Bab XI. Pemantik Api

3K 451 20
                                    

Gadis itu melemparkan sebuah kaleng soda kosong miliknya tepat ke puncak kepala sekumpulan adik kelasnya tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu melemparkan sebuah kaleng soda kosong miliknya tepat ke puncak kepala sekumpulan adik kelasnya tersebut. Ia menatap mereka dengan nyalang, garis wajahnya dingin dan tampak mengisyaratkan bahwa ia tengah marah.
Suara korek api yang dibuka, dihidupkan, lalu ditutup dan seterusnya mengisi keheningan diantara mereka.

Gadis itu berjalan kian mendekat seraya sibuk memainkan pemantik rokok berbahan besi di tangannya. Pemantik rokok zippo milik Bara yang sedari kemarin disimpan gadis itu di dalam saku jaket. Terdapat tulisan “Si vis pacem para bellum" di bagian tengah pemantik api tersebut. Yang jika diartikan dalam bahasa latin adalah; jika kamu menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk perang.

Sekumpulan adik kelasnya kini hanya dapat menundukkan kepala, terdiam di tempat meski sebelumnya hampir mengumpat saat kepalanya dipukul kaleng soda. Dikarenakan tak mempunyai keberanian lebih saat melihat wujud seniornya sendiri. Umpatan yang tadinya ingin dilontarkan jadi tertahan karena nyali mereka ciut duluan.

“Angkatan berapa kalian?” lontaran pertanyaan tersebut Athania keluarkan dengan nada tajam saat sudah berada di hadapan para adik kelasnya.

“Angkatan aud kak.”

“Tau kan ini wilayah angkatan agit? Teritori kelas dua belas. Gue yang lagi ngerokok jadi terusik. Ngapain kalian disini?” tanya Athania dengan dingin. Raut wajahnya datar, menyiratkan ketidaksukaan.

“Wilayah?”

“Kalian nggak tau bahwa wilayah barat itu sepenuhnya teritori kelas dua belas? Atau pura-pura bodoh?”

“Hah? Nggak kak! Kami beneran nggak tau,” sangkal mereka bersamaan.

“Sebutin nama kalian satu persatu beserta nama kelas.”

“Nama kita kak?”

Athania memutar bola matanya jengah. “Menurut lo? Pengulangan dua kali nggak pernah menyenangkan.”

Mereka hanya mengerjap dengan raut wajah penuh ketakutan, ketiganya saling menyebutkan nama dan kelas masing-masing, suara mereka keras tapi terdengar bergetar.

“Bodoh semua, ya? Ada di kelas paling rendah, kalau bukan bodoh berarti apa?”

Athania tak menunggu balasan dari ketiga adik kelas perempuan di hadapannya, ia berbalik menatap sosok seorang perempuan yang sedari tadi berdiri takut-takut di ujung dengan wajah dan rambut yang sudah berantakan. “Lo! Yang dibully sama mereka. Kelas berapa lo?” tunjuknya cepat.

“11 Science A kak,” cicit sang perempuan pelan.

“Gue nanya jawab yang jelas! Kurang keras! Kelas berapa lo?”

“11 Science A kak!!”

“11A tapi manut-manut aja dibully kelas rendahan kaya mereka. Bego lo? Kalau dibully lawan balik,” cecar Athania tak tahan.

How To Fix Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang