Bab XXXVIII. Fakta Manis

1.5K 206 14
                                    

Gadis itu menuruni tangga spiral, dengan pajama kebesaran bergambar penguin yang usut punya usut merupakan pajama yang diberikan Bara beberapa Minggu lalu sebagai hadiah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu menuruni tangga spiral, dengan pajama kebesaran bergambar penguin yang usut punya usut merupakan pajama yang diberikan Bara beberapa Minggu lalu sebagai hadiah. Bukan hanya pajama, Bara juga mengirimi Athania jaket miliknya, boneka, mixtape, dan sebuah kamera polaroid sebagai hadiah. Jaket yang diberikan Bara merupakan jaket milik pemuda itu, jaket yang sering ia pakai sejak SMA dulu. Bara berkata bahwa Athania harus mengembalikan jaket tersebut jika keduanya bertemu nanti. Sementara untuk boneka sendiri, Bara memberikan boneka tersebut karena ia berhasil mendapatkannya saat bermain boneka capit. Pemuda itu juga berkata bahwa ia harus susah payah untuk mendapatkan boneka beruang berwarna coklat tersebut. Sedikit menggemaskan bagi Athania jika membayangkan Bara berdiri di depan mesin boneka capit dan dibuat frustrasi sepanjangan.

Lalu untuk mixtape retro yang diberikan Bara, katanya karena pemuda itu ingin Athania mendengarkan lagu yang ia dengarkan selama berada di Rusia. Kata Bara, meski keduanya terpisah benua sekalipun, pemuda itu tetap ingin berbagi sesuatu dengan Athania. Saling terhubung satu sama lain, salah satu caranya dengan mendengarkan lagu yang sama. Dan terakhir, untuk kamera, Bara memberikannya karena pemuda itu selalu senang memotret banyak hal. Polaroid hasil potretan Bara seringkali ia kirim ke Indonesia bersama sebuah surat, surat yang menceritakan tentang tempat-tempat menyenangkan yang Bara kunjungi. Jadi, Bara juga berharap Athania akan memotret banyak hal dan mengirimkannya kepada Bara. Agar keduanya bisa saling bercerita.

Athania mendapati perawakan Riana yang tengah sibuk berkutat di dapur, kemudian mengernyitkan dahinya skeptis. Gadis itu masih tidak bisa mempercayai segalanya. Segala hal baik yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Athania segera mendekati sosok Riana, membuat perempuan paruh baya tersebut menoleh dengan senyuman hangat pada bibirnya.

"Baru bangun?" Athania mengangguk lunglai sebagai jawaban, membuat senyuman Riana makin mengembang. "Mama masak omlette sama smoothies. Sarapan gih, sana ke ruang makan. Mama denger dari bibi, kamu jarang sarapan?" ujar Riana dengan nada pelan, membuat Athania lantas menggeleng cepat.

"Enggak kok. Cuma sesekali aja nggak sarapan," sangkal gadis itu.

Sementara bibi yang berada di samping Athania mendengus geli. "Apanya sesekali toh, non? Tiap hari non nggak sarapan, makan malam aja kadang di skip karena alasan males. Bibi sampai pusing, takut non sakit apalagi kekurangan gizi," imbuh bibi.

Athania hanya mengulas senyum masam, membuat Riana mendekat, mengusap puncak kepala putrinya dengan tatapan sendu. "Maaf ya, sayang. Harusnya mama merhatiin kamu. Mama nggak tau kalau kamu separah ini. Sampe jarang makan seperti ini. Pasti kamu dipaksa dewasa oleh keadaan. Maafin mama."

Athania hanya mengangguk lemah. "Udah, aku nggak apa-apa kok. Nggak usah minta maaf, Ma. Udah terjadi juga."

Ya, semuanya sudah terjadi. Jadi, bagi Athania sudah tidak ada lagi yang bisa disesali. Athania tidak suka jika masa lalunya menjadi penyesalan, karena bagi gadis itu semua yang terjadi memang sudah seharusnya terjadi, dan penyesalan hanya menjadikan keadaan lebih buruk dari sebelumnya.

How To Fix Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang