-kata yang ada di otaknya? Apa semesta sedang ingin bercanda? Benar-benar memalukan. Athania mengalihkan pandangannya, tak berani menatap netra Bara yang sekarang seolah sedang mengintimidasi sekaligus menilainya dengan tatapan dingin.

Bara menarik tangan Athania dengan gerakan cepat, membuat gadis itu tersungkur ke lantai dan berada dalam dekapannya. Jantung keduanya saling berdetak kencang. Bertalu-talu seolah berlomba jantung mana yang detaknya lebih cepat.

“Gue nggak paham jalan pikiran lo. Lo bilang lo nggak suka gue, tapi kelakuan lo menunjukkan hal yang sebaliknya,” gumam Bara dengan decakan kesekian kalinya. “Gue bahkan bisa denger detak jantung lo sekarang, Tha. Dan lo yakin kalo lo nggak punya perasaan apa-apa sama gue?"

Athania terdiam. Entahlah. Ada begitu banyak hal yang akhir-akhir ini menganggunya. Namun yang paling membuat gadis itu risih, adalah fakta bahwa ia merasa kehilangan. Saat Bara menjauh, Athania merasa ada sesuatu yang hilang dari dirinya, dan bagian buruknya adalah ia sama sekali tak tahu apa yang hilang dari dirinya. Bahkan, saat malam hari, saat insomnianya kambuh, Athania malah memikirkan Bara terus-terusan.

How To Fix Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang