Athania tidak tahu apa sebenarnya niat adik kelasnya menatap gadis itu sejak beberapa menit lalu sebelum kemudian menghampirinya dengan senyuman yang membuat gadis itu merasa ngeri. Bukan apa-apa, tapi Athania selalu merasa bahwa orang-orang melihatnya dengan cara yang berbeda, dengan pandangan yang membuat gadis itu selalu merasa tak nyaman. Pandangan orang-orang terhadapnya selalu membebani gadis itu, karena setiap Athania melihat tatapan orang terhadapnya, ia akan selalu bertanya-tanya, apa yang mereka mau darinya?
"Halo, kak," sapa sekumpulan adik kelas perempuan dengan nada kelewat ceria seraya mengerumuni meja kantin. Mereka mengulas senyum lebar, menatap Athania kagum, seolah gadis itu merupakan manusia paling mengagumkan yang pernah mereka lihat.
“Halo juga," balas Athania singkat, memberi senyum tipis yang dipaksakan. Salah satu adik kelas dengan rambut sepanjang bahu kemudian meletakkan sekaleng minuman dingin ke atas meja dengan malu-malu. "Ini minuman buat kakak, biar gak seret makannya,” tuturnya dengan senyum cerah.
"Oh nggak perlu repot-repot kok, makasih ya sebelumnya tapi gue udah ada minum nih. Gue terima niat baiknya aja ya,” tolak gadis itu cepat. Sejujurnya, Athania merasa tak nyaman harus dihadapkan dengan sekumpulan adik kelasnya tersebut. Mereka asing, Athania juga tau bahwa niat mereka mendekatinya tentu saja karena menginginkan sesuatu, terlebih lagi gadis itu tak suka cara mereka menatapnya.
Athania dapat menyimpulkan hal yang sangat negatif seperti itu karena ia tau, tau bahwa tidak ada satupun orang di Pionir yang ingin berurusan dengannya, selain karena takut dengannya, mereka juga merasa bahwa Athania adalah sosok yang rusak dan harus dijauhi. Maka dari itu, rasanya mustahil seseorang ingin berurusan dengannya jika tidak menginginkan sesuatu dari gadis itu.
"Bahaya kak, nanti keselek kalo nggak ada minum. Diterima ya, Kak," pintanya tak putus asa sedikitpun.
Athania memutar bola matanya lelah. Entah kenapa ia jadi merasa seperti sebuah permen yang tengah dikerumuni ribuan semut. Gadis itu lalu mengangguk kecil, malas berbicara terlalu banyak dan sedang tak ingin dibuat repot.
"Eum ... kami boleh ikut duduk di sini nggak, Kak? Bangku yang lain penuh soalnya." See? Athania benar, mereka menginginkan sesuatu darinya. Selalu ada udang dibalik batu. Mungkin saat ini hanya sekadar bangku, tapi Athania yakin sekumpulan adik kelasnya itu apabila diberi sedikit saja jantung maka akan meminta hati.
Athania melontarkan tatapan tajamnya, entah mengapa tiba tiba merasa kesal. Sorot matanya tersebut lantas membuat sekelompok adik kelas di hadapannya jadi ciut seketika. Sedangkan Renjana, pemuda yang duduk di sebelahnya itu tergelak, lalu menyenggol bahu Athania dengan setengah pelan seolah meminta gadis itu untuk bersikap ramah, membuat Athania kontan mendelik jengkel.
“Boleh. Duduk aja, nggak ada yang ngelarang," tutur Renjana mempersilahkan seraya tersenyum lebar, membuat Athania mendengus kasar.
"Kakak belum daftar klub apapun, ya?" tanya gadis berambut sebahu dengan pipi chubby dan gaya polosnya. Ia tersenyum kelewat lebar dan bergaya sok manis, membuat Athania jadi ingin muntah seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Fix Everything [COMPLETED]
Teen Fiction[Daftar Pendek Wattys 2022] Seluruh penghuni SMA Pionir paham akan satu peraturan penting. Jika ingin hidup aman dan tenang, maka jangan pernah berani cari gara-gara dengan gadis bernama Athania Binar Bratadikara. *** Barata Killian Javas, pemuda i...